Sejarah Abad Pertengahan: Bagaimana Pembantaian Orang Yahudi Dimulai?

By Tri Wahyu Prasetyo, Senin, 13 November 2023 | 17:00 WIB
Ilsutrasi pogrom atau pembantaian orang-orang Yahudi saat wabah hitam di Eropa. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi dimulai selama semangat Perang Salib pada tahun 1095, sebelum Wabah Maut memasuki Eropa. Tindakan mengerikan ini semakin menjadi-jadi ketika wabah penyakit menghantam pantai-pantai Eropa.

“Orang-orang Yahudi dituduh sebagai penyebab wabah tersebut dan untuk membuktikannya, banyak orang Yahudi yang disiksa untuk memberikan pengakuan palsu,” tulis Profesor Dorsey Armstrong, pada laman Wonderium.

Menurut Dorsey, ada tiga momen yang menjadi kunci untuk memahami bagaimana pembantaian itu terjadi. Mari kita lihat momen-momen ini satu per satu.

Pengakuan dari Wilayah Savoy

Kastel Chillon, merupakan sebuah wilayah yang berada di bagian Swiss. Selama sebagian besar Abad Pertengahan, tempat ini berada di bawah kendali Wangsa Savoy.

Pada suatu waktu, mereka mengirim surat kepada warga Strasbourg, "Penduduk Bern memiliki salinan inkuisisi dan pengakuan orang-orang Yahudi yang tinggal di lingkungan mereka, terlibat dalam menaruh racun ke dalam sumur-sumur di sana dan di beberapa tempat lainnya."

Pengakuan utama konon datang dari seorang pria bernama Balavigny. Setelah disiksa selama beberapa hari, ia mengakui telah meracuni sumur-sumur dan menjadi bagian dari konspirasi Yahudi internasional.

Ketika didesak mengenai sumber racun tersebut, Balavigny mengaku bahwa racun tersebut berasal dari basilisk–makhluk mitos sejenis ular dari literatur fantasi abad pertengahan.

Para penerima surat yang dikirim oleh para pemimpin kota Chillon ke berbagai kota lain di daerah tersebut bereaksi dengan histeris.

Dorsey menjelaskan, satu kota yang bereaksi dengan ekstremisme tertentu adalah komunitas Strasbourg.

“Bukti arsip yang masih ada menunjukkan bahwa para pemimpin Strasbourg meminta dan menerima informasi dari setidaknya 17 kota tetangga … tentang apa yang mereka pikir terbaik untuk dilakukan dalam menangani … persoalan Yahudi,” kata Dorsey.

Setiap tanggapan komunal ini–kecuali tanggapan dari kota Köln–menyertakan bukti-bukti dari interogasi yang menghasilkan pengakuan tentang peracunan sumur oleh Yahudi. Untuk mengatasi krisis ini, pemerintah setempat mengambil beberapa keputusan.

Pertama, banyak sumur yang ditutup atau mekanisme embernya dihancurkan, sehingga orang-orang tidak dapat meminumnya. 

Akan tetapi, hal ini tidak cukup. Pada tanggal 14 Februari 1349, semua orang Yahudi di komunitas tersebut dikumpulkan dan dieksekusi dalam sebuah proses yang memakan waktu hampir satu minggu.

Orang Yahudi di Strasbourg

Wabah Hitam merupakan salah satu epidemi terburuk dalam sejarah dunia. Mayat-mayat bergelimpangan. Saat itu, pengangkut mayat sangat berjasa dalam mengumpulkan serta menguburkan jenazah. (Pierart dou Tielt )

Strasbourg bebas dari wabah sampai saat itu. Namun, kisah-kisah yang didengar warganya dari komunitas lain membuat mereka takut. Mereka bersedia melakukan apa saja untuk menghindarkan diri dari nasib mengerikan yang dialami banyak orang.

“Mereka berpikir jika mereka membunuh orang-orang Yahudi di komunitas mereka dengan cukup cepat, orang-orang itu tidak akan memiliki waktu untuk melaksanakan rencana peracunan, dan dengan demikian komunitas Kristen di Strasbourg akan terselamatkan,” kata Dorsey.

Banyak pemimpin Strasbourg berusaha untuk melindungi orang-orang Yahudi di komunitas mereka. Walikota dan beberapa wali kota terkemuka di kota itu berusaha menegakkan perintah perlindungan bagi penduduk Yahudi.

Namun Para pemimpin tersebut berkonflik dengan beberapa pemimpin serikat yang paling kuat di masyarakat, khususnya serikat tukang daging. Menghadapi pertentangan ini, sebagian besar tukang daging menyerahkan posisi kepemimpinan mereka.

Wabah hitam dalam sejarah Abad Pertengahan membunuh lebih dari separuh populasi Eropa. (De Agostini/Creative Commons)

Sang walikota, Peter Swarber, berdiri sendirian melawan mereka. Namun, ia pun dipaksa untuk mengundurkan diri dari jabatannya. 

Hampir seketika, sebuah dewan baru dipilih, dan sehari setelah anggotanya dilantik, semua orang Yahudi di komunitas tersebut dikumpulkan dan siap untuk dieksekusi.

Apakah Koln merupakan tempat yang aman bagi orang Yahudi?

Koln merupakan salah satu dari sedikit kota yang tampaknya menganggap interogasi orang-orang Yahudi sebagai peracun sumur sebagai omong kosong. Koln bertahan untuk waktu yang lama sebagai tempat di mana orang-orang Yahudi dilindungi.

Karena Köln merupakan salah satu komunitas yang lebih masuk akal, banyak orang Yahudi yang melarikan diri ke sana untuk menghindari penganiayaan di kota-kota asal mereka.

Ledakan populasi Yahudi di Koln akhirnya mulai mengkhawatirkan warga Kristennya, yang semakin paranoid. Mereka mulai membayangkan orang-orang Yahudi akan mengambil alih dan mengalahkan orang-orang Kristen di sana.

Para pemimpin komunitas Yahudi mengetahui adanya gejolak kekhawatiran ini dan mulai mundur ke dalam ghetto–istilah untuk tempat tinggal warga Yahudi dan membagi-bagikan senjata kepada para penghuninya.

Sekelompok kecil orang Kristen bertindak sebagai mata-mata. Begitu masuk ke dalam, mereka mengetahui bahwa orang-orang Yahudi merencanakan serangan.

Pertempuran besar pun meletus di tengah-tengah kota besar. Meskipun banyak orang Kristen yang tewas, namun orang Yahudi lah yang mengalami kerugian terbesar. Beberapa laporan menyebutkan bahwa 25.000 orang terbunuh dalam pertempuran tersebut.

Setelah gelombang pertama wabah mereda, begitu juga dengan histeria anti-Semitisme. Menurut Dorsey, dalam beberapa kesempatan selama wabah berikutnya, para pemimpin Yahudi dan Kristen akan bergabung bersama untuk memanjatkan doa untuk pembebasan dari wabah.

“Kejadian-kejadian ini merupakan momen-momen penuh harapan, kepositifan, dan kerja sama di tengah-tengah lanskap yang suram, yaitu kematian, penyakit, ketakutan, dan penganiayaan,” pungkas Dorsey.