Terlupakan dalam Sejarah Dunia Kuno, Apakah Kota Hegra Dikutuk?

By Sysilia Tanhati, Kamis, 16 November 2023 | 16:03 WIB
Situs arkeologi Hegra merupakan salah satu situs kuno yang paling terkenal di Arab Saudi. Digambarkan sebagai contoh luar biasa dari pencapaian arsitektur dan keahlian hidrolik, Hegra sempat terlupakan dalam sejarah dunia kuno. (Richard Hargas/CC BY-SA 4.0)

Nationalgeographic.co.id—Situs arkeologi Hegra merupakan salah satu situs kuno yang paling terkenal di Arab Saudi. Dikenal juga dengan sebutan Mada’in Saleh, kota ini adalah situs arkeologi pertama Arab Saudi yang dimasukkan dalam Daftar Warisan Dunia. Digambarkan sebagai “contoh luar biasa dari pencapaian arsitektur dan keahlian hidrolik”, Hegra sempat terlupakan dalam sejarah dunia kuno. Apa sebabnya?

Kota penting masyarakat Nabatean dalam sejarah dunia kuno

Hegra adalah salah satu pos terdepan di selatan masyarakat Nabataean yang misterius. Mereka adalah bangsa yang juga membangun kota Petra di Yordania, ibu kota kuno Nabatean.

Dibangun antara abad ke-1 SM dan abad ke-1 M, Hegra adalah sebuah keajaiban arsitektur dalam sejarah dunia kuno. Kota ini menjadi bukti nyata atas keterampilan dan keahlian orang Nabataean. Mereka mengukir lebih dari 131 makam pada batu padat, lengkap dengan hiasan, prasasti, dan sumur air.

Makam-makam dihiasi dengan aksara Nabatean yang menunjukkan status sosial dan bahkan pangkat militer orang yang meninggal. Beberapa makam selanjutnya memiliki prasasti dalam bahasa Latin. Teks-teks ini, yang merupakan keunikan Hegra, sangat berharga karena masyarakat Nabatean tidak meninggalkan sejarah tertulis yang panjang.

Keajaiban Nabataean: kemegahan arsitektur Hegra

Suku Nabataean yang penuh misteri awalnya adalah suku nomaden. Namun sekitar 2.500 tahun yang lalu, permukiman Nabataean mulai berkembang. Selain kegiatan pertanian, mereka mengembangkan sistem politik, seni, teknik, dan tukang batu.

Mereka pun menunjukkan keahlian hidrolik yang menakjubkan, termasuk pembangunan sumur, waduk, dan saluran air. Inovasi-inovasi ini menyimpan air untuk periode kekeringan yang berkepanjangan.

“Suku Nabatean kemudian memperluas jalur perdagangan mereka,” tulis John Black di laman Ancient Origins. Mereka menciptakan lebih dari 2.000 lokasi perdagangan di wilayah yang sekarang menjadi Yordania, Suriah dan Arab Saudi. Para arkeolog masih berusaha mengungkap sejarah suku Nabataean, yang sebagian besar masih belum diketahui.

Saat ini, Anda dapat melihat beberapa batu besar muncul dari gurun datar. Sebagian besar bangunan yang terlihat digunakan sebagai makam. Daerah ini memiliki banyak tambang yang konon digunakan oleh para tukang batu Nabataean untuk memotong dan mengukir balok batu. Namun, tidak pernah ditemukan bangunan yang menggunakan balok batu. Jadi, tidak diketahui untuk apa sebenarnya tambang tersebut digunakan. Misterinya mungkin terletak di bawah pasir gurun, dengan monumen-monumen yang masih menunggu untuk dijelajahi.

Jantung spiritual dan pertukaran budaya dalam sejarah dunia kuno

Hegra berfungsi sebagai titik kunci dalam perdagangan di sepanjang Jalur Perdagangan Kemenyan. Jalur ini merupakan jaringan rute perdagangan kuno yang menghubungkan Arab bagian selatan dengan dunia Mediterania. Rute ini memfasilitasi perdagangan komoditas berharga, seperti kemenyan dan mur. Keduanya sangat dicari dan berharga di dunia kuno karena nilai keagamaannya.

Hegra berfungsi sebagai titik kunci dalam perdagangan di sepanjang Jalur Perdagangan Kemenyan. Jalur ini merupakan jaringan rute perdagangan kuno yang menghubungkan Arab bagian selatan dengan dunia Mediterania. (Gaius Cornelius )

Suku Nabataean, yang mendiami Hegra, menguasai sebagian besar jalur ini. Posisi ini memungkinkan mereka mengatur dan mengambil keuntungan dari perdagangan kemenyan yang menguntungkan. Hal ini juga memberi mereka kekuatan sosial-politik. Hegra, menjadi tempat meleburnya beragam budaya. Pedagang, pengelana, dan peziarah dari berbagai daerah berinteraksi, berbagi ide, dan berkontribusi pada budaya Hegra.

Mengungkap rahasia Hegra lewat prasasti-prasasti

Informasi tentang Hegra berasal dari sekitar 50 prasasti yang ditemukan di makam dan di fasadnya. Salah satu prasasti tersebut menunjukkan bahwa Hegra telah dihuni setidaknya satu abad lebih lama dari perkiraan para sejarawan sebelumnya. Di situs tersebut juga terdapat sekitar 50 prasasti pra Nabataean, termasuk beberapa gambar gua.

Menurut sarjana Romawi Strabo, meskipun masyarakat diperintah oleh keluarga kerajaan, mereka memiliki semangat demokrasi yang kuat. Selain itu, beban kerja juga dibagi di antara masyarakat. Seperti sebagian besar dunia kuno, bangsa Nabatean menyembah dewa-dewa. “Yang utama adalah dewa matahari Dushara dan dewi Allat,” tambah Black.

Benarkah Kota Hegra atau Mada’in Saleh itu dikutuk?

Nama Mada'in Saleh (Kota Shalih) dikaitkan dengan seorang nabi pra-Islam, Salih, dari suku Tsamud. Komunitasnya disebut-sebut ‘jahat’ dan karena itu Tuhan membinasakan mereka. Bahkan saat ini sisa-sisa situs kuno tersebut dianggap terkutuk oleh umat Islam.

Suku Tsamud konon merupakan keturunan cicit Nabi Nuh. Namun, kaum Tsamud dikatakan menjadi sangat korup dan materialistis serta tidak lagi percaya kepada Tuhan. Menurut kisah tersebut, pada saat itulah Tuhan mengutus nabi Shalih untuk memberi peringatan. Jika suku Tsamud terus berbuat dosa, maka mereka akan dihancurkan.

Kerajaan Nabataean akhirnya mengalami kemunduran dengan beralihnya jalur perdagangan ke Palmyra di Suriah. Perluasan perdagangan lewat jalur laut dari Jazirah Arab ke Mesir pun turut menjadi pemicu Hegra ditinggalkan oleh penduduknya.

Suatu saat pada abad ke-4 M, suku Nabataean akhirnya meninggalkan ibu kota mereka di Petra dan bermigrasi ke utara. Perlahan, kota penting dalam sejarah dunia kuno itu pun terlupakan dan ditinggalkan. Apakah ini terjadi karena leluhur mereka terus berbuat dosa?

Kota Hegra dibuka kembali untuk umum

Meski ditaklukkan oleh Romawi, Kota Hegra tetap makmur hingga abad ke-3 Masehi. Ketika jalur perdagangan bergeser, karavan berhenti melewati kota dan kota mengalami penurunan drastis. Tempat ini