Sigmund Freud, Bapak Psikoanalisis Sejarah Dunia Jadi Pecandu Kokain

By Hanny Nur Fadhilah, Rabu, 1 November 2023 | 21:00 WIB
Sigmund Freud adalah Bapak psikoanalisis yang dikenal karena kecanduan rokok dan kokain dalam sejarah dunia. (Wikimedia Commons)

Setelah ditemukannya tumor kanker di dalam mulut Freud pada tahun 1923, dokter mengangkat sebagian besar rahangnya. Meskipun ia menjalani 33 operasi tambahan selama 16 tahun berikutnya dan memasukkan prostesis besar untuk memisahkan sinus dan rahangnya, Freud tidak pernah berhenti merokok.

Freud dan Kokain

Pada tahun 1880-an, Freud mulai tertarik pada obat legal yang kurang dikenal yang digunakan oleh seorang dokter militer Jerman untuk meremajakan pasukan yang kelelahan yaitu kokain.

Freud bereksperimen dengan obat tersebut dan menemukan bahwa pencernaan dan semangatnya membaik setelah meminum air yang dicampur dengan kokain terlarut.

Dia membagikan dosisnya kepada teman-temannya dan calon istrinya serta memuji manfaat terapeutik obat tersebut dalam makalah tahun 1884 “On Coca,” yang dia sebut sebagai “lagu pujian untuk zat ajaib ini.”

Namun, ketika Freud memberikan kokain kepada teman dekatnya Ernst von Fleischl-Marxow untuk menghentikan kecanduan morfin dan menghilangkan rasa sakit kronis, temannya malah mengembangkan kecanduan kokain.

Dengan menyebarnya berita tentang kecanduan lain dan kematian akibat overdosis, Freud berhenti menganjurkan manfaat medis kokain tetapi terus menggunakan obat tersebut sesekali untuk mengatasi migrain.

Diusir dari Austria

Meskipun seorang ateis, Freud dilahirkan dalam keluarga Yahudi dan menjadi sasaran khusus Nazi ketika mereka naik ke tampuk kekuasaan di sejarah dunia.

Buku-bukunya termasuk di antara buku-buku yang dibakar oleh Nazi pada tahun 1933. Di Abad Pertengahan, Freud mengatakan "Mereka akan membakarku; saat ini mereka sudah puas dengan membakar buku-buku saya.”

Nazi menggerebek apartemennya, dan Gestapo menahan serta menginterogasi putrinya, Anna. Dengan bantuan teman dan pasiennya, Putri Marie Bonaparte, Freud yang enggan melarikan diri ke Paris dan kemudian London bersama istrinya dan Anna.

Bonaparte berusaha namun gagal, untuk juga mendapatkan visa keluar bagi empat saudara perempuan Freud. Psikoanalis tersebut meninggal hanya beberapa minggu setelah pecahnya Perang Dunia II. Keempat saudara perempuan yang ditinggalkan di Wina akhirnya dikirim ke kamp konsentrasi Nazi, di mana mereka meninggal.