Horae Mitologi Yunani: Dewi-Dewi yang Mengatur Musim dan Waktu

By Tri Wahyu Prasetyo, Kamis, 19 Oktober 2023 | 12:00 WIB
Dionysos berjenggot yang memimpin Horai (Musim). Marmer, salinan Romawi dari abad ke-1 Masehi yang dibuat berdasarkan karya neo-Artistik Helenistik. (Public Domain/Wikimedia commons)

Nationalgeographic.co.id–Horae, yang sering disebut sebagai Horai adalah makhluk ilahi dari mitologi Yunani yang melambangkan musim dan perjalanan waktu. Mereka adalah putri Zeus dan Titaness Themis.

Horae sangat erat kaitannya dengan konsep waktu dan perkembangan musim yang teratur. Mereka merupakan makhluk-makhluk ilahi yang penting dalam kepercaraan dan upacara keagamaan Yunani.

“Mereka sering digambarkan sebagai dewi yang cantik dan awet muda, biasanya mengenakan jubah dan terkadang memegang benda-benda simbolis yang berkaitan dengan peran mereka,” tulis Morris H. Lary, pada laman History Cooperative.

Dalam mitologi Yunani kuno, biasanya ada tiga Horae, meskipun beberapa variasi menyebutkan lebih dari itu. Setiap Horae diyakini mengatur musim tertentu.

Penyebutan pertama tentang Horae terdapat dalam Iliad. Namun, Homer hanya memberikan sedikit informasi tentang mereka. Di luar referensi awal Homer, terdapat sejumlah deskripsi yang terkadang saling bertentangan dan memberi kita jumlah serta sifat Horae yang bervariasi.

Horae Keadilan

Sebuah alegori perdamaian dan kebahagiaan negara; yang digambarkan adalah Dike (keadilan), Eunomia (ketertiban) dan, di tengah-tengahnya, Eirene (kedamaian). (Public Domain/Wikimedia Commons)

Penyair Yunani sezaman Homer, Hesiod, memberikan kisah yang lebih rinci tentang Horae dalam Theogony. Kisah diawali dengan Zeus yang menikahi Themis, dewi keadilan Yunani dan putri Uranus.

Dari pernikahan tersebut, lahirlah tiga dewi: Eunomia, Dice, Eirene. Ini adalah salah satu dari dua Triad Horae yang diakui (dan sangat berbeda). 

Meskipun demikian, menurut Moris, ketiga dewi ini masih memiliki hubungan dengan musim. Putri-putri Zeus ini “masih dipandang terkait dengan langit dan rasi bintang surgawi, yang masuk akal mengingat hubungan mereka dengan perjalanan waktu yang teratur.”

Namun, Moris menambahkan, “ketiga dewi Horae ini jauh lebih erat kaitannya dengan gagasan-gagasan seperti perdamaian, keadilan, dan keteraturan seperti ibu mereka, Themis.”

Dice, adalah dewi keadilan manusia, hak-hak hukum, dan keputusan yang adil. Ia sangat membenci para pembohong dan koruptor. Di tangan bangsa Romawi, Dice direvisi sbagai dewi Justica– yang citranya sebagai "Lady Justice" menghiasi gedung-gedung pengadilan di seluruh dunia Barat hingga hari ini.

Eunomia, di sisi lain, adalah personifikasi dari hukum dan ketertiban. Ia disebut dalam berbagai sumber sebagai dewi ketertiban baik dalam konteks sipil maupun pribadi. 

Eirene, terakhir dari tiga serangkai ini, merupakan personifikasi dari perdamaian. Ia disembah dengan sangat baik di Athena, terutama setelah orang Athena mengalahkan Sparta dalam Perang Peloponnesia pada abad ke-4 SM.

Para Horae dari Setiap Musim

Sebenarnya, ada tiga serangkai Horae yang lebih umum dikenal yang juga disebutkan dalam Kidung Homer dan karya-karya Hesiod.

Menurut Fabulae karya cendekiawan abad ke-1, Hyginus, trio dewi ini adalah Thallo, Karpo, dan Auxo. Mereka juga dianggap dalam mitologi Yunani sebagai putri Zeus dan Themis.

