Rumput Laut Ini Dapat Kurangi Emisi Metana dari Sapi, Efisienkah?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 10 November 2023 | 20:00 WIB
Sektor peternakan merupakan salah satu penyumbang terbesar gas rumah kaca metana. Para ilmuwan mulai mencari jalan lain dengan mengubah diet sapi ternak. (Michael Forsberg/National Geographic Creative)

Price adalah ilmuwan peneliti senior Bigelow Laboratory for Ocean Sciences di Maine, AS. Dia bersama timnya telah mengidentifikasi berbagai varietas rumput, termasuk mikroalga dan makhluk bersel satu lainnya untuk mencari tahu sifat penghambat metana yang mirip.

Kini, penelitiannya masih berjalan untuk mengungkapkan konsentrasi gas metana yang dikeluarkan dari eksperimen 'perut palsu sapi' di laboratorium.

Peneliti ekonomi Jan Dutkiewicz dan peneliti lingkungan Matthew Hayek menulis pendapat senada di Wired. Menurut mereka, walau terdengar meyakinkan, kenyataannya adalah manfaat rumput jauh lebih terbatas.

"Sayangnya, menambahkan alga ke dalam makanan di padang rumput, tempat yang paling membutuhkan alga, juga bukan pilihan yang tepat. Di lahan penggembalaan, sulit membuat sapi mengonsumsi zat aditif karena mereka tidak menyukai rasa ganggang merah kecuali jika diencerkan menjadi pakan," tulis mereka.

"Dan bahkan jika kita berhasil menemukan cara untuk menyelinap masuk ke dalam alga, ada kemungkinan besar mikroba usus mereka akan beradaptasi dan menyesuaikan diri, sehingga metana yang dihasilkan dari sendawa mereka kembali ke tingkat yang tinggi.

Josh Goldman, Project Leader Greener Grazing mengungkapkan, butuh 200 juta ton rumput laut untuk memberi makan ternak di seluruh dunia. Dia, melalui proyeknya, hendak mencari cara untuk mengurangi gas metana yang dihasilkan hewan ternak. Proyeknya berjalan di Vietnam.

"Salah satunya adalah rumput laut untuk budidayanya kita harus perlu mengambil tanaman besar, memotongnya, lalu mengikat atau merekatkan potongan tersebut ke tali dan meraka akan tumbuh kembali," kata Goldman. "Namun rumput lainnya punya riwayat yang jauh lebih kompleks."

Greener Grazing meneliti lebih lanjut tentang rumput laut. Agar berhasil menghilangkan metana dari ternak, mereka mencoba mengubah A. taxiformis menjadi rumput laut yang sederhana. Mereka mengupayakan agar rumput laut dapat dipelajari genetikanya dan menentukan upaya apa yang dapat membantunya tumbuh di darat dalam waktu yang lama.

Goldman mengupayakan budidaya rumput laut melalui spora. Budidaya ini menurutnya punya manfaat bagi pengurangan emisi gas rumah kaca, karena rumput laut mampu menyerap karbon dioksida. "Lautan menjadi semakin asam, dan budidaya rumput laut adalah salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut," tuturnya.

Bagaimanapun, upaya mengurangi emisi metana dengan mengganti pakan dari rumput laut mendulang kritik dari kalangan vegetarian. Presiden Boston Vegetarian Society berpendapat bahwa cara yang lebih sederhana untuk mengurangi emisi metana dari peternakan adalah berhenti mengonsumsi daging dan susu.

“Ada manfaat langsung jika kita mengurangi konsumsi daging, susu, dan produk hewani,” kata ujar Kimber di WBUR. Menurutnya, penelitian rumput laut seolah sebagai upaya menghindari masalah yang lebih besar. 

“Bereksperimen dengan memberikan rumput laut kepada sapi memperlakukan hewan seolah-olah mereka adalah mesin, di mana Anda mengubah bahan bakar untuk mengubah emisi,” katanya.

Kimber menjelaskan, peternakan sapi tidak hanya menjadi sumber utama gas metana, tetapi penyebab utama deforestasi, khususnya hutan hujan tropis. Semakin banyak permintaan, menyebabkan peternakan baru dibuka dengan mengambil lahan hutan.