Dalam pandangannya menyatakan bahwa keingintahuan Pandora adalah naluri alami manusia. Ada pula yang menyalahkan Epimetheus, suami Pandora, sebagai sosok yang bertanggung jawab membuka toples tersebut.
Pada abad ke-19, kisah tragis Pandora menjadi populer di kalangan seniman Pra-Raphaelite, khususnya Rossetti. Potret Pandora-nya menggambarkan dia berjubah merah dengan tatapan ekspresif dan jari-jarinya melingkari peti mati berhiaskan permata, dengan roh-roh jahat melarikan diri dalam kepulan asap.
Penggambaran yang penuh gairah dan menggoda ini seperti kisah aslinya dikaitkan dengan godaan dan dosa, karena modelnya adalah seorang kekasih, Jane Morris – istri dari teman Rossetti, William Morris.
Wajah Jane yang panjang dan sedih, mata lebar, dan rambut ikal hitam yang lebat, bagi para seniman Pra-Raphaelite, merupakan visi kecantikan yang ideal.
Seniman lain yang menganut gaya pra-Raphaelite, John William Waterhouse, juga mendedikasikan kanvas untuk Pandora pada tahun 1896. Hal ini sesuai dengan karyanya, yang terkenal dengan penggambaran wanita dari mitologi Yunani dan Arthurian kuno.
Dalam lukisan ini, Pandora digambarkan sebagai seorang gadis cantik dalam pemandangan hutan mistis, berlutut untuk melihat dari dekat kotak yang berwarna emas dan penuh hiasan yang menggoda. Namun pemandangan masa muda, keindahan dan kedamaian ini sudah terganggu. Meskipun Pandora tidak menyadarinya, gumpalan asap tipis keluar dari kotak – roh jahat bebas menyiksa umat manusia selamanya.