Kendati demikian, pemanah berkuda mengubah keadaan mereka. Pasukan pemanah kuda dapat bergerak lebih jauh dan lebih cepat, secara efektif melipatgandakan kekuatan orang-orang nomaden ini.
Dengan demikian, Robert mengatakan, “pemanah kuda Scythian membuat seluruh kekaisaran gemetar dan mungkin menjadi inspirasi bagi mitos centaur.”
Taktik Pemanah Berkuda Zaman Kuno dan Abad Pertengahan
Dalam pertempuran, pemanah kuda umumnya bertempur sebagai petarung ringan. Tujuan mereka adalah untuk menguras tenaga dan melemahkan lawan.
Mereka mengandalkan taktik tabrak lari untuk menyebabkan kekacauan dan kebingungan. Hal ini akan memancing musuh keluar dari formasi sehingga mereka dapat dikepung dan dihancurkan.
Robert menjelaskan, taktik ini berasal dari jenis gerakan yang sama yang digunakan untuk berburu dan menggiring hewan di padang rumput.
“Taktik ini memungkinkan pemanah kuda memanfaatkan kecepatan dan mobilitas mereka yang lebih besar, sementara juga tidak melakukan serangan langsung dengan musuh,” kata Robert.
Pemanah kuda kuno dan Abad Pertengahan sering bertempur bersama dengan unit yang bersenjata lengkap dan lapis baja, seperti katafrak–jenis kavaleri berat berzirah. Setelah pemanah kuda cukup melemahkan musuh, pasukan berat inilah yang akan memberikan pukulan terakhir.
Pertempuran Pemanah Kuda Zaman Kuno dan Abad Pertengahan
Mungkin pertempuran pemanah kuda terbesar di zaman kuno adalah pertempuran Carrhae. Pertempuran ini terjadi pada tahun 53 SM, diperjuangkan oleh Romawi di bawah Crassus dan Parthia di bawah Surena.
40.000 tentara Romawi berbaris ke medan pertempuran dan dipancing ke medan gurun yang datar oleh 10.000 tentara Parthia di bawah pimpinan Surena. Serangan terus menerus oleh pemanah kuda Parthia secara bertahap melemahkan pasukan Romawi.
Ketika pertempuran berakhir, sekitar 20.000 orang Romawi, termasuk Crassus, telah terbunuh, dan 10.000 lainnya ditawan. Kerugian Parthia sangat minim.