Ninja: dari Mata-Mata Kekaisaran Jepang hingga Pahlawan di Budaya Pop

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 11 November 2023 | 18:00 WIB
Dalam kesunyian, ninja yang berpakaian gelap memata-matai, menyabotase, dan membunuh di Kekaisaran Jepang. Semua dilakukannya tanpa meninggalkan jejak. Kini, ninja menjadi karakter Jepang yang populer dalam buku dan film modern. (Romeo A/Unsplash)

Nationalgeigraphic.co.id—Dalam kesunyian, ninja yang berpakaian gelap memata-matai, menyabotase, dan membunuh di Kekaisaran Jepang. Semua dilakukannya tanpa meninggalkan jejak. Kini, ninja menjadi karakter Jepang yang populer dalam buku dan film modern. Harus diakui jika ninja menginspirasi budaya pop mulai dari Teenage Mutant Ninja Turtles hingga American Ninja Warrior.

Sejarah ninja terselubung mitologi Jepang

Beberapa sarjana modern mempertanyakan apakah ninja benar-benar ada atau hanya sekadar mitos. Skeptisisme tersebut sebagian berasal dari ninja yang sering digambarkan sebagai ahli seni bela diri dengan kemampuan supernatural. Tidak jarang, ninja ditampilkan sebagai penyihir yang dapat menyulut api di ujung jari mereka dan menggerakkan angin serta benda dengan isyarat tangan. Dalam banyak cerita, mereka terbang dan bahkan membelah diri untuk menggagalkan pengejaran.

Kebanyakan sarjana percaya bahwa catatan sejarah ninja terlalu dilebih-lebihkan dan hanya memiliki sedikit kebenaran.

“Pendekatan dilakukan adalah dengan menerima mitos ninja sebagai fenomena sejarah asli yang selama berabad-abad diromantisasi dan dikomersialkan,” tulis Stephen Turnbull, pakar sejarah Jepang.

Ninja muncul sejak abad ke-14 di Kekaisaran Jepang. Di masa itu, mereka dipekerjakan oleh daimyo, atau panglima perang feodal Kekaisaran Jepang. Mereka dipekerjakan terutama untuk melakukan tugas intelijen. Karena kerahasiaan inilah yang menjadi alasan mengapa hanya ada sedikit catatan sejaran tentang ninja.

Sebagian besar ninja bertugas sebagai mata-mata di Kekaisaran Jepang

Apa yang membedakan seorang ninja? Tidak seperti samurai yang berasal keluarga elite, ninja berasal dari semua lapisan masyarakat. Ninja juga tidak terikat oleh kode kehormatan ketat (bushido) yang mengharuskan pertarungan tatap muka.

Karena berperan sebagai tentara bayaran dan mata-mata, ninja harus mahir dalam menyamar. Dalam budaya pop, ninja kerap digambarkan sebagai pembunuh terlatih. Namun sebenarnya, ninja lebih cenderung menggunakan keterampilan sembunyi-sembunyi, mengalihkan perhatian, dan kontra intelijen alih-alih membunuh.

Tanggung jawab utama ninja adalah diam-diam mengumpulkan informasi intelijen yang berguna bagi tuan mereka.

Kata “ninja” tidak muncul dalam teks sejarah sebelum abad ke-19. Sebaliknya, teks-teks awal paling sering menyebut para pejuang ini sebagai “shinobi”. Shinobi memiliki karakter yang sama dengan ninja dalam kanji (tulisan) Jepang.

Vocabulario da Lingoa de Iapam, kamus bahasa Jepang-Portugis yang diterbitkan oleh misi Jesuit di Nagasaki pada tahun 1603, mendefinisikan shinobi. Mata-mata yang pada saat perang memasuki kastel pada malam hari, secara sembunyi-sembunyi atau menyusup ke barisan musuh untuk mendapatkan informasi.”