Lempeng Pontus: Lempeng Bumi Misterius yang Hilang di Dekat Kalimantan

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 27 Oktober 2023 | 07:00 WIB
Ilustrasi patahan lempeng bumi di tanah. Terdapat lempeng misterius yang telah tenggelam 20 juta tahun lalu di dekat Pulau Kalimantan yang disebut Lempeng Pontus. (Pxhere)

Nationalgeographic.co.id—Lempeng bumi adalah kunci utama untuk membentuk bentang alam seperti daratan, gunung, jurang, dan lautan. Dalam susunan geologis, lempeng bumi berada di bawah litosfer (kumpulan tanah di bawah kaki kita) dan di atas astenosfer.

Astenofsfer inilah yang menyebabkan lempeng bumi kita terus bergerak. Magma cair yang berada di dalamnya terus dipanaskan oleh inti bumi yang menyebabkan arus konveksi.

Akibatnya, arus ini membuat lempeng bergerak bagai dua papan kayu  bergerak-gerak di atas air sedang mendidih di dalam panci. Pada akhirnya, dua papan kayu itu saling bertabrakan atau bertumpukan.

Begitu juga pada lempeng bumi. Dalam proses geologis miliaran tahun, semua lempeng di Bumi saling mendorong maju dan menarik, bergesekan, atau bertabrakan.

Pergerakan ini menyebabkan bencana gempa bumi dapat terjadi di permukaan. Bahkan sangat mungkin bagi lempeng bumi bisa tertimbun di bawah lempeng bumi lainnya.

Baru-baru ini, sebuah penelitian mengungkapkan adanya lempeng bumi yang selama ini hilang di dasar Laut Cina Selatan. Lempeng ini hilang sekitar 20 juta tahun lalu. Para ilmuwan menyebutnya sebagai "Lempeng Pontus".

Keberadaan Lempeng Pontus dapat dilihat dari pecahan batuan dari pegunungan Pulau Kalimantan, dan sisa-sisa lempengan besar yang terdeteksi oleh ilmuwan terletak jauh di dalam mantel bumi.

Para ilmuwan yang mengungkapkan keberadaannya yakin bahwa Lempeng Pontus sejak awal merupakan lempeng yang berada di bawah laut. 20 juta tahun silam, lempeng ini berada di bawah samudra purba yang dikenal sebagai Samudra Pontus.

"Sangat mengejutkan menemukan sisa-sisa lempeng yang tidak kita ketahui sama sekali," kata Suzanna van de Langemaat, peneliti utama studi yang merupakan kandidat doktoral di Utrecht University, Belanda, dikutip dari Live Science.

Dalam proyeksi penelitian itu bahwa pada 160 juta tahun silam, kepulauan Indonesia dan Filipina belum seperti sekarang. Posisi Australia dan Pulau Papua berada jauh di selatan. Sedangkan posisi Asia Tenggara hampir berada di letak astronomisnya yang sekarang—dekat garis khatulistiwa.

Namun, di antara Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia terdapat Lempeng Pontus. Jika Anda ingin membayangkannya, Lempeng Pontus berada di dari Laut Cina Selatan, melebar di posisi yang seharusnya berada Pulau Sulawesi dan Kalimantan, dan meliputi pesisir barat Pulau Sumatra. Sedangkan bagian selatannya, jauh menyentuh lempeng Australia di utara Pulau Papua.

Warna jingga merupakan kawasan celah yang misterius di antara dua dunia bekas benua kuno Pangea-Tethys dan Panthalassa. Lihat pada bagian Filipina dan Kalimatan. Anda dapat melihat banyak patahan lempeng yang kemungkinan sisa dari tenggelamnya Lempeng Pontus yang kini hilang. (Suzanna H.A van de Lagemaat & Douwe J.J van Hinsbergen (2023))

Penemuan ini berawal ketika Van de Langemaat bersama rekan-rekannya mempelajari Lempeng Pasifik. Lempeng bumi terus bergerak, membuat keraknya turut bergerak. 

Kerak lempeng samudra jadi lebih padat daripada lempeng benua, sehingga lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua yang disebut subduksi. Lambat laun, lempeng samudra menghilang.

Terkadang, para peneliti menjelaskan, bebatuan dari lempengan yang tenggelam di bawah lempengan lain, membantu dalam pembuatan pegunungan yang ada di kerak lempeng daratan. Di sinilah Van den Langemaat dan rekannya, Douwe van Hinsbergern menemukan sisa-sisa lokasi dan adanya lempeng yang hilang.

Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Gondwana Research. Artikel makalahnya bertajuk "Plate tectonic cross-roads: Reconstructing the Panthalassa-Neotethys Junction Region from Philippine Sea Plate and Australasian oceans and orogens".

Penampakan Lempeng Pontus 160 juta tahun lalu yang menghubungkan Lempeng Eurasia, Australia, Izanagi, dan Pasifik. (Suzanna H.A van de Lagemaat & Douwe J.J van Hinsbergen (2023))

Awalnya, para peneliti menemukan sisa-sisa salah satu lempeng kuno yang hilang yang berada di Pulau Kalimantan. Dari sini, mereka dapat melihat sifat magnetik batuan untuk mengetahui kapan dan di mana batuan tersebut terbentuk.

Untuk menentukan bahwa batuan tersebut berasal dari lempeng yang hilang disebut sebagai Lempeng Pontus, para peneliti menemukan keanehan. Van de Lagemaat menjelaskan "Garis lintang ini tidak sesuai dengan garis lintang yang kami peroleh dari lempeng lain yang telah kami ketahui."

Dari model komputer yang digunakan para peneliti, mereka mengamati kondisi geologis sekitar selama 160 juta terakhir. Ternyata ditemukan bahwa adanya perbedaan mencolok di antara kawasan yang sekarang disebut sebagai Tiongkok Selatan dan Kalimantan.

Pada kawasan ini pernah ditopang oleh lempeng kuno. Awalnya para ilmuwan menduga merupakan kawasan Lempeng Izanagi—lempeng kuno besar di Samudra Pasifik yang terbentang ke selatan menyisiri tepi Benua Asia dan yang akan membentuk Kepulauan Jepang.

Ternyata, lempeng kuno ini berbeda dengan karakteristik dengan Lempeng Izanagi. Batuan yang ada di Kalimantan ternyata masuk dari celah misterius yang hilang.

Lempeng misterius ini awalnya sangat besar, namun terus menyusut seiring zaman. Pada akhirnya, lempeng Australia yang terus bergerak ke utara, membuat lempeng ini hilang 20 juta tahun silam. Dari sini, para peneliti langsung menyimpulkan bahwa kerak samudra yang hilang merupakan bagian dari Lempeng Pontus.