Api Yunani, Senjata Misterius yang Melindungi Kekaisaran Bizantium

By Ricky Jenihansen, Rabu, 18 Oktober 2023 | 11:00 WIB
Ap Yunani telah membantu Kekaisaran Bizantium untuk bertahan berabad-abad (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Dalam Kekaisaran Bizantium, ada senjata misterius yang disebut Api Yunani. Senjata ini membantu Kekaisaran Bizantium yang perkasa bertahan dan memastikan kedaulatannya berjalan selama berabad-abad.

Api Yunani menggunakan formula yang unik yang bahkan sulit dipahami oleh para ilmuwan saat ini. Orang-orang Yunani di Kekaisaran Byzantium mampu menjauhkan musuh dari wilayah mereka yang luas.

Mereka menjaga wilayah yang pernah membentang di seluruh Eropa Selatan, Afrika Utara, dan Asia Kecil. Dan yang lebih penting lagi, api Yunani menyelamatkan Konstantinopel, pusat Kekaisaran Bizantium, dari pengepungan berulang kali oleh Peradaban Islam.

Bahkan ketika wilayah tersebut direbut, musuh-musuh Kekaisaran Byzantium tidak pernah mampu menciptakan kembali ramuan kimia unik yang menghasilkan api yang mampu membelah air.

Penemuan api YunaniApi Yunani, seperti yang disebut oleh Tentara Salib—juga disebut “api cair”, “api Romawi”, atau “api laut”. Ini bukanlah senjata pembakar pertama yang digunakan dalam pertempuran. Namun, secara historis, kekuatan ini penting.

Api Yunani diciptakan pada abad ketujuh, kemungkinan besar merupakan penemuan Kallinikos dari Heliopolis, seorang arsitek Yahudi yang melarikan diri dari Suriah ke Konstantinopel.

Lahir di Suriah, Callinicus adalah seorang pengungsi Yahudi yang terpaksa mengungsi dari Timur Tengah ke Konstantinopel.

Bahan-bahan api Yunani dirahasiakan oleh negara, dan hanya diketahui oleh kaisar Bizantium dan keluarga Callinicus, yang memproduksinya.

Perkiraan komposisi tepatnya masih belum diketahui, namun secara umum mungkin adalah belerang, getah pinus, kapur tohor, dan bensin dan beberapa bahan yang tidak diketahui.

Api Yunani pertama kali digunakan dalam Pertempuran Cyzicus (673 M) oleh Kekaisaran Bizantium melawan armada Saracen di lepas pantai Konstantinopel, api Yunani terbukti berperan penting dalam kemenangan Bizantium tersebut.

Kekaisaran Bizantium juga khawatir dengan serangan Peradaban Islam terhadap Konstantinopel, Kallinikos bereksperimen dengan berbagai bahan hingga ia menemukan campuran untuk senjata pembakar.

Kallinikos mengirimkan rumus tersebut kepada kaisar Bizantium, dan otoritas mengembangkan sebuah sifon yang beroperasi mirip seperti suntik, mendorong campuran api ke arah kapal-kapal musuh.

idak ada yang tahu komposisi api Yunani. (Publick Domain)

Senjata penghancurTembakan api Yunani terutama digunakan untuk membakar kapal musuh dari jarak yang aman. Kemampuannya untuk tetap menyala di dalam air selama jangka waktu tertentu adalah kekuatan uniknya.

Hal ini mencegah musuh memadamkan api selama pertempuran laut. Konon senjata misterius Bizantium tersebut mengeluarkan suara gemuruh yang keras dan menghasilkan banyak asap.

Api Yunani juga sangat efektif, sehingga musuh pun merasa diteror dan sering kali melarikan diri saat melihatnya.

Catatan sejarah menyebutkan bahwa api Yunani menempel di permukaan apa pun yang disentuhnya. Hebatnya, hanya bisa dipadamkan dengan campuran cuka, pasir, dan air seni bekas.

Tampaknya penemuan Kallinikos memenuhi tujuannya. Tembakan Yunani efektif dalam memukul mundur armada musuh dan mengakhiri Pengepungan Peradaban Islam Pertama di Konstantinopel pada tahun 678 M.

Hal serupa juga berhasil dilakukan selama Pengepungan oleh Peradaban Islam Kedua di Konstantinopel (717-718 M), yang kembali menyebabkan kerusakan besar pada angkatan laut mereka.

Senjata pemusnah massal yang baru ini memang begitu kuat sehingga Bizantium merahasiakan komposisinya.

Keluarga Kallinikos dan kaisar Bizantium adalah satu-satunya yang mengetahui formula rahasianya, yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Formulanya dijaga dengan sangat baik sehingga bahkan ketika musuh-musuh kekaisaran benar-benar mendapatkan api Yunani, mereka tidak dapat mereproduksinya.

Belerang, getah pinus, kapur tohor, dan bensin diyakini sebagai bahan pembuatannya. Namun tidak ada pembuatan api Yunani yang pernah dilakukan dengan bahan itu.

Ada catatan sejarah peradaban Islam menggunakan api Yunani versi mereka melawan Tentara Salib selama Perang Salib Ketujuh di abad ke-13. Pada akhirnya, rahasia resep mematikannya hilang dari sejarah.

Efektif selama berabad-abadBizantium terus menggunakan senjata membingungkan ini selama berabad-abad, dan penggunaannya tidak terbatas pada pertempuran laut saja.

Senjata pembakar digunakan dalam beberapa cara baik di laut maupun di darat. Itu digunakan tidak hanya untuk membakar menara pengepungan tetapi juga melawan benteng musuh.

Ada versi senjata genggam yang disebut cheirosiphon yang mirip dengan versi kuno penyembur api.

Selain itu, bangsa Bizantium biasa mengisi toples tanah liat dengan api Yunani sehingga mereka dapat melemparkannya ke arah musuh seperti granat.

Toples berisi api Yunani dan caltrop yang telah disiram dengan cairan tersebut digunakan sebagai senjata ofensif oleh tentara Bizantium. Caltrop adalah alat logam berduri yang ditaburkan di tanah untuk menghalangi kereta.

Orang-orang Arab, Bulgaria, Rusia, dan penyerang lainnya telah merasakan kekuatan api Yunani selama berabad-abad, menjadikannya penemuan militer yang berpengaruh.

Dari abad ke-7 hingga Jatuhnya Konstantinopel pada tanggal 29 Mei 1453, senjata Bizantium ini sangat penting dalam melindungi kekaisaran Yunani.

Menurut beberapa sejarawan, api Yunani lah yang menjaga Kekaisaran Bizantium terlindungi dari seramgamvselama berabad-abad, kemudian menyelamatkan seluruh peradaban Barat.