Kenjutsu: Teknik Berpedang Peninggalan Samurai Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Rabu, 8 November 2023 | 18:00 WIB
Kenjutsu adalah salah satu seni bela diri yang berasal dari Kekaisaran Jepang. Dalam kenjutsu, salah satu senjata yang digunakan adalah katana. (Utagawa Kunisada)

Nationalgeographic.co.id—Kenjutsu adalah salah satu seni bela diri yang berasal dari Kekaisaran Jepang. Dalam kenjutsu, senjata yang digunakan salah satunya adalah katana.

Sejak era samurai di Kekaisaran Jepang hingga kini, pamor katana tidak pernah pudar. Sebagai pedang kebanggaan yang digunakan oleh samurai, senjata ini dikaitkan dengan keterampilan seni bela diri.

Dari era samurai hingga kini, bagaimana perkembangan kenjutsu di Kekaisaran Jepang?

Senjata yang digunakan dalam kenjutsu

“Penggunaan katana merupakan bagian terbesar dari sebagian besar pelatihan kenjutsu,” tulis Michael Smathers di laman The Collector. Namun senjata lain seperti yari, naginata, atau tanto muncul di beberapa sekolah kenjutsu. Pasalnya, seorang samurai di Kekaisaran Jepang dapat menghadapi senjata apa pun, bukan hanya pedang.

Di masa perang, seorang samurai hanya akan menggunakan pedang sebagai senjata cadangan. Jadi senjata lainnya dimaksudkan sebagai pengganti persenjataan di medan perang atau sebagai cara seseorang dipersenjatai di jalanan selama masa damai.

Selama periode Sengoku dan Edo, samurai memakai katana dan wakizashi secara berpasangan.

Peralatan selama pelatihan kenjutsu di Kekaisaran Jepang

Seragam siswa kenjutsu sebagian besar terdiri dari hakama (celana tradisional berkaki lebar) dan jaket tebal yang disebut dogi. Dalam beberapa tradisi, hanya siswa yang mencapai tingkat tertentu yang diperbolehkan mengenakan hakama. Semua orang memakai karate gi standar.

Pembedaan ini memudahkan siswa baru dalam mengidentifikasi siapa yang harus dimintai bantuan. Hal ini juga memungkinkan instruktur dengan mudah melihat posisi tungkai dan kaki siswa untuk memperbaiki kesalahan. “Pasalnya, hakama sengaja dimaksudkan untuk menyembunyikan gerakan kaki seperti pada kimono yang lebih formal,” tambah Collins.

Untuk latihan solo dan berpasangan, siswa menggunakan bokuto, pedang latihan kayu keras. Untuk pertandingan (walaupun pertandingan bebas jarang terjadi dalam kenjutsu) siswa menggunakan shinai bambu.

Siswa kenjutsu mungkin menggunakan shinai yang empuk atau memakai baju pelindung. Untuk latihan iaijutsu siswa menggunakan bokuto atau iaito, yaitu pedang logam tanpa ujung.

Sekolah kenjutsu yang terkenal di Kekaisaran Jepang

Tenshin Shoden Katori Shinto-ryu, yang ada sejak tahun 1447, memiliki sistem tertua. Sistem ini sangat condong ke arah bela diri, dengan banyak senjata yang diajarkan. Salah satu ciri khas Katori Shinto-ryu adalah tidak adanya pukulan keras. Setiap tindakan dalam kata dimaksudkan untuk mematikan atau melemahkan.

Siswa langsung menggunakan bokutonya untuk memblokir pedang yang datang sehingga serangan dapat dilakukan dengan kekuatan penuh. Siswa yang ingin mempelajari seni ini secara tradisional harus menandatangani sumpah dengan darah mereka sendiri. Mereka harus bersumpah untuk tidak menyalahgunakan ajaran atau membocorkannya kepada orang lain tanpa izin.

Yagyu Shinkage-ryu adalah sekolah lain yang dianggap paling definitif dan paling berpengaruh oleh banyak siswa kenjutsu. Didirikan pada tahun 1568, reputasi sekolah ini berasal dari dukungan shogun Tokugawa pertama pada zaman Edo.

Meskipun Yagyu Shinkage-ryu dimaksudkan untuk pertempuran, sekolah ini berfokus pada gagasan menunjukkan belas kasihan kepada musuh. Konsep ini dikenal dengan sebutan katsujin-ken (pedang yang memberi kehidupan). Dengan kata lain, hanya kekuatan yang diperlukan untuk menundukkan atau menghalangi penyerang yang digunakan.

Praktisi Yagyu menggunakan fukuro shinai - pedang bambu bersampul kulit yang memungkinkan pertarungan dan latihan yang aman. Siswa juga dilatih teknik waza mutodori (melucuti senjata tangan kosong).

Evolusi Kenjutsu

Evolusi kenjutsu mencerminkan sejarah samurai di Kekaisaran Jepang. Selama periode Muromachi dan Sengoku, seluruh wilayah Kekaisaran Jepang dilanda perang. Seseorang mungkin harus berjuang untuk hidup mereka kapan saja. Maka, seni bela diri yang berkembang dalam konteks ini sangat efisien dan brutal. Seni bela diri di masa ini hanya fokus pada efektivitas tempur.

Pada zaman Edo, Kekaisaran Jepang bersatu di bawah Keshogunan Tokugawa dan peperangan yang meluas sudah ketinggalan zaman. Kenjutsu menjadi alat pengembangan diri dan meditasi bergerak serta berfokus pada duel lawan yang tidak bersenjata. Gaya yang lebih tua menggunakan tebasan yang akan menargetkan area yang tidak ditutupi oleh baju besi. Juga manuver tusukan dan setengah pedang. Kemudian, fokusnya beralih ke duel tanpa baju besi.

Telah ada sejak zaman samurai, kenjutsu masih terus dipraktikkan, bahkan hingga ke luar Jepang. (Public Domain)

Pada zaman Meiji terjadi penghapusan kelas samurai, yang berarti tidak banyak permintaan untuk belajar cara bertarung dengan pedang. Keadaan ini menyebabkan berkembangnya kendo, olahraga kompetitif yang berasal dari kenjutsu. Peserta mengenakan baju besi pelindung dan bertanding dengan shinai. Gerakan kendo terbatas jika dibandingkan dengan kenjutsu.

Setelah Perang Dunia II berakhir, pasukan pendudukan sekutu melarang praktik bela diri tradisional. Mereka khawatir pelatihan bela diri akan menghidupkan kembali semangat dan tradisi militeristik Jepang. Dengan tujuan sebagai latihan pengembangan diri, berbagai sekolah mencabut larangan tersebut. Dan orang-orang di seluruh dunia mempelajari kenjutsu hingga hari ini.