Nationalgeographic.co.id – Richard III adalah raja York terakhir di Inggris dalam sejarah Abad Pertengahan. Naik takhta pada masa perselisihan sipil yang dikenal sebagai Perang Mawar, ia memerintah selama dua tahun yang singkat namun penuh gejolak dari tahun 1483.
Kematiannya pada pertempuran Bosworth pada tahun 1485 menandai berakhirnya Perang Mawar dan menandai dimulainya zaman Tudor. Banyak mitos yang bertahan tentang raja Plantagenet terakhir ini. Jenazahnya ditemukan di bawah tempat parkir mobil Leicester pada tahun 2012.
Tiga tahun kemudian dia dimakamkan kembali di Katedral Leicester. Seperti apa kehidupan Richard III dalam sejarah Abad Pertengahan?
Meski pemerintahannya berumur pendek, penuh dengan drama, intrik politik, dan tuduhan tirani. Dalam sejarah Abad Pertengahan, nama "Richard III" sendiri digambarankan seorang penjahat bungkuk, perampas kekuasaan, dan orang yang diyakini sebagai pembunuh keponakan-keponakan mudanya, yang biasa disebut sebagai "Pangeran di Menara London".
Di lain sisi, sosoknya juga dikenal sebagai seorang raja yang juga seorang reformis hukum, prajurit pemberani, dan dalam beberapa hal, menjadi korban propaganda Tudor.
Masa Kecil Richard III
Richard adalah anak bungsu dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Richard Plantagenet, Adipati York, dan Cecily Neville. Dia lahir pada tanggal 2 Oktober 1452, di Kastil Fotheringhay, Northamptonshire, Inggris.
Kelahirannya terjadi pada saat Inggris berada di ambang konflik sipil yang menghancurkan yang dikenal sebagai Perang Mawar—serangkaian pertempuran yang memperebutkan kendali takhta Inggris antara Wangsa York dan Lancaster.
Dalam catatan sejarah Abad Pertengahan, kehidupan awal Richard dibentuk oleh latar belakang yang penuh gejolak ini, karena keluarganya sangat terlibat dalam perjuangan Yorkis.
Di masa kecilnya, ia menyaksikan ayah dan kakak laki-lakinya, Edmund, Earl of Rutland, kehilangan nyawa dalam perjuangan melawan faksi Lancastrian.
Richard muda kemudian dikirim ke Belanda demi keselamatannya, bersama kakak laki-lakinya George.
Seiring bertambahnya usia, Richard, seperti saudara-saudaranya, terlibat dalam upaya keluarga untuk mengamankan takhta House of York.
Kakak tertuanya, Edward, akhirnya menjadi Raja Edward IV pada tahun 1461. Hal ini menandakan kemenangan penting bagi kaum Yorkis.
Richard masih remaja saat ini, tetapi dia menunjukkan keterampilan bela diri yang luar biasa dan kesetiaan yang kuat kepada keluarganya.
Dia dianugerahi gelar bangsawan di usia muda dan diberi tanggung jawab yang signifikan, termasuk pemerintahan di Inggris Utara dalam sejarah Abad Pertengahan.
Meskipun masih muda, ia membuktikan dirinya sebagai administrator dan komandan militer yang cakap, sehingga mendapatkan rasa hormat dan kesetiaan dari para bangsawan utara.
Kedekatannya dengan Edward IV membantu memperkuat posisinya dalam kancah politik, namun kompetensinya sendirilah yang benar-benar membedakannya. Sebagai seorang dewasa muda, Richard menikahi Anne Neville, putri Earl of Warwick.
Serikat pekerja bukan sekedar aliansi politik; menurut banyak orang, itu adalah pernikahan yang penuh cinta, suatu hal yang jarang terjadi dalam perjodohan bangsawan abad pertengahan yang berisiko tinggi.
Richard dan Anne memiliki satu putra, Edward, meskipun anak tersebut tidak akan melewati masa remajanya, meninggalkan Richard tanpa pewaris langsung—suatu keadaan yang akan memperumit masalah suksesi kerajaan yang sudah rumit.
Cara Richard Merebut Takhta
Ketika Edward IV meninggal secara tak terduga pada bulan April 1483, lanskap politik Inggris langsung kacau balau.
Richard saat itu menjabat sebagai Adipati Gloucester, mendapati dirinya berada pada titik kritis. Putra sulung Edward IV dan keponakan Richard, yang juga bernama Edward, baru berusia 12 tahun. Kerajaannya pun bersiap menghadapi pemerintahan minoritas yang berpotensi tidak stabil.
Richard, yang dikenal karena kesetiaannya kepada mendiang saudara laki-lakinya, awalnya ditunjuk sebagai Lord Protector untuk Edward V muda di sejarah Abad Pertengahan.
Namun, situasinya dengan cepat meningkat menjadi perebutan kekuasaan antara faksi-faksi berbeda di istana York, terutama yang melibatkan keluarga Woodville, yang merupakan pemilik ibu muda Edward.
Richard telah lama mewaspadai keluarga Woodville, yang memperoleh pengaruh besar pada masa pemerintahan Edward IV.
Dalam beberapa bulan setelah kematian saudara laki-lakinya, Richard membuat langkah mengejutkan. Dia menyatakan bahwa keponakannya tidak sah, dengan mengklaim bahwa pernikahan Edward IV dengan Elizabeth Woodville adalah ilegal karena kontrak yang sudah ada sebelumnya antara mendiang raja dengan wanita lain di sejarah Abad Pertengahan.
Klaim ini diperkuat dalam hukum Inggris melalui tindakan Parlemen yang dikenal sebagai Titulus Regius. Karena anak laki-laki tersebut dinyatakan tidak sah, Richard, yang saat itu merupakan pewaris sah dengan peringkat tertinggi, ditawari dan menerima mahkota, menjadi Richard III.
Cara cepat dan penuh perhitungan dalam merebut takhta mengejutkan banyak orang sezamannya dan telah menjadi subjek penelitian sejarah sejak saat itu dalam sejarah Abad Pertengahan.