Tidak seperti ibu mereka, kelompok kedua dewi Horae ini tidak memiliki hubungan dengan konsep-konsep seperti perdamaian atau keadilan manusia. 

Sebaliknya, Moris menjelaskan, “orang Yunani melihat mereka sebagai dewi alam, yang peduli dengan perkembangan musim dan tatanan alami vegetasi serta pertanian.”

Orang Yunani kuno awalnya hanya mengenal tiga musim: Musim Semi, Musim Panas, dan Musim Gugur. Jadi, pada awalnya, hanya tiga Horae yang mewakili musim-musim dalam setahun, serta tahap pertumbuhan tanaman yang menandai dan mengukur setiap musim.

Thallo, merupkan dewi dewi Horae untuk tunas dan diasosiasikan dengan Musim Semi. Ia disembah sebagai dewi yang bertanggung jawab atas kemakmuran dalam penanaman dan melindungi pertumbuhan baru. 

Auxo, adik Thallo, merupakan dewi Musim Panas yang diasosiasikan dengan pertumbuhan dan kesuburan tanaman. Ia sering digambarkan dalam seni sebagai dewi yang membawa seikat gandum.

Carpo, dewi Musim Gugur yang dihubungkan dengan panen. Seperti saudara-saudaranya, ia disembah di Athena. Biasanya, Carpo digambarkan sebagai pembawa buah anggur atau hasil panen lainnya.

Horae dari Empat Musim

Dalam mitologi Yunani, Helios mengatur matahari setiap hari dengan kereta emasnya. (Guido Reni)

Meskipun trio Thallo, Auxo, dan Carpo pada awalnya adalah personifikasi dari tiga musim yang dikenal di Yunani kuno, seiring berjalanya waktu ia diperluas menjadi empat musim.

Buku “10 of the Fall of Troy” oleh Quintus Smyrnaeus, menambahkan dewi yang diasosiasikan dengan Musim Dingin. Dalam versi ini, mereka juga bukan lagi keturunan Zeus dan Themis, melainkan putri dewa matahari Helios dan dewi bulan Selene.

Meskipun sebagian besar dari mereka masih digambarkan sebagai wanita muda, kini mereka mereka memiliki nama-nama yang berbeda.

Dewi musim yang pertama adalah Eiar atau Musim Semi. Ia biasanya digambarkan dalam karya seni mengenakan mahkota bunga dan menggendong anak domba.

Yang kedua adalah Theros, dewi Musim Panas. Dia biasanya digambarkan membawa sabit dan dimahkotai dengan biji-bijian.

Horae berikutnya adalah Phthinoporon, personifikasi Musim Gugur. Seperti Carpo sebelumnya, dia sering digambarkan membawa anggur atau dengan keranjang berisi hasil panen.

Terakhir, sebagai tambahan dari sebelumnya: Kheimon sang dewi Musim Dingin. Ia biasanya digambarkan berpakaian lengkap dan sering ditampilkan dengan pohon yang telanjang atau memegang buah-buahan yang layu.

Horae Pengendali Waktu

Moris Menjelaskan, Horae bukan hanya dewi musim. Mereka juga dipandang sebagai pengendali perkembangan waktu yang teratur.

“Elemen ini sudah ada sejak awal. Bahkan dalam kutipan yang paling awal, Horae dikatakan mengawasi perkembangan musim dan pergerakan rasi bintang di langit malam” kata Moris.

Dalam Fabulae-nya, Hyginus mendaftarkan sembilan Horae, mempertahankan sebagain nama dari tiga serangkai yang sudah dikenal: Auco, Eunomia, Pherusa, Carpo, Dike, Euporia, Eirene, Orthosie, dan Tallo. 

Namun, ia juga mencatat bahwa sumber-sumber lain menyebutkan lebih dari sembilan Horae: Auge, Anatole, Musica, Gymnastica, Nymphe, Mesembria, Sponde, Elete, Acte, Hesperis, dan Dysis.

Perlu dicatat, bahwa setiap nama dari daftar tersebut menandai aktivitas rutin yang dilakukan orang Yunani. 

Sebagai contoh, Anatole berkaitan dengan fajar, Sponde berkaitan dengan upacara doa, dan sebagainya. Ini mencerminkan cara Horae dianggap mengatur aktivitas manusia sepanjang hari.