Suku Nabataean, yang mendiami Hegra, menguasai sebagian besar jalur ini. Posisi ini memungkinkan mereka mengatur dan mengambil keuntungan dari perdagangan kemenyan yang menguntungkan. Hal ini juga memberi mereka kekuatan sosial-politik. Hegra, menjadi tempat meleburnya beragam budaya. Pedagang, pengelana, dan peziarah dari berbagai daerah berinteraksi, berbagi ide, dan berkontribusi pada budaya Hegra.
Mengungkap rahasia Hegra lewat prasasti-prasasti
Informasi tentang Hegra berasal dari sekitar 50 prasasti yang ditemukan di makam dan di fasadnya. Salah satu prasasti tersebut menunjukkan bahwa Hegra telah dihuni setidaknya satu abad lebih lama dari perkiraan para sejarawan sebelumnya. Di situs tersebut juga terdapat sekitar 50 prasasti pra Nabataean, termasuk beberapa gambar gua.
Menurut sarjana Romawi Strabo, meskipun masyarakat diperintah oleh keluarga kerajaan, mereka memiliki semangat demokrasi yang kuat. Selain itu, beban kerja juga dibagi di antara masyarakat. Seperti sebagian besar dunia kuno, bangsa Nabatean menyembah dewa-dewa. “Yang utama adalah dewa matahari Dushara dan dewi Allat,” tambah Black.
Benarkah Kota Hegra atau Mada’in Saleh itu dikutuk?
Nama Mada'in Saleh (Kota Shalih) dikaitkan dengan seorang nabi pra-Islam, Salih, dari suku Tsamud. Komunitasnya disebut-sebut ‘jahat’ dan karena itu Tuhan membinasakan mereka. Bahkan saat ini sisa-sisa situs kuno tersebut dianggap terkutuk oleh umat Islam.
Suku Tsamud konon merupakan keturunan cicit Nabi Nuh. Namun, kaum Tsamud dikatakan menjadi sangat korup dan materialistis serta tidak lagi percaya kepada Tuhan. Menurut kisah tersebut, pada saat itulah Tuhan mengutus nabi Shalih untuk memberi peringatan. Jika suku Tsamud terus berbuat dosa, maka mereka akan dihancurkan.
Kerajaan Nabataean akhirnya mengalami kemunduran dengan beralihnya jalur perdagangan ke Palmyra di Suriah. Perluasan perdagangan lewat jalur laut dari Jazirah Arab ke Mesir pun turut menjadi pemicu Hegra ditinggalkan oleh penduduknya.
Suatu saat pada abad ke-4 M, suku Nabataean akhirnya meninggalkan ibu kota mereka di Petra dan bermigrasi ke utara. Perlahan, kota penting dalam sejarah dunia kuno itu pun terlupakan dan ditinggalkan. Apakah ini terjadi karena leluhur mereka terus berbuat dosa?
Kota Hegra dibuka kembali untuk umum
Meski ditaklukkan oleh Romawi, Kota Hegra tetap makmur hingga abad ke-3 Masehi. Ketika jalur perdagangan bergeser, karavan berhenti melewati kota dan kota mengalami penurunan drastis. Tempat ini ditinggalkan pada Abad Pertengahan. Tapi, Kekaisaran Ottoman membangun benteng di lokasi tersebut selama Perang Dunia I selama pemberontakan Arab.
Dalam beberapa tahun terakhir, proyek gabungan Saudi dan Perancis telah menggali dan memulihkan situs tersebut. Pemerintah Saudi kini telah membuka Hegra untuk pertama kalinya setelah ribuan tahun terlupakan.