Sempat Bar Sauma dan Marcos segera ke Yerusalem, namun kondisi Perang Salib membuat tidak mungkin melakukan perjalanan. Terlebih, mereka adalah orang Mongol yang dianggap musuh oleh pasukan muslim Mamluk. Dinasti Mamluk dan Mongol terus bertempur pada 1260, walau Mongol pernah dipukul mundur di Ain Jalut, Palestina.
Keduanya hanya bisa mengunjungi berbagai biara di Armenia dan tinggal di sana. Keberadaan mereka dipandang oleh pimpinan patriark Katolikos Denha I, yang kemudian memberikan kesempatan untuk bertemu Abaqa Khan.
Denha I sempat menunjuk Rabban Marcos ke posisi senior pertama di Gereja Nestoria dan bermaksud mengembalikan mereka berdua untuk kembali ke Tiongkok pada 1281. Akan tetapi Denha I meninggal dunia. Marcos segera menjadi pimpinan patriark Nestorianisme yang baru dengan nama Mar Yahballaha III.
Pada 1280-an, Ilkhanat Mongol di Persia dan Bagdad berada dalam posisi yang sulit. Dinasti Mamluk menguasai Yerusalem, sehingga menjadi ancaman bagi Mongol. Kondisinya semakin genting ketika Abaqa Khan meninggal dunia pada 1282, dan segera digantikan putranya Arghun Khan pada 1284.
Sejarah dunia mencatat bahwa Khan segera mengutus Bar Sauma sebagai delegasi ke Eropa, bertemu dengan raja-raja mereka. Tujuannya adalah membuat aliansi kampanye militer untuk menguasai Tanah Suci. Perjalanan ke dunia Barat dimulai kembali pada 1287 dengan singgah ke Konstantinopel sebagai tujuan pertamanya.
Juni 1287, ia melanjutkan perjalanan dari Konstanstinopel ke Italia. Perjalanan ini membuatnya takjub akan keberadaan negeri-negeri yang mayoritas memeluk Kekristenan. Perhentian pertamanya adalah Roma untuk meyakinkan Paus untuk mendeklarasikan Perang Salib baru.
Di sisi Kepausan Roma, Paus Honorius IV baru saja meninggal dan belum ada pengganti. Mau tak mau, Bar Sauma harus menunggu dengan bertemu beberapa tokoh Katolik penting. Karena kepentingan Tanah Suci mendesak, dia pun berangkat menemu Raja Prancis Philip IV. Peristiwa ini memang tercatat dalam dokumen sejarah dunia.
Philip IV tertarik dengan ajakan persekutuan dengan Mongol yang dibawa Bar Sauma. Akan tetapi, perhatian untuk Tanah Suci terhalang dengan situasi politik Eropa antara Inggris dan Prancis. Philip IV lebih menaruh perhatiannya kepada sengketa dengan Inggris yang telah bercokol di negerinya. Bagaimanapun, Bar Sauma telah menjelajahi banyak gereja dan universitas di Paris.
Bar Sauma pun melanjutkan kunjungannya ke Kerajaan Inggris untuk bertemu Edward I yang sedang tinggal di Bordeaux. Raja Inggris itu sama saja dengan Raja Prancis, hanya janji yang tidak pernah terwujud. Meski demikian, pertemuan ini membuat Inggris berdiplomasi dengan Ilkhanat Mongol pada 1291.
Setelah sekian lama, sejarah dunia menunjuk Nicholas IV sebagai paus baru pada 1288. Bar Sauma kembali meminta bantuan Paus. Paus Nicholas IV hanya mengirimkan surat untuk Arghun Khan yang berisi penolakan aliansi karena situasi internal Eropa. Dia bahkan mendesak agar Ilkhan di Persia masuk Kristen.
Perjalanan Bar Sauma pun berakhir dengan kembali ke Bagdad sebagai tamu patriark Mar Yahballaha III, mantan rekan perjalanannya dari Tiongkok. Di Baghdad, ia memberikan kabar tentang gagalnya diplomasi aliansi yang diminta Arghun Khan.
Dia pun meninggal dunia di kota itu pada 1294, setelah menceritakan kisah-kisah menakjubkannya dari Tiongkok ke Eropa kepada para sejarawan Bagdad.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR