Ibnu Sina dan Biruni, Ilmuwan Muslim yang 'Hilang' dalam Sejarah Dunia

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 28 Oktober 2023 | 08:00 WIB
Patung Al Biruni, ilmuwan muslim yang diabaikan dan seperti hilang dalam sejarah dunia. (David Stanley/Flickr)

Al Biruni dipuji sebagai "seorang da Vinci abad ke-11", "salah satu cendekiawan terhebat sepanjang masa", "pelopor Renaisans", "fenomena dalam sejarah pembelajaran Timur", "jenius universal", dan sederhananya, "Sang Guru".

Pada tahun 1927, George Sarton, ahli kimia kelahiran Belgia yang memelopori studi sistematis sejarah sains, menobatkannya sebagai "monumen terbaik bagi pembelajaran Islam".

Ibnu Sina juga dipuji sebagai "Guru Terkemuka", "Pangeran Para Tabib", "sejauh ini filsuf Islam paling berpengaruh", dan "bisa dibilang filsuf paling berpengaruh di era pra-modern".

Lebih dari satu sejarawan Eropa memujinya sebagai "Bapak Pengobatan Modern", sementara rekan-rekannya di dunia Timur menjulukinya sebagai "Pemimpin di antara Orang Bijaksana", dan bahkan "Bukti Tuhan".

Paviliun Cendekiawan Persia, termasuk patung Ibnu Sina dan AlBiruni, di Vienna International Centre yang disumbangkan oleh Iran. (Creative Commons)

Prestasi

Para ilmuwan telah lama mempelajari topik ini. Sebagian besar dari mereka mendukung Al Biruni atau Ibnu Sina, tetapi hanya sedikit yang mendukung keduanya. Mereka mengemukakan klaim-klaim tentang keunggulan kedua ilmuwan Muslim tersebut.

Dalam proses membela yang mereka dukung, mereka mengajukan daftar klaim yang memabukkan mengenai keunggulannya.

Biruni, misalnya, dikatakan telah mendirikan astronomi dan trigonometri sebagai bidang penyelidikan independen dan memajukan bidang trigonometri bola. Hanya sedikit yang melampaui dia dalam menyatakan bahwa matematika dapat mewakili realitas dengan setia.

Dengan menggunakan rumus yang tidak muncul kembali hingga abad ke-17, ia merancang contoh pertama kalkulus selisih hingga.

Para pendukung ilmiahnya mengklaim bahwa ia mengukur diameter bumi dan bulan lebih akurat daripada siapa pun hingga abad ke-17. Al Biruni menggunakan instrumen sederhana namun sangat canggih yang dirancangnya sendiri, serta metodologi baru dalam geometri dan kalkulus.

Mereka lebih lanjut menyatakan bahwa ia menggunakan metode inovatif yang sama untuk memperluas parameter dunia yang diketahui. Al Biruni bahkan membuat hipotesis tentang keberadaan Amerika Utara dan Selatan sebagai benua yang dihuni.