Sejarah Dunia Kuno Ilkhanat, Kekuasaan Mongol Jadi Kerajaan Muslim

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 16 November 2023 | 18:50 WIB
Kekaisaran Ilkhan dalam peta sejarah dunia kuno buatan Cresques Abraham pada 1375. Pada bagian tengah gambar terlihat Iran yang masih di bawah Kekaisaran Ilkhan yang merupakan kekuasaan bangsa Mongol yang menjadi kerajaan Islam. (Cresques Abraham/Public Domain/Bibliothèque Nationale de France)

Nationalgeographic.co.id—Sejarah dunia kuno abad pertengahan memperkenalkan kawasan Kekaisaran Mongol yang sangat luas. Kekaisaran tersebut terpecah menjadi beberapa bagian kekuasaan dari keturunan Genghis Khan.

Di Timur Tengah, pecahan tersebut adalah Kekaisaran Ilkhanat yang kekuasaannya meliputi Iran, Turki, Turkmenistan, Irak, Armenia, Afganistan, dan Pakistan hari ini. Kekaisaran ini awalnya dibentuk pada 1260 di bawah Kekaisaran Mongol dengan pendirinya Hulagu, seorang jenderal Mongol dan cucu Genghis Khan.

Nama kekaisaran ini diambil dari istilah "ilkhanat"—gelar yang disematkan kepada Hulagu dari kakak laki-lakinya yang menjadi penguasa Kekaisaran Mongol, Mongke Khan. Dalam sejarah dunia kuno, Hulagu diberi pasukan yang banyak oleh Mongke Khan untuk melanjutkan perluasan Kekaisaran Mongol ke Asia Barat.

Ekspedisi ke Asia Barat bermula sekitar 1220. Selama ekspedisinya, Hulagu berhasil menghancurkan sekte Nizari Ismaili atau yang dikenal sebagai Assassins pada 1256.

Melihat ketangguhan Hulagu, Kekaisaran Abbasiyah yang di Irak menjadi terganggu. Dinasti Islam ini telah meredup ketika Hulagu berjalan ke barat. Banyak dari kekuasaannya di Asia Tengah telah jatuh di tangan bangsa Mongol. Pada akhirnya Kekaisaran Abbasiyah runtuh ketika Bagdad dikepung pada 1258, dan sang khalifah dihukum mati.

Kehadiran bangsa Mongol di Timur Tengah membawa babak baru dalam sejarah dunia kuno. Pada saat itu, Timur Tengah berada di tengah Perang Salib yang mempertemukan dua kekuatan: Kekristenan Eropa dan kaum muslim Kekaisaran Mamluk.

Hulagu datang menjadi ancaman baru bagi kedua belah pihak. Mongol dengan cepat menguasai Suriah dan dilanjutkan ke Aleppo pada dekade akhir 1250-an. Hulagu yang berencana menguasai Mamluk agar bisa mendirikan kuasa di Afrika Utara tertahan ketika kakaknya meninggal dunia pada 1260.

Hulagu memutuskan kembali ke ibukota Kekaisaran Mongol Karakorum dengan membawa banyak pasukan. Pasukan yang tersisa harus berjuang mengikuti ambisi. Akibatnya, bangsa Mongol kalah dalam Pertempuran Ain Jalut pada 3 September 1260. Berbagai pertempuran berikutnya tidak pernah membawa kemajuan bagi Mongol untuk menjatuhkan Mamluk.

Sementara itu di Karakorum Kekaisaran Mongol dalam ambang krisis kekuasaan. Kubilai Khan, saudara Hulagu, naik sebagai Khan Agung. Hulagu sendiri tidak berminat menjadi Khan Agung walau punya potensi. Dia justru mendukung Kubilai dalam perang saudara perebutan kekuasaan melawan Ariq Boke.

Singkatnya, setelah Kubilai Khan menjadi Khan Agung, perpecahan Kekaisaran Mongol masih terus berlangsung. Perpecahan ini berdampak pada terbaginya kekuasaan Mongol seperti Ilkhanat di Persia, Gerombolan Emas di Rusia dan Eropa timur, Kekhanan Chagatai di Asia Tengah, dan Dinasti Yuan di Tiongkok.

Pengepungan Bagdad oleh Kekaisaran Mongol pada 1258 dalam ilustrasi abad ke-14. Hancurnya Bagadad membawa babak baru dalam sejarah Perang Salib di Timur Tengah. (Rashid-ad-Din/Staatsbibliothek Berlin)

Perang saudara ini berimbas pada perang antarkerajaan yang sebenarnya masih berhubungan di masa lalu. Ilkhanat sering berperang dengan Gerombolan Emas di utara yang dipimpin Berke Khan (putra dari Batu Khan). Kondisinya sulit, karena mengingat mereka dalam perang melawan Kekaisaran Mamluk, dan munculnya Kekaisaran Ottoman di Turki.

Tidak lama memerintah, Hulagu akhirnya wafat pada 1265. Jabatan ilkhan diwariskan kepada putra sulungnya bernama Abaqa Khan. Ilkhan kedua tersebut berhasil mengalahkan Kekhanan Chagatai dalam berbagai pertempuran, termasuk di Kota Bukhara yang merupakan pusatnya. Hal ini membuat Kekaisaran Ilkhanat berkuasa luas dari Turki timur hingga Pakistan.

Meski Kekaisaran Ilkhanat menduduki bekas Kekaisaran Abbasiyah dan memiliki penduduk mayoritas beragama Islam, keberpihakan dalam Perang Salib lebih kepada Kekristenan Eropa.

Tidak ada agama resmi di kekaisaran ini, karena dalam tradisinya, bangsa Mongol cenderung sekuler dan toleran terhadap perbedaan agama. Abaqa Khan sendiri memeluk agama Buddha sampai akhir hayatnya. 

Abaqa wafat pada 1282 dan digantikan oleh Arghun Khan. Di saat yang bersamaan, Dinasti Mamluk semakin mengancam. Arghun mengirim surat tawaran aliansi melalui biarawan Nestorianisme Rabban Bar Sauma yang sebelumnya telah datang jauh-jauh dari Zhongdu (Beijing).

Sejarah dunia kuno mengungkap bahwa aliansi Mongol dan negara-negara Kekristenan Eropa tidak matang dalam Perang Salib. Penyebabnya mungkin karena ketidakjelasan Eropa yang sedang punya masalah antarkerajaan dan Paus yang meminta ilkhan pindah agama. Namun, berkat surat-menyurat ini, pasukan salib Eropa bisa singgah di Ilkhan sebelum menuju Tanah Suci.

Menjadi kerajaan muslim

Kekaisaran Ilkhanat, dalam sejarah dunia kuno, baru menjadi kerajaan muslim di bawah Ghazan Khan. Ilkhan itu memerintah sejak 1295 dan merupakan putra sulung Arghun. Dia mengelola perekonomian kekaisaran yang sebelumnya sempat melemah.

Ghazan masuk Islam pada tahun yang sama ketika mulai menjabat sebagai ilkhan, namun masih menganggap Mamluk sebagai musuh. Pada 1299, ia berhasil merebut Aleppo dan Damaskus pada November 1299, walau hanya sebentar. Kemudian dilanjutkan ke Suriah pada 1303 dan berbuah pada kekalahan.

Ghazan Khan (tengah) merupakan ilkhan kedua Kekaisaran Ilkhan yang beragama Islam. Saat naik takhta pada 1295 M, dia masuk agama Islam setelah sebelumnya memeluk agama Buddha. (Rachid Ad-Din/Public Domain)

Bukan pertama kalinya Kekaisaran Ilkhanat memiliki pemimpin muslim. Sebelumnya, Abaqa mewariskan takhta kepada putranya bernama Ahmad Teguder, tetapi hanya sebentar. Ahmad harus berhadapan dengan Arghun yang juga mengeklaim takhta.

Berbagai konflik yang dihadapi oleh Kekaisaran Ilkhanat mereda pada 1304, bersamaan dengan seluruh sisa-sisa Kekaisaran Mongol lainnya (Pax Mongolica).

Pada saat itu, kekaisaran dipimpin oleh Oljaitu, putra Arghun Khan yang berpindah ke agama Islam. Dia membangun ibukota baru bernama Sultaniyah di Iran, berbagai masjid megah, dan mengembalikan warisan-warisan sejarah dunia kuno bangsa Mongol.

Rivalitas dengan Dinasti Mamluk pun mereda pada 1322, setelah Abu Said putra Ghazan Khan menjadi ilkhan baru. Namun pada saat ini, stabilitas kerajaan diuji dengan pemberontakan dan serangan dari Gerombolan Emas.

Abu Said meninggal pada 1335. Sumber sejarah dunia kuno menyebutkan kematiannya disebabkan oleh serangan Ozbeg Khan dari Gerombolan Emas. Ibnu Battuta menyebutkan dalam catatannya, Abu Said tewas diracuni oleh istrinya, Baghdad Khatun karena cemburu. Teori lain menyebutkan kematiannya karena Wabah Hitam.

Abu Said tidak punya keturunan, sehingga menyebabkan krisis politik Kekaisaran Ilkhan dalam sejarah dunia kuno. Ilkhan selanjutnya diwariskan ke Arpa Keun yang merupakan keturunan Ariq Boke. Namun, pemberontakan terus bermunculan di berbagai tempat, membuat Kekaisaran Ilkhan terpecah menjadi berbagai kerajaan kecil.