Aubrey juga berpendapat bahwa kebiasaan tersebut telah menjadi populer di Inggris, Wales, dan Skotlandia modern awal karena penyebaran Presbiterianisme dan Puritanisme. Bentuk Protestantisme ketat yang menekankan pembacaan Alkitab yang hidup dan literal, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Pemakan dosa akan menyerap kelakuan buruk orang mati dengan memakan roti yang diletakkan di dada atau wajah mayat dan berkata: “Aku memberikan kemudahan dan ketenangan sekarang kepadamu, pria/wanita/anak terkasih. Jangan menyusuri jalan kecil atau padang rumput kami. Dan demi kedamaianmu, aku menggadaikan jiwaku sendiri. Amin."
Setelah roti dimakan, diyakini bahwa beban dan akibat dari perbuatan buruk tersebut berpindah dari orang yang meninggal ke si pemakan dosa.
Setelah itu, mereka sering kali dipukuli atau diusir dari rumah dengan tongkat oleh anggota keluarga yang ingin melepaskan diri dari pemakan dosa yang terkutuk. Pasalnya, mereka diyakini telah dirusak oleh dosa orang mati.
Pemakan dosa, biasanya miskin atau pecandu alkohol. Mereka dihina dan dikucilkan dari masyarakat karena bersedia menjual jiwa mereka dan mengambil risiko hukuman abadi hanya demi uang.
Pemakan Dosa adalah Peninggalan Pagan
Dengan demikian, dari semua ini kita dapat memperoleh pemahaman bahwa makan dosa adalah elemen populer dalam agama Kristen yang bertahan dari zaman Pagan hingga Abad Pertengahan. Hal ini terus digunakan secara sporadis di banyak bagian Eropa selama berabad-abad, namun tidak didokumentasikan dengan baik selama periode ini.
Pada akhirnya, hal ini hanya merupakan perkembangan yang cepat berlalu. Meskipun makan dosa masih menjadi ciri kehidupan beragama di beberapa komunitas di wilayah seperti Bavaria di Jerman bagian selatan hingga awal abad ke-20, munculnya Revolusi Ilmiah dan kemunduran semangat keagamaan pada masa Pencerahan abad ke-18 menyebabkan hilangnya praktik-praktik seperti pemakan dosa di sebagian besar wilayah.
Meskipun praktik makan dosa sebagian besar telah memudar dalam sejarah, warisannya masih bertahan. Konsep ini dalam catatan sejarah Abad Pertengahan berakar pada pemindahan dosa, mengungkapkan ketertarikan umat manusia terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang moralitas, rasa bersalah, dan kehidupan setelah kematian.
Pemakan dosa tetap menjadi simbol kuat dalam sastra dan seni, sering kali digunakan untuk mengeksplorasi tema rasa bersalah, penebusan, dan konsekuensi tindakan seseorang.