Nationalgeographic.co.id—Dalam sejarah dunia kesehatan, kita mengenal enam vitamin yang sangat dibutuhkan kesehatan. Vitamin A bermanfaat untuk menjaga kesehatan mata, vitamin B untuk kesehatan pencernaan, vitamin C untuk meningkatkan kolagen, dan seterusnya sampai vitamin K yang membantu proses pembekuan darah.
Uniknya, dalam urutan vitamin hanya sampai K dan melongkap urutan alfabet F, G, H, I, dan J. Jika bukan karena urutan alfabet, lantas dari nama vitamin mendapatkan namanya, dan kapan ditemukan pertama kali dalam sejarah dunia kesehatan?
Penemuan vitamin bermula setelah pengetahuan manusia berkembang tentang pola makan dan kesehatannya punya hubungan. Singkatnya, walau dalam jangka waktu yang sangat panjang dari evolusi kita menentukan tanaman obat dan pangan, kita mengungkapkan kemajuan bidang fisika, kimia, dan biologi. Pemahaman ini mengantarkan kita untuk mengulik nutrisi.
Pada tahun 1772, Daniel Rutherford menemukan nitrogen. Namanya diambil dari bahasa Yunani nitron dan gene yang berarti pembentuk nitre. Rutherford melakukan eksperimen nutrisi awal yang berfokus pada nitrogen. Dia mencari tahu apakah keberadaan unsur tersebut dalam makanan dapat berdampak pada kesehatan manusia dan hewan.
Selanjutnya pada 1839, ahli kimia Gerardus Mulder menyebutkan bahwa protein merupakan molekul penting. Protein adalah "zat hewani" yang diperlukan untuk nutrisi manusia. Berbagai ilmuwan kemudian lebih banyak meneliti tentang protein sebagai pengetahuan kesehatan gizi manusia yang diperlukan.
Di satu sisi, tidak sedikit juga bahwa fakta bahwa ahli botani mengungkapkan bahwa buah-buahan dan sayuran, punya manfaat tinggi pada kesehatan. Khasiat vegetasi meringankan banyak penyakit, termasuk penyakit rakitis dan kudis.
Namun, pada masa revolusi industri dalam sejarah dunia kesehatan, para peneliti menyalahkan faktor lingkungan kotor yang menyebabkan penyakit tersebut.
Pada 1880-an, dokter AL Jepang Kanehiro Takaki memiliki gagasan tentang pola makan dan penyakit dalam sejarah dunia kesehatan. Pengungkapannya berdasarkan kondisi para pelaut yang harus menempuh perjalanan laut dan menderita penyakit yang disebut beri-beri.
Penyakit ini menyebabkan gagal jantung dan kebas di sekitar kaki. Takaki berpendapat, warga sipil miskin lebih mungkin terkena beri-beri. Penyebabnya adalah pola makan dan kekurangan protein.
Pada awal abad ke-20, ahli kimia Polandia Casimir Funk sepakat dengan Takaki. Funk mengamati kulit dan dedak yang dipoles dari beras olahan, dan mengembangkan eksperimennya pada merpati. Dia mendapati bahwa merpati jadi sakit setelah makan nasi putih yang biasa dimakan pelaut.
Meski senada, Funk menyatakan penyebab beri-beri bukan karena kurangnya protein. Pada 1912, dia menyatakan bahwa penyakit bisa terjadi karena kurangnya berbagai zat dalam tubuh seperti senyawa nitrogen yang disebut "vitamine" (bukan vitamin). Senyawa ini diambil dari kata vita yang berarti kehidupan dan amina yang merupakan senyawa organik yang mengandung nitrogen.
"Vitamine" Menjadi "Vitamin"
Pengelompokkan jenis vitamine dilakukan pada 1916. Cornelia Kennedy melalui tesis untuk pendidikan masternya, bersama Elmer McCollum yang merupakan pembimbingnya, membagi vitamine menjadi A dan B "untuk merujuk pada makanan penting yang baru". Pembagian seperti ini awalnya umum untuk pengelompokan eksperimen ilmiah seperti A dan B atau X dan Y.
Lambat laun, banyak orang yang mengutip karya Kennedy, dan juga McCollum yang menemukan komponen vitamine A. Vitamine kemudian populer dalam dua kelompok A dan B. Identifikasi A dan B ini populer karena kemampuannya yang larut dalam lemak atau air. Misalnya, vitamine A dikenal karena larut dalam lemak, dan B di dalam air.
Kemudian, vitamine diubah menjadi vitamin oleh Jack Cecil Drummond pada 1920 juga. Pengubahan istilah untuk menghapus huruf "e" supaya bisa membedakan vitamin dari amina, dan membuang kata sifat "larut".
Hingga 1920, para ilmuwan telah menemukan lima vitamin berbeda dalam sejarah dunia kesehatan. Kelompok itu diberi nama A, B, C, D, dan E. Menariknya, vitamin D awalnya disamakan dengan A. Keduanya baru dipisahkan ketika terlihat dua faktor berbeda.
Selanjutnya, perkembangan vitamin menjadi kompleks. Pada tahun yang sama, para ilmuwan awalnya memberi nama B (Tiamin). Kemudian membagi vitamin B menjadi dua yakni B1 (Tiamin) dan B2 (Riboflavin). Pengungkapan lebih kompleks berlanjut pada dekade-dekade berikutnya, seperti vitamin B12, B5, B7, B3, dan B9, yang penamaannya tidak kronologis (acak angka).
Lompat ke K, Akankah Ada Vitamin F?
Alasan mengapa vitamin K unik dalam penamaannya yang tidak urut alfabet adalah karena sifatnya dalam sejarah dunia kesehatan. Vitamin ini ditemukan oleh biokimiawan Denmark Carl Peter Henrik Dam pada 1929.
Seharusnya, zat tersebut dapat menjadi vitamin F sesuai dengan tanggal penemuannya. Namun, bagi Dam, vitamin ini penting untuk pembekuan darah (koagulasi), sehingga lebih cocok menamainya sebagaimana perannya. Hal ini membuat vitamin terebut entah bagaimana tetap melekat sebagai vitamin K (vitamin untuk koagulasi).
Ada pula yang menyebut vitamin F sebagai istilah untuk dua asam lemak esensial: asam alfa-linolenat (ALA) dan asam linoleat (LA). "Vitamin" ini punya manfaat di dalam makanan kita agar tetap sehat dan punya kontribusi terhadap pengaturan proses tubuh, pencegahan penyakit, dan masih banyak lagi.
Akan tetapi, vitamin F bukan vitamin tradisional yang dicetuskan pada 1920—1940-an. Istilah ini sebenarnya sudah ada pada 1920 untuk menggambarkan ALA dan LA tetapi diabaikan dalam sejarah dunia kesehatan. Tidak ada rujukan vitamin F atau LA dan ALA terkait asupan referensi makanan di AS karena minimnya informasi terkait peran gizi zat ini.
Pengabaian istilah ini masih menjadi perhatian bagi perusahaan perawatan kulit untuk mengacu ALA dan LA sebagai vitamin F dalam pemasaran produknya.