Nationalgeographic.co.id—Sejarah dunia tentang penjelajahan abad ke-13 lebih populer tentang perjalanan Marco Polo. Perjalanannya bersama ayahnya menuju Yerusalem, kemudian menyisiri Jalur Sutra, dan berjalan hingga ke Kekaisaran Tiongkok semasa Dinasti Yuan Mongol.
Penjelajahan tidak hanya berlangsung dari barat ke timur, tetapi juga sebaliknya. Nama penjelajah tersebut adalah Bar Sauma yang merupakan keturunan Uighur, kelompok etnis Turki dari Asia tengah yang memeluk agama Kekristenan Nestorianisme.
Ajaran Nestorianisme berasal dari Persia dan berkembang saat Kekaisaran Abbasiyah yang berkuasa hingga Asia Tengah. Selanjutnya, ketika Kekaisaran Mongol berkembang pada awal abad ke-13, agama ini tersebar sampai ke Asia Timur, termasuk Tiongkok.
Perjalanan Bar Sauma, yang kelak disebut Rabban Sauma, terjadi sebelum Marco Polo kembali ke Eropa. Marco Polo saat itu masih menjadi kepercayaan Kubilai Khan, berdasarkan ceritanya yang meragukan sejumlah sejarawan. Sedangkan catatan yang dibuat Bar Sauma, cukup lengkap dan memberikan sudut pandang baru tentang perjalanan menuju ke Eropa dari Asia.
Bar Sauma mendapat gelar "Rabban", sebuah gelar kehormatan dalam bahasa Siria Semit seperti "Rabbi" dalam bahasa Ibrani. Rabban merupakan gelar dalam liturgi Nestorianisme yang berarti "tuan".
Bar Sauma lahir pada sekitar 1220 di Zhongdu, nama lama dari Beijing dalam sejarah dunia. Saat berusia 23 tahun, ia telah menjadi biarawan dan menghabiskan sebagian besar pekerjaannya sebagai guru dan pemuka agama.
Perjalanannya yang luar biasa dilakukan pada usia 55 tahun. Kelak, ia akan singgah ke Persia, Bagdad, dan beberapa kerajaan di Eropa. Kondisinya berbeda dengan Marco Polo yang memulai perjalanannya pada usia 17 tahun, dan memiliki latar belakang dari keluarga pedagang.
Misi yang dilakukan Rabban Bar Sauma bersifat agamis dan politis. Pada masanya, Mongol telah menguasai ibukota Kekaisaran Abbasiyah, Baghdad sejak 1258. Keberadaan Mongol di Timur Tengah turut berperan dalam Perang Salib. Dekade 1270-an, baik pihak Kekristenan Eropa dan Mongol sedang membangun persekutuan untuk melawan pasukan muslim Dinasti Mamluk.
Awalnya, perjalanan Rabban Bar Sauma murni untuk mengunjungi Tanah Suci bersama muridnya Rabban Marcos. Keduanya menjual semua harta benda ketika hendak berangkat meninggalkan Zhongdu. Perjalanannya dimulai sekitar 1275 dengan menyisiri Jalur Sutra seperti Marco Polo, sebuah jalan perjalanan internasional yang sangat matang di bawah Pax Mongolica dalam sejarah dunia.
Meski demikian, Jalur Sutra yang ditempuh mereka berdua terhitung berbahaya. Mereka kerap melalui gurun pasir agar terhindar dari bahaya di rute berbahaya di jalur utama. Kedua rabban tersebut bahkan harus menyelamatkan diri dari badai pasir hebat saat menyisiri Gurun Taklamakan di Xinjiang.
Berdasarkan catatan perjalanan, mereka menuju pegunungan Afganistan. Sempat singgah di oasis Hotan, dan melanjutkan perjalanan jauh melalui gurun Iran. Sampai akhirnya mereka tiba di Bagdad pada 1280-an, kota di mana mereka dapat menjumpai umat Katolik dan Nestorianisme.
Saat itu, Bagdad di bawah Ilkhanat Mongol dengan wakil Khan Agung Abaqa Khan. Abaqa adalah penganut Buddha yang bersimpati kepada kaum Nesotrianisme.
Sempat Bar Sauma dan Marcos segera ke Yerusalem, namun kondisi Perang Salib membuat tidak mungkin melakukan perjalanan. Terlebih, mereka adalah orang Mongol yang dianggap musuh oleh pasukan muslim Mamluk. Dinasti Mamluk dan Mongol terus bertempur pada 1260, walau Mongol pernah dipukul mundur di Ain Jalut, Palestina.
Keduanya hanya bisa mengunjungi berbagai biara di Armenia dan tinggal di sana. Keberadaan mereka dipandang oleh pimpinan patriark Katolikos Denha I, yang kemudian memberikan kesempatan untuk bertemu Abaqa Khan.
Denha I sempat menunjuk Rabban Marcos ke posisi senior pertama di Gereja Nestoria dan bermaksud mengembalikan mereka berdua untuk kembali ke Tiongkok pada 1281. Akan tetapi Denha I meninggal dunia. Marcos segera menjadi pimpinan patriark Nestorianisme yang baru dengan nama Mar Yahballaha III.
Pada 1280-an, Ilkhanat Mongol di Persia dan Bagdad berada dalam posisi yang sulit. Dinasti Mamluk menguasai Yerusalem, sehingga menjadi ancaman bagi Mongol. Kondisinya semakin genting ketika Abaqa Khan meninggal dunia pada 1282, dan segera digantikan putranya Arghun Khan pada 1284.
Sejarah dunia mencatat bahwa Khan segera mengutus Bar Sauma sebagai delegasi ke Eropa, bertemu dengan raja-raja mereka. Tujuannya adalah membuat aliansi kampanye militer untuk menguasai Tanah Suci. Perjalanan ke dunia Barat dimulai kembali pada 1287 dengan singgah ke Konstantinopel sebagai tujuan pertamanya.
Juni 1287, ia melanjutkan perjalanan dari Konstanstinopel ke Italia. Perjalanan ini membuatnya takjub akan keberadaan negeri-negeri yang mayoritas memeluk Kekristenan. Perhentian pertamanya adalah Roma untuk meyakinkan Paus untuk mendeklarasikan Perang Salib baru.
Di sisi Kepausan Roma, Paus Honorius IV baru saja meninggal dan belum ada pengganti. Mau tak mau, Bar Sauma harus menunggu dengan bertemu beberapa tokoh Katolik penting. Karena kepentingan Tanah Suci mendesak, dia pun berangkat menemu Raja Prancis Philip IV. Peristiwa ini memang tercatat dalam dokumen sejarah dunia.
Philip IV tertarik dengan ajakan persekutuan dengan Mongol yang dibawa Bar Sauma. Akan tetapi, perhatian untuk Tanah Suci terhalang dengan situasi politik Eropa antara Inggris dan Prancis. Philip IV lebih menaruh perhatiannya kepada sengketa dengan Inggris yang telah bercokol di negerinya. Bagaimanapun, Bar Sauma telah menjelajahi banyak gereja dan universitas di Paris.
Bar Sauma pun melanjutkan kunjungannya ke Kerajaan Inggris untuk bertemu Edward I yang sedang tinggal di Bordeaux. Raja Inggris itu sama saja dengan Raja Prancis, hanya janji yang tidak pernah terwujud. Meski demikian, pertemuan ini membuat Inggris berdiplomasi dengan Ilkhanat Mongol pada 1291.
Setelah sekian lama, sejarah dunia menunjuk Nicholas IV sebagai paus baru pada 1288. Bar Sauma kembali meminta bantuan Paus. Paus Nicholas IV hanya mengirimkan surat untuk Arghun Khan yang berisi penolakan aliansi karena situasi internal Eropa. Dia bahkan mendesak agar Ilkhan di Persia masuk Kristen.
Perjalanan Bar Sauma pun berakhir dengan kembali ke Bagdad sebagai tamu patriark Mar Yahballaha III, mantan rekan perjalanannya dari Tiongkok. Di Baghdad, ia memberikan kabar tentang gagalnya diplomasi aliansi yang diminta Arghun Khan.
Dia pun meninggal dunia di kota itu pada 1294, setelah menceritakan kisah-kisah menakjubkannya dari Tiongkok ke Eropa kepada para sejarawan Bagdad.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR