Mehmed II, Kisah Sang Penakluk Konstantinopel dan Kekaisaran Bizantium

By Sysilia Tanhati, Rabu, 18 Oktober 2023 | 14:00 WIB
Mehmed II memimpin serangan militer ke Konstantinopel. Ia berhasil menembus ibu kota Kekaisaran Bizantium sekaligus mengakhiri kekuasaan kekaisaran besar itu. (Gentile Bellini )

Mehmed II berusia 18 tahun ketika ayahnya meninggal. Ia secara resmi menduduki takhta Kekaisaran Ottoman untuk kedua kalinya pada 18 Februari 1451.

Dia segera mengonsolidasikan kekuasaannya dan menyingkirkan penggugat saingannya. Salah satu kisah bahkan menyatakan bahwa ia menenggelamkan bayi laki-laki bungsu ayahnya di bak mandinya.

Belakangan, Mehmed II secara resmi memberlakukan undang-undang pembunuhan saudara. Aturan itu berbunyi, “Siapa pun di antara putra-putra saya yang mewarisi takhta sultan, dia wajib membunuh saudara-saudaranya demi kepentingan tatanan dunia. Sebagian besar ahli hukum telah menyetujui prosedur ini.”

Ia juga memperkuat militer dan mengabdikan dirinya pada pengaturan diplomatik dan militer. Sebagai pemimpin, Mehmed II menetralisir ancaman Venesia dan Hungaria dengan perjanjian damai. “Saat itu, dia memiliki tujuan yang jauh lebih besar: merebut Konstantinopel dari Kekaisaran Romawi,” ungkap Asselin.

Jatuhnya Konstantinopel, akhir bagi Kekaisaran Romawi

Konstantinopel pernah menjadi ibu kota Kekaisaran Bizantium. Diberi nama demikian untuk membedakan sisa separuh Kekaisaran Romawi bagian timur ini dengan Kekaisaran Romawi bagian barat, yang jatuh pada tahun 476 Masehi.

Sepanjang sejarahnya, Kekaisaran Bizantium menghadapi pengepungan dan serangan yang tak terhitung banyaknya. Namun tidak ada yang berhasil karena lokasi kota yang sangat mudah dipertahankan. Selain itu, Tembok Theodosian yang terkenal pun mampu menghalau musuh.

Merebut Konstantinopel untuk dijadikan ibu kota baru Kekaisaran Ottoman adalah impian Mehmed II. Konon ia bermimpi merebut Konstantinopel sejak kecil. (Fausto Zonaro)

Merebut Konstantinopel untuk dijadikan ibu kota baru Kekaisaran Ottoman adalah impian Mehmed II. Konon ia bermimpi merebut Konstantinopel sejak kecil. Dia terkenal menyatakan bahwa hanya ada satu hal yang dia inginkan. “Beri saya Konstantinopel,” katanya.

Pada tanggal 6 April 1453, pasukannya memulai pengepungan paling terkenal dalam sejarah barat. Rencananya untuk merebut kota benteng Bizantium bertumpu pada dua keuntungan. Ia memiliki pasukan Janissari – tentara elite yang terlatih – dan meriam paling kuat yang pernah ada di dunia kuno.

“Pengepungan tersebut relatif singkat menurut standar sejarah,” Asselin menambahkan lagi. Pada tanggal 29 Mei, Mehmed II memimpin serangan terakhir terhadap kota itu. Begitu ia berhasil masuk, perjuangan untuk Konstantinopel berakhir dengan cepat. Mehmed II merebut kota tersebut dan secara resmi mengakhiri kekuasaan Kekaisaran Romawi.

Penjarahan sebuah kota setelah pengepungan tidak pernah berjalan mulus dan teratur. Mehmed II dengan cepat mengakhiri serangan paling merusak yang dilakukan pasukannya selama jatuhnya Konstantinopel. Bukanlah niat Mehmed untuk menjarah kota. Sebaliknya, ia berniat untuk mengembalikan kejayaan ibukota Kristen sebagai ibukota Muslim.