Nationalgeographic.co.id—Wabah hitam (Black Death) adalah pandemi terburuk yang terjadi dalam sejarah Abad Pertengahan yang membunuh lebih dari separuh populasi Eropa. Diperkirakan sekitar 30-50 juta orang meninggal selama wabah hitam melanda Eropa antara tahun 1347 hingga 1352 M.
Istilah wabah hitam digunakan dalam sejarah Abad Pertengahan merujuk gejala infeksi penyakit tersebut. Saat terinfeksi, akan terjadi pembengkakan kelenjar getah bening atau "bubo" yang terasa nyeri di selangkangan atau ketiak.
Kemudian, bagian tubuh yang mati akan menghitam, seperti jari tangan dan kaki. Sehingga orang-orang menyebutnya wabah hitam dengan ciri-ciri tersebut.
Penyebab Wabah
Wabah merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yang dibawa dan disebarkan oleh kutu parasit pada hewan pengerat, terutama tikus coklat.
Namun hal ini tidak diketahui oleh masyarakat abad pertengahan, karena baru teridentifikasi pada tahun 1894 M.
Parasit lain, termasuk yang hidup di kulit manusia, mungkin juga menyebarkan penyakit ini. Ada tiga jenis wabah, dan ketiganya kemungkinan besar muncul dalam pandemi Black Death: penyakit pes, penyakit pneumonia, dan penyakit septikemia.
Penyakit pes adalah wabah yang paling umum terjadi pada abad ke-14, menyebabkan pembengkakan parah di selangkangan dan ketiak (kelenjar getah bening) yang berubah warna menjadi hitam, oleh karena itu dinamakan Wabah Hitam.
Luka hitam yang menutupi tubuh secara umum, yang disebabkan oleh pendarahan internal, dikenal sebagai bubo, yang merupakan asal mula nama penyakit pes.
Gejala lainnya adalah demam tinggi dan nyeri sendi. Jika tidak diobati, penyakit pes berakibat fatal pada 30 hingga 75% kasus infeksi, seringkali dalam waktu 72 jam.
Dua jenis wabah lainnya – pneumonia (atau paru) dan septikemia. Kedua jenis wabah ini biasanya berakibat fatal pada semua kasus yang terjadi dalam sejarah Abad Pertengahan.
Bagaimana Wabah Hitam Menyebar?
Kehidupan masyarakat Eropa yang buruk pada abad ke-14 di Eropa telah terbukti menjadi bencana bahkan sebelum wabah Hitam tiba.
Wabah sebelumnya telah menyerang peternakan, dan terjadi kegagalan panen akibat eksploitasi lahan yang berlebihan, yang menyebabkan dua kelaparan besar di seluruh Eropa pada tahun 1316 dan 1317.
Juga terjadi gejolak peperangan, terutama Perang Seratus Tahun (1337-1453) antara Inggris dan Prancis. Bahkan cuaca menjadi semakin buruk karena siklus suhu yang luar biasa pada tahun 1000-1300.
Itu semua membuka jalan bagi dimulainya “zaman es kecil” di mana musim dingin semakin dingin dan lama, sehingga mengurangi musim tanam dan mengurangi hasil panen.
Wabah mematikan yang menyerang manusia bukanlah fenomena baru, wabah serius pernah terjadi pada pertengahan abad ke-5 yang melanda wilayah Mediterania dan Konstantinopel pada khususnya.
Wabah hitam tahun 1347 memasuki Eropa, mungkin melalui Sisilia, ketika dibawa ke sana oleh empat kapal gandum Genoa yang berlayar dari Caffa, di Laut Hitam.
Kota pelabuhan telah dikepung oleh bangsa Tartar-Mongol yang melemparkan mayat-mayat yang terinfeksi ke dalam kota, dan di sanalah orang-orang Italia tertular wabah tersebut.
Asal lainnya adalah para pedagang Mongol yang menggunakan Jalur Sutra yang membawa penyakit ini dari sumbernya di Asia Tengah, dengan Tiongkok yang secara khusus diidentifikasi setelah studi genetika pada tahun 2011.
Dari Sisilia, jaraknya tidak jauh dari daratan Italia, meskipun salah satu kapal dari Caffa telah mencapai Genoa ditolak masuk dan berlabuh di Marseilles, dan kemudian Valencia.
Oleh karena itu, pada akhir tahun 1349, penyakit ini telah menyebar melalui jalur perdagangan ke Eropa Barat: Prancis, Spanyol, Inggris, dan Irlandia, yang semuanya menyaksikan dampak buruknya.
Menyebar seperti api, terjadi wabah-wabah di Jerman, Skandinavia, negara-negara Baltik, dan Rusia pada tahun 1350-1352.
Kematian luas
Sebelum masa itu, wabah penyakit selalu diyakini disebabkan oleh sebab-sebab supernatural. Seperti misalnya murka Tuhan, perbuatan iblis hingga peredaran planet.
Karena tidak ada yang mengetahui penyebab penyakit ini, maka tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya. Namun dalam sejarah Abad pertengahan, hal itu tidak menghentikan orang untuk mencoba semampu yang mereka bisa.
Masyarakat Eropa mencoba membuat obat berdasarkan pengetahuan medis pada masa itu yang terutama berasal dari dokter Yunani Hippocrates (460 - 370 SM), filsuf Aristoteles dari Stagira (384 - 322 SM), dan dokter Romawi Galen (130 - 210 M).
Cara lainnya adalah kepercayaan agama, cerita rakyat, jamu, dan takhayul. Penyembuhan ini, sebagian besar tidak efektif dan beberapa diantaranya berakibat fatal.
Pada dasarnya, dokter-dokter dalam sejarah Abad Pertengahan tidak memiliki pengetahuan tentang organisme mikroskopis seperti bakteri, sehingga mereka tidak dapat memberikan pengobatan yang efektif.
Sementara itu di bidang pencegahan, mereka juga terbatas oleh tingkat sanitasi yang sangat buruk jika dibandingkan dengan standar modern.
Strategi lain yang bisa membantu adalah dengan mengkarantina daerah-daerah. Namun ketika orang-orang melarikan diri dengan panik setiap kali ada kasus wabah, mereka tanpa sadar membawa penyakit tersebut dan menyebarkannya lebih jauh.
Ada begitu banyak korban wabah dan begitu banyak mayat sehingga pihak berwenang tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap mereka, dan gerobak yang penuh dengan mayat menjadi pemandangan umum di seluruh Eropa.
Tampaknya satu-satunya tindakan yang bisa dilakukan adalah tetap diam, menghindari orang, dan berdoa. Penyakit ini akhirnya sembuh pada tahun 1352 tetapi akan menjangkiti lagi, dalam wabah yang tidak terlalu parah, sepanjang sisa periode sejarah Abad Pertengahan.