Satelit Mata-Mata Perang Dingin Ungkap 396 Benteng Kekaisaran Romawi

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 28 Oktober 2023 | 17:15 WIB
Satelit mata-mata Perang Dingin menyingkap banyak benteng Kekaisaran Romawi yang telah lama hilang. (Father Antoine Poidebard; Casana et al, Antiquity 2023)

Nationalgeographic.co.id-Perang Dingin telah menyingkap sejumlah peninggalan penting dari masa lampau. Citra satelit mata-mata era Perang Dingin telah mengungkap ratusan benteng Romawi yang telah lama hilang di Suriah dan Irak.

Benteng-benteng kuno itu pertama kali didokumentasikan di Timur Dekat pada tahun 1920-an ketika pendeta Jesuit Pastor Antoine Poidebard melakukan salah satu survei arkeologi udara pertama di dunia.

Studi Poidebard berhasil menghitung 116 benteng. Studi itu menunjukkan bahwa benteng-benteng tersebut digunakan untuk melindungi perbatasan timur Kekaisaran Romawi dari invasi perampokan dari dunia Arab dan Persia.

Dalam survei baru ini, para peneliti di Dartmouth College melihat kembali wilayah tersebut dengan mempelajari citra satelit Timur Dekat abad ke-20 yang tidak diklasifikasikan setelah Perang Dingin.

Dengan memperhatikan jejak di lanskap tersebut, mereka mengidentifikasi total 396 benteng baru era Romawi di padang rumput Suriah.

“Fitur arkeologi yang kami klasifikasikan sebagai kemungkinan benteng mudah dibedakan dari bangunan modern karena bayangan khas yang dihasilkan oleh bangunan modern, dibandingkan dengan dinding bagian bawah yang terkikis yang terlihat di situs arkeologi," tulis para peneliti dalam makalah studi mereka yang telah terbit di jurnal Antiquity pada 26 Oktober 2023.

"Bentuk paling umum yang kami interpretasikan sebagai kemungkinan benteng adalah bentuk persegi klasik, biasanya berukuran 50-80 m [164-262 kaki] di setiap sisinya,” papar mereka.

Tim peneliti tersebut hanya mampu menunjukkan dengan tepat 38 benteng asli Pastor Poidebard. Hal ini menunjukkan bahwa banyak dari sisa-sisa arkeologi itu telah lenyap selama satu abad terakhir akibat intensnya pertanian dan urbanisasi.

Citra satelit mata-mata era Perang Dingin telah mengungkap ratusan benteng Romawi yang telah lama hilang di Suriah dan Irak. (Casana et al, Antiquity 2023)

Menariknya, ratusan benteng yang baru ditemukan itu tersebar luas dari timur ke barat. Hal ini menunjukkan bahwa benteng-benteng tersebut belum tentu merupakan bagian dari perbatasan utara-selatan yang diberlakukan untuk melindungi wilayah Kekaisaran Romawi itu dari penjajah dari timur.

Sebaliknya, para peneliti berspekulasi bahwa kompleks benteng tersebut ada untuk membantu pergerakan pasukan atau perdagangan barang di seluruh wilayah. Benteng-benteng itu berfungsi melindungi karavan komersial yang melakukan perjalanan antara provinsi-provinsi timur ke wilayah non-Romawi.

Jika penafsiran ini benar, hal ini dapat mempunyai implikasi besar terhadap cara kita memandang wilayah Kekaisaran Romawi ini. Pertama, hal ini menunjukkan wilayah timur Kekaisaran Romawi tidak memiliki perbatasan yang ketat.

Kedua, hal ini menunjukkan bahwa wilayah Kekaisaran Romawi ini lebih mementingkan perdagangan dan perniagaan daripada peperangan.

“Sejak tahun 1930-an, para sejarawan dan arkeolog telah memperdebatkan tujuan strategis atau politik dari sistem benteng ini, tetapi hanya sedikit sarjana yang mempertanyakan pengamatan dasar Poidebard bahwa ada garis benteng yang mendefinisikan perbatasan Romawi bagian timur,” kata Profesor Jesse Casana, penulis utama studi ini dan arkeolog di Dartmouth College.

Dengan semakin banyaknya citra satelit dari abad ke-20 yang tidak diklasifikasikan, semakin banyak penemuan arkeologi baru seperti ini yang dapat terjadi.

Misalnya, pada tahun 1997, pemerintah AS mendeklasifikasi ribuan foto yang diambil oleh pesawat mata-mata U-2 yang terbang melintasi dunia pada tahun 1950-an dan 1960-an.

Gambar-gambar citra satelit ini dikatakan memiliki resolusi yang lebih baik dibandingkan Google Earth dan berpotensi mengungkap segala jenis peninggalan arkeologis di masa lalu.

“Analisis yang cermat terhadap data yang kuat ini memiliki potensi besar untuk penemuan di masa depan di Timur Dekat dan sekitarnya,” tambah Casana.