Nationalgeographic.co.id—Helios adalah Dewa Matahari dalam mitologi Yunani yang merupakan keturunan Titan Hyperion dan Theia. Ia disembah oleh orang-orang Yunani dan memiliki kultus sendiri, meski pemujaannya tidak tersebar luas.
Akan tetapi, Plato mengatakan dalam Symposium dan karya-karya lainnya, bahwa banyak orang termasuk Socrates, akan sering menghadap pada Dewa Matahari dan memanjatkan doa setiap hari.
Orang Yunani melakukan pemujaan pada Dewa Matahari dengan cara yang lebih eksplisit dan khusus. Pemujaan itu sebagai cara untuk menunjukkan perbedaan budaya dan agama mereka dibandingkan dengan budaya lain.
Mereka tidak mengikuti praktik pemujaan Matahari seperti yang dilakukan oleh "orang barbar" yang dapat merujuk pada kelompok-kelompok yang dianggap kurang beradab.
Meski begitu, filsuf Anaxagoras dari Clazomenae pada abad ke-5 SM pernah menimbulkan kemarahan. Ia mengatakan bahwa, menurut perhitungannya, Matahari bukanlah dewa melainkan sebuah batu besar yang terbakar.
Seperti diketahui, Dewa Helios memang muncul dalam beberapa mitologi Yunani, tetapi hanya sebagai cameo. Hal itu yang membuat Helios dianggap dewa kecil.
Seperti misalnya, Dewa Matahari menyinari pasangan asmara Aphrodite dan Ares. Hal ini mengungkapkan kepada Hephaistos kejahatan terlarang istrinya dalam perangkap yang telah dia pasang.
Helios juga muncul dalam mitos Hercules ketika sang pahlawan sedang melakukan pekerjaannya yang ke-10 untuk mengambil ternak Geryon dari Erytheia di ujung barat.
Muak dengan terik Matahari dalam perjalanannya, Hercules mengancam akan menembakkan salah satu anak panahnya ke Helios.
Sang dewa, alih-alih menghukum Hercules karena kemarahannya, malah menghadiahinya dengan mangkuk emas yang dia gunakan untuk mengarungi lautan dengan lebih nyaman.
Satu-satunya tempat di Yunani di mana pemujaan terhadap Helios penting adalah di Rhodes. Dalam mitologi pendiriannya, nama pulau ini berasal dari bidadari Rhodos yang melahirkan tujuh putra dari Helios, pelindung pulau tersebut.
Tiga cucu dari keturunan ini adalah pahlawan dari tiga kota utama di pulau itu: Camirus, Ialysus, dan Lindus, yang dinamai menurut nama mereka.
Untuk menghormati Helios dalam mitologi Yunani, permainan Panhellenic Halieia diadakan di pulau itu setiap lima tahun. Setiap tahun sebuah kereta dan empat kuda (quadriga) dilemparkan ke laut sebagai persembahan kepada Dewa Matahari.
Patung perunggu Helios yang terkenal, yang dikenal sebagai Colossus of Rhodes, dianggap sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. Dengan tinggi 33 meter, sosok Helios yang berdiri sangat besar mendominasi pelabuhan kota.
Patung itu dibangun antara tahun 304 dan 280 SM. Bangunan ini roboh akibat gempa bumi pada tahun 228 atau 226 SM.
Dewa Apollo dikaitkan dengan Matahari sejak abad ke-5 SM, dan hubungan tersebut menjadi semakin kuat sejak periode Helenistik. Sebagian besar berkat pengaruh para filsuf Yunani yang mulai lebih mementingkan benda langit.
Apollo dan Helios kemudian menjadi hampir sama, sama seperti Hyperion dan Helios pada periode Archaic dalam mitologi Yunani.
Bangsa Romawi melangkah lebih jauh dan menjadikan Helios, juga dikenal sebagai Sol, sebagai dewa pemujaan yang penting. Circus Maximus di Roma, misalnya, memiliki kuil yang didedikasikan untuk Sol dan Luna (Bulan) dari abad ke-3 SM.
Pemujaan terhadap Sol menjadi semakin penting pada masa Kekaisaran Romawi. Khususnya pada masa pemerintahan kaisar abad ke-3 M, Elagabalus dan Aurelian. Yang terakhir ini bahkan adalah putra seorang pendeta Matahari.
Interpretasi Helios dalam Seni
Helios muncul dalam segala bentuk seni mitologi Yunani dan Romawi. Ia biasanya digambarkan sebagai seorang pemuda yang mengenakan mahkota sinar matahari.
Helios sering kali berada di latar belakang atau tepi adegan dalam dekorasi tembikar Yunani sambil mengendarai kereta emasnya.
Namun, dalam sebuah kalyx-krater bergambar merah (sekitar 420 SM), yang sekarang ada di British Museum, dia menjadi pusat perhatian. Sementara di depannya, anak-anak laki-laki muda yang melambangkan bintang-bintang turun ke dalam laut ketika dia mendekat.
Kereta Helios paling sering ditarik oleh kuda bersayap, tetapi terkadang naga yang melakukan tugas itu. Seperti dalam krater bergambar merah sekitar tahun 400 SM dari Lucania yang menunjukkan cucunya Medea di kendali kereta itu.
Helios juga sering muncul pada tembikar figur hitam abad ke-6 SM dan tembikar figur merah abad ke-5 SM dalam adegan-adegan dari cerita Hercules.
Biasanya Helios juga mengendarai kereta emasnya sebagai latar belakang. Dewa Matahari selama berabad-abad juga digambarkan pada koin kota pelindungnya, Rhodes.
Dalam seni pahat, Helios ditampilkan di pedimen timur Parthenon di mana ia naik keretanya dari laut di paling kiri komposisi karya seni itu.
Seperti yang telah kita lihat, representasinya yang paling terkenal di zaman kuno adalah sebagai Colossus of Rhodes. Di Roma, patung raksasa serupa dari kaisar Romawi Vespasianus dan Nero dibuat untuk mewakili manusia biasa ini sebagai Helios yang perkasa.