Sementara dalam penguasaannya ke barat, bekas-bekas kekausaan Aleksander Agung dikuasai. Kondisi kekuasaan Aleksander Agung terpecah setelah kematiannya, membuat para satrap (gubernur) di perbatasan sangat rentan dan mungkin berkhianat.
Pada 316 SM, Chandragupta Maruya mengalahkan semua satrap Aleksander Agung sampai di pegunungan Asia Tengah. Luas Kekaisaran Maurya pun bertambah sampai ke Iran, Tajikistan, dan Kirgistan modern.
Sumber Yunani terkait sejarah India bahkan menyampaikan bahwa Chandragupta mungkin melakukan pembunuhan berencana terhadap dua satrap Makedonia: Philip putra Machatas dan Nicanor dari Persia. Namun, sumber ini sedikit meragukan karena kematian Philip terjadi pada 326 SM ketika Chandragupta masih remaja.
Kekaisaran Seleukia, pecahan kekuasaan Aleksander Agung yang dipimpin Seleucus I Nicator, di Persia diinvasi oleh Chandragupta pada 305 SM. Kekaisaran Maurya berhasil menguasai bagian timur Persia.
Setelah berdamai, Seleucus I mengadakan perjanjian damai dengan Chandragupta berupa kawasan dan putrinya, Helena. Sebagai imbalan, Chandragupta memberinya 500 gajah perang yang kemudian digunakan dalam Pertempuran Ipsus di Turki pada 301 SM.
Selanjutnya, Chandragupta mengerahkan pasukannya ke arah selatan india untuk mempersatukan anak benua. Ia berhasil menaklukkan semuanya, kecuali Kalinga (sekarang Odisha) yang berada di pantai timur, selatan Kalkuta hari ini.
Ada pula berbagai kekuasaan bangsa Tamil lainnya yang enggan tunduk adalah suku-suku yang kelak menjadi Kekaisaran Chola. Upaya penaklukkan ini berlangsung sampai cucunya, Ashoka.
Akhir kekuasaan
Chandragupta tidak berkuasa sampai akhir hayatnya. Saat usianya sekitar 50 tahun, ia memilih menjadi brahmana. Sumber lain mengatakan bahwa ia mengambil kepercayaan Jainisme dengan guru suci Acharya Bhadrabahu. Dia turun takhta pada 298 SM dan menyerahkannya kepada putranya bernama Bindusara.
Setelah itu, ia bergegas ke selatan untuk bermeditasi tanpa makan dan minum selama lima minggu. Praktik ini disebut sebagai sallekhana atau santhara. Meditasi itu membuatnya meninggal kelaparan. Hal ini membuat Ashoka menjadi pemeluk agama yang taat seiring bertambah usia.