Kekejian Bokassa dan Rezim Kekaisaran Kanibal di Afrika Tengah

By Galih Pranata, Minggu, 19 November 2023 | 16:00 WIB
Sang pemimpin kekaisaran Afrika Tengah, Jean-Bedel Bokassa tengah duduk bersama istrinya Catherine, saat ia menobatkan dirinya sebagai (CTV News)

Nationalgeographic.co.id—Hampir setengah abad yang lalu, Afrika dianggap jadi gurun yang mengerikan. Terlepas dari konflik dan bencana kemanusiaannya, muncul kisah tentang adanya rezim kekaisaran kanibal di Afrika Tengah.

Pemimpinnya adalah Jean-Bedel Bokassa. ia mengambil alih kekuasaan melalui kudeta militer pada tahun 1966, dan kemudian memproklamirkan dirinya sebagai Kaisar Afrika Tengah sepuluh tahun kemudian.

Ia lahir dengan nama kecilnya, Bokassa Mgboundoulou. Sang kaisar lahir di Bobangui, sebuah desa di Afrika Khatulistiwa Prancis, pada tanggal 22 Februari 1921, salah satu dari 12 bersaudara dari anak seorang kepala desa.

Menariknya, dalam upacara pelantikannya, ia tampil mentereng dan megah. Bahkan disebut-sebut bahwa upacara pelantikannya hampir membuat negara miskin tersebut bangkrut.

Bayangkan, mahkotanya saja bertatahkan berlian berharga hampir $5 juta. Bokassa bahkan menggunakan dana negara untuk menerbangkan pengawal kudanya ke Prancis untuk pelatihan khusus.

"Ketika dia memahkotai dirinya sendiri, dia mengenakan jubah beludru dan cerpelai sepanjang 6 meter," tulis Bryan Klass kepada Vice dalam artikel berjudul The Cannibal Emperor of Bangui and Africa’s Forgotten Conflict terbitan 20 September 2014.

Bokassa bukan kaisar sembanrang, melainkan bahwa ia juga seperti monster. Pemerintahannya sangat keji, bahkan di benua yang terkenal dengan diktatornya yang brutal. Ia seperti memimpin kekaisaran kanibal yang memurahkan membunuh dan memakan manusia.

Ia terkenal dengan sifat sadisme. Dalam suatu kasus kriminalitas atau sebut saja pencurian, Bokassa memerintahkan agar pencuri dipukuli, biasanya dengan palu dan rantai. Ia menikmatinya sembari mengawasi penghakiman mengerikan itu.

Bokassa juga punya hewan peliharaan yang tak biasa dan cenderung hewan buas. Terkadang, para kriminal akan jadi menu makan peliharaannya. Ia begitu senang memberi makan buaya dan singa pribadinya, seorang tersangka penjahat di Villa Kolongo yang mewah.

Menurut kesaksian sejarawan Prancis, pemimpin kekaisaran kanibal di Afrika Tengah ini juga memang benar-benar seorang kanibal. "Bokassa diduga seorang kanibal, menyimpan daging manusia di dapurnya," imbuh Klass di dalam artikelnya.

Setiap kali ada tamu yang datang ke vilanya yang mewah, ia menyambutnya dengan baik. Ngerinya, setiap tamu yang datang akan dihidangkan menu daging-dagingan yang ia ambilkan dari dapurnya.

Ketika jamuan makan saat penobatannya, ia memberikan hal yang tak terduga. Saat daging-daging dihidangkan, ia menoleh ke menteri Prancis yang hadir dan berbisik, “Kamu tidak pernah menyadarinya, tapi kamu memakan daging manusia.”

Bokassa menjadi sosok kontroversial terkait tentang dirinya sebagai pemimpin dari 'rezim kekaisaran kanibal' yang mengerikan di Afrika Tengah. (Galería de dictadores/Newslibre)

Terlepas dari kengerian ini, pemerintah Perancis menyebut Bokassa sebagai kerabat politik bahkan seperti bagian dari anggota keluarga.

Bokassa mengeksploitasi persahabatan itu untuk mendapatkan legitimasi. Hegemoninya dimuluskan dengan ketersediaan senjata yang canggih dan bantuan luar negeri, yang merupakan nektar korupsi bagi kleptokrasinya.

Sebagai imbalannya, presiden Prancis saat itu, Valéry Giscard d'Estaing, berkeliling Afrika Tengah untuk memburu gajah Afrika bersama kaisar dan membangun hubungan bilateral yang baik antara keduanya.

Dari perjalanan berburu itu juga muncul kesepakatan Prancis dengan Kekaisaran Afrika Tengah untuk membeli uranium dari Republik Afrika Tengah yang digunakan sebagai bahan bakar industri nuklir Prancis.

Persahabatan ini, dikombinasikan dengan kegemaran “kekaisaran” untuk mengekspor berlian dan selera khusus Bokassa dalam memburu gajah untuk diambil gadingnya, membuat kaisar tetap berkuasa selama tiga belas tahun.

Namun, tersiar kabar sampai ke Prancis bahwa Bokassa telah melakukan tindakan yang tidak menyenangkan di negaranya. Ia membuat citra bengis di hadapan publik Prancis yang simpatik padanya sebelumnya.

Suatu kabar yang menyebut bahwa Bokassa secara pribadi telah memukuli sebanyak seratus anak hingga tewas dengan tongkat dan batu karena mereka menolak mengenakan seragam sekolah yang diproduksi pemerintah.

Hal itu bahkan menjadi keterlaluan bagi sekutu Prancisnya. Ini yang menyebabkan kekhawatiran tersendiri bagi Prancis untuk meredam kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh rezim kekaisaran kanibal Bokassa.

Pada tanggal 20 September 1979, pasukan khusus Prancis menggulingkan Bokassa dalam kudeta militer yang dilaksanakan secara hati-hati dan tak diketahui kekaisaran Afrika Tengah itu. Hal ini menjadi akhir bagi pemerintahan brutal kaisar.

Namun, warisan Bokassa tampaknya masih tetap lestari. Bahkan kanibalisme kembali muncul di Bangui setelah kejatuhan kekaisaran kanibal Bokassa. Baru-baru ini muncul video tentang seorang pria yang menyebut dirinya telah menyalurkan warisan Bokassa.

Setelah membacok seorang pria Muslim sampai mati, memasak dagingnya di jalan, dan memakan anggota tubuhnya, dia berkata kepada wartawan BBC: “Saya memakan kakinya, sampai ke tulang putihnya.”

Tiga setengah dekade yang lalu, pemerintah Perancis berdiam diri dan membiarkan Bokassa memangsa warganya dengan kejam. Namun kemudian, mereka mulai menyadari lalu memaksa rezim kekaisaran kanibal yang bersifat kebinatangan tersebut untuk turun dari kekuasaannya.