Mehmed II, Kisah Sang Penakluk Konstantinopel dan Kekaisaran Bizantium

By Sysilia Tanhati, Rabu, 18 Oktober 2023 | 14:00 WIB
Mehmed II memimpin serangan militer ke Konstantinopel. Ia berhasil menembus ibu kota Kekaisaran Bizantium sekaligus mengakhiri kekuasaan kekaisaran besar itu. (Gentile Bellini )

 

Nationalgeographic.co.id—Pada bulan April 1453, penguasa Kekaisaran Ottoman Mehmed II berbaris di Konstantinopel. Pasukannya mengepung ibu kota Bizantium selama 53 hari dan membombardir tembok besarnya dengan tembakan meriam. Ia pun berhasil membuat kota itu bertekuk lutut dan menaklukkan sisa-sisa terakhir Kekaisaran Romawi.

“Atas prestasi berani ini, ia diberi gelar Mehmed sang Penakluk — Fatih Mehmed dalam bahasa Turki,” ungkap Sienna Vittoria Asselin di laman All That’s Interesting. Namun eksploitasinya masih jauh dari selesai.

Mehmed II mempunyai rencana untuk memperluas wilayah Kekaisaran Ottoman dan menaklukkan sisa-sisa wilayah Bizantium. Mehmed II berusaha mengembalikan kejayaan kekaisaran Mediterania timur yang telah memudar. Maka, ia mengalahkan Drakula di kehidupan nyata, mendorong pengembangan seni dan ilmu pengetahuan, dan memperluas penyebaran agama Islam.

Semasa hidupnya Mehmed II memiliki banyak prestasi dan menjadi legenda di Kekaisaran Ottoman.

Mehmed II menjadi sultan muda di Kekaisaran Ottoman

Mehmed II lahir di Adrianople, Thrace, pada tanggal 30 Maret 1432. Ia adalah putra keempat dari penguasa Ottoman Murad II yang berkuasa. Menurut tradisi, ketika ia mencapai usia 12 tahun, ia dikirim ke kota Manisa bersama dua gurunya.

Pada tahun 1444, Murad menandatangani perjanjian perdamaian penting yang dimaksudkan untuk menghentikan pertempuran antara Turki dan Hungaria. Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Murad turun takhta. Ia menobatkan putranya yang masih kecil di atas takhta di Edirne, yang saat itu merupakan ibu kota Ottoman.

Mehmed muda harus menghadapi kerusuhan internal antara dua kelompok yang bersaing. Kedua faksi mengeklaim bahwa mereka melindungi hak-hak anak sultan. Faktanya, keduanya hanya menggunakan sultan muda itu sebagai sarana untuk mengeklaim lebih banyak kekuasaan.

Segera setelah Murad tersingkir, Hungaria melanggar perjanjian perdamaian. Hungaria dan sekutunya kembali menyerang Kekaisaran Ottoman.

Murad II dipanggil kembali ke ibu kota untuk memimpin pertahanan wilayah Ottoman dan ia berhasil memenangkan pertarungan.

Setelah ancaman perang salib menghilang, Murad melanjutkan pemerintahannya sebagai Sultan Ottoman. Ia mengirim putranya untuk melanjutkan pendidikannya. Maka berakhirlah pemerintahan pertama Mehmed II sebagai Sultan Ottoman, yang memerintah sekitar 2 tahun.

Kesempatan kedua untuk memimpin Kekaisaran Ottoman

Mehmed II berusia 18 tahun ketika ayahnya meninggal. Ia secara resmi menduduki takhta Kekaisaran Ottoman untuk kedua kalinya pada 18 Februari 1451.

Dia segera mengonsolidasikan kekuasaannya dan menyingkirkan penggugat saingannya. Salah satu kisah bahkan menyatakan bahwa ia menenggelamkan bayi laki-laki bungsu ayahnya di bak mandinya.

Belakangan, Mehmed II secara resmi memberlakukan undang-undang pembunuhan saudara. Aturan itu berbunyi, “Siapa pun di antara putra-putra saya yang mewarisi takhta sultan, dia wajib membunuh saudara-saudaranya demi kepentingan tatanan dunia. Sebagian besar ahli hukum telah menyetujui prosedur ini.”

Ia juga memperkuat militer dan mengabdikan dirinya pada pengaturan diplomatik dan militer. Sebagai pemimpin, Mehmed II menetralisir ancaman Venesia dan Hungaria dengan perjanjian damai. “Saat itu, dia memiliki tujuan yang jauh lebih besar: merebut Konstantinopel dari Kekaisaran Romawi,” ungkap Asselin.

Jatuhnya Konstantinopel, akhir bagi Kekaisaran Romawi

Konstantinopel pernah menjadi ibu kota Kekaisaran Bizantium. Diberi nama demikian untuk membedakan sisa separuh Kekaisaran Romawi bagian timur ini dengan Kekaisaran Romawi bagian barat, yang jatuh pada tahun 476 Masehi.

Sepanjang sejarahnya, Kekaisaran Bizantium menghadapi pengepungan dan serangan yang tak terhitung banyaknya. Namun tidak ada yang berhasil karena lokasi kota yang sangat mudah dipertahankan. Selain itu, Tembok Theodosian yang terkenal pun mampu menghalau musuh.

Merebut Konstantinopel untuk dijadikan ibu kota baru Kekaisaran Ottoman adalah impian Mehmed II. Konon ia bermimpi merebut Konstantinopel sejak kecil. (Fausto Zonaro)

Merebut Konstantinopel untuk dijadikan ibu kota baru Kekaisaran Ottoman adalah impian Mehmed II. Konon ia bermimpi merebut Konstantinopel sejak kecil. Dia terkenal menyatakan bahwa hanya ada satu hal yang dia inginkan. “Beri saya Konstantinopel,” katanya.

Pada tanggal 6 April 1453, pasukannya memulai pengepungan paling terkenal dalam sejarah barat. Rencananya untuk merebut kota benteng Bizantium bertumpu pada dua keuntungan. Ia memiliki pasukan Janissari – tentara elite yang terlatih – dan meriam paling kuat yang pernah ada di dunia kuno.

“Pengepungan tersebut relatif singkat menurut standar sejarah,” Asselin menambahkan lagi. Pada tanggal 29 Mei, Mehmed II memimpin serangan terakhir terhadap kota itu. Begitu ia berhasil masuk, perjuangan untuk Konstantinopel berakhir dengan cepat. Mehmed II merebut kota tersebut dan secara resmi mengakhiri kekuasaan Kekaisaran Romawi.

Penjarahan sebuah kota setelah pengepungan tidak pernah berjalan mulus dan teratur. Mehmed II dengan cepat mengakhiri serangan paling merusak yang dilakukan pasukannya selama jatuhnya Konstantinopel. Bukanlah niat Mehmed untuk menjarah kota. Sebaliknya, ia berniat untuk mengembalikan kejayaan ibukota Kristen sebagai ibukota Muslim.

Setelah berhasil menguasai Konstantinopel, Mehmed terus berjuang untuk memperluas wilayah Kekaisaran Ottoman.

Pada tahun 1481, Mehmed II sedang memimpin serangan militer di Anatolia. Di tengah perjuangannya, sang sultan meninggal karena asam urat. “Ada beberapa spekulasi bahwa dia mungkin telah diracun,” ujar Asselin.

Warisan Mehmed sang Penakluk

Mehmed II adalah pemimpin yang kompleks dan dikenang sebagai orang yang kejam dan lembut. Ia membangun sekolah dan pasar. Di lain waktu, Mehmed juga memerintahkan perang, pembantaian, dan penyiksaan.

Ia mendukung toleransi di ibu kotanya. Di sisi lain, ia juga menghukum pemberontak dengan kekerasan yang bahkan mengejutkan orang-orang sezamannya.

Mehmed II meninggalkan warisan yang kuat dan abadi. Di dunia Muslim, dia dihormati sebagai pahlawan. Tahun penaklukannya atas Konstantinopel, 1453, dikenang sebagai salah satu tahun paling penting dalam sejarah dunia.