Nationalgeographic.co.id—Kesatria Templar adalah ordo militer yang sangat penting dalam sejarah Abad Pertengahan. Tidak hanya berperan dalam Perang Salib, namun juga karena Kesatria Templar membangun sistem perbankan dan menjadi bankir yang terpercaya di Eropa.
Namun demikian, sepertinya kejayaan Kesatria Templar di sejarah Abad Pertengahan telah membuat banyak pihak iri. Terutama para bangsawan dan para pendeta di banyak Gereja Katolik di seluruh Eropa.
Kemudian karena mereka dianggap terlalu kuat, para penguasa barat juga menjadi waspada terhadap Kesatria Templar. Terutama ketika Kesatria Templar mulai membangun jaringan besar di seluruh Eropa, menguasai banyak tanah dan memiliki cadangan uang tunai yang besar.
Sejumlah tuduhan mulai diarahkan ke Kesatria Templar. Mulai dari penyalahgunaan hak istimewa mereka, memeras keuntungan maksimal dari transaksi keuangan mereka hingga tuduhan kencing di atas salib.
Tuduhan serius mereka yang pertama adalah korupsi dan menyerah pada kesombongan dan keserakahan. Para pembenci menuding mereka menjalani kehidupan yang terlalu mewah dan menghambur-hamburkan uang.
Menurut para pembenci, kekayaan Kesatria Templar seharusnya bisa digunakan untuk mempertahankan pasukan untuk Perang Suci.
Mereka dituduh membuang-buang sumber daya untuk bersaing dengan ordo saingannya, khususnya Kesatria Hospitaller.
Ada juga argumen lama bahwa biarawan dan pejuang bukanlah kombinasi yang serasi. Beberapa bahkan mengecam ordo tersebut karena tidak tertarik untuk memaksa orang Islam menjadi Kristen, tapi malah membunuh mereka.
Sebagian besar kritik dalam sejarah Abad Pertengahan ini didasarkan pada ketidaktahuan akan urusan ordo, berlebihan dalam menilai kekayaan mereka, dan perasaan iri dan curiga secara umum.
Pada akhir abad ke-13, banyak yang menganggap ordo militer harusnya independen demi kebaikan semua orang. Penggabungan mereka ke dalam satu badan adalah solusi terbaik untuk membuat mereka lebih bertanggung jawab kepada Gereja dan penguasa masing-masing negara.
Kemudian, sekitar tahun 1307, beredarlah tuduhan-tuduhan yang jauh lebih serius terhadap para Kesatria Templar.
Mereka dikatakan menyangkal Kristus sebagai Tuhan, penyaliban dan salib. Kesatria Templar juga dituding melakukan dan menginisiasi banyak orang untuk menginjak-injak, meludah, dan kencingi salib.
Tuduhan ini dipublikasikan, khususnya oleh pemerintah Perancis. Para pendeta pada umumnya juga iri dengan hak-hak ordo tersebut, seperti hak penguburan, yang merupakan pekerjaan sampingan yang berpotensi menguntungkan bagi gereja lokal mana pun.
Kelompok politik dan agama bersatu dengan tujuan menghancurkan Kesatria Templar. Hilangnya negara-negara Tentara Salib di Levant pada tahun 1291 mungkin menjadi salah satu pemicunya.
Walaupun banyak yang masih berpikir bahwa mereka masih bisa merebut kembali negara-negara tersebut, dan untuk itu, diperlukan ordo militer.
Pada hari Jumat tanggal 13 Oktober 1307 Raja Philip IV dari Perancis memerintahkan penangkapan semua Kesatria Templar di Perancis. Motivasinya masih belum jelas, namun dugaan dari sejarawan modern mencakup ancaman militer dari Kesatria Templar.
Penangkapan para Kesatria Templar bertujuan untuk mendapatkan kekayaan mereka, kesempatan untuk mendapatkan keuntungan politik dan prestise atas kepausan.
Bahkan Raja Philip benar-benar mempercayai semua tudingan-tudingan terhadap Kesatria Templar. Mulai dari penyangkalan terhadap Kristus, tidak menghormati salib, ditambah lagi tudingan tindakan tidak bermoral.
Kesatria templar juga dituduh mendukung praktik homoseksual, ciuman tidak senonoh, dan penyembahan berhala.
Awalnya, Paus Klemens V (memerintah 1305-1314) membela serangan yang tidak berdasar ini terhadap apa yang merupakan salah satu ordo militernya. Namun Philip berhasil mendapatkan pengakuan dari beberapa Templar termasuk Grand Master James dari Molay.
Akibatnya, Paus memerintahkan penangkapan semua Kesatria Templar di Eropa Barat, dan harta benda mereka disita. Para Templar tidak mampu melawan kecuali di Aragon di mana sejumlah Templar bertahan di istana mereka hingga tahun 1308.
Pengadilan dilanjutkan di Paris pada tahun 1310, setelah itu 54 Kesatria Templar dibakar di tiang pancang dan menjadi cerita tragis dalam sejarah Abad Pertengahan. Pada tahun 1314, Grand Master ordo tersebut, James dari Molay, dan pembimbing Normandia, Geoffrey dari Charney juga dibakar.
Namun, nasib ordo tersebut secara keseluruhan ditentukan oleh Konsili Wina pada tahun 1311. Investigasi dilakukan dalam tiga tahun sebelumnya terhadap urusan ordo tersebut di seluruh Eropa.
Kemudian setelah mengalami banyak penyiksaan, sebagian besar Kesatria Templar di Prancis dan Italia terpaksa mengakui semua tuduhan. Akan tetapi tidak ada yang mengaku sehubungan dengan tuduhan paling serius dari Siprus atau semenanjung Iberia.
Sekelompok kesatria yang dipanggil untuk mendengarkan pembelaan mereka, pada acara tersebut, tidak dipanggil.
Ketika Philip tiba di dewan, Paus secara resmi menyatakan Kesatria Templar dibubarkan pada tanggal 3 April 1312. Meskipun alasannya adalah karena hilangnya reputasi dan bukan karena putusan bersalah.
Bukti fisik atas tuduhan tersebut, seperti catatan, patung berhala, dan lain-lain sama sekali tidak ada. Selain itu, banyak kesatria kemudian mencabut pengakuan mereka bahkan ketika mereka sudah dihukum dan hal itu tidak ada gunanya.