Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat memilih untuk mengikuti ajaran Ahura Mazda yang baik dan murni atau jalan kepalsuan dan kejahatan di bawah Angra Mainyu.
Zoroastrianisme berkisar pada gagasan untuk hidup melalui "pikiran yang baik, kata-kata yang baik, dan perbuatan yang baik". Dikotomi antara baik dan jahat merupakan narasi yang kuat.
Kemurnian juga merupakan konsep yang kuat dalam kepercayaan Zoroaster. Elemen-elemen yang diciptakan oleh Ahura Mazda, seperti air dan api, dipandang sebagai sesuatu yang murni dan tidak boleh dinodai.
Orang Zoroaster melihat alam sebagai sesuatu yang harus dihormati dan diperlakukan dengan cinta. Mereka berusaha keras untuk tidak mencemari sungai atau tanah.
Zoroastrianisme: Dasar Kepercayaan Barat
Menurut Hudson, keberadaan Zoroastrianisme sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap beberapa agama yang ada saat ini.
“Zoroastrianisme mewakili kepercayaan monoteistik pertama tentang satu Tuhan yang tertinggi. Hal ini tidak hanya merupakan hubungan terbesarnya dengan agama Yahudi dan Kristen, tetapi juga dengan Islam,” kata Husdon.
Dikotomi antara kebaikan dan kejahatan juga merupakan komponen utama yang sama di antara agama-agama ini.
“Konsep-konsep Alkitab seperti Surga dan Neraka, malaikat dan setan, Hari Penghakiman, dan Pengangkatan, semuanya mendapat pengaruh langsung dari Zoroastrianisme,” jelas Hudson.
Pengaruh ini mungkin dapat ditelusuri hingga saat Koresh Agung membebaskan orang-orang Yahudi dari penawanan di Babilonia. Berkat penaklukan Persia, konsep-konsep Zoroastrianisme masuk ke dalam Yudaisme awal.
“Ketika Koresh mengizinkan orang-orang yang selamat untuk kembali ke Yerusalem dan membangun kembali bait suci mereka, mereka menciptakan kitab suci Ibrani, yang mungkin mendapat pengaruh dari ajaran Zoroaster,” jelas Hudson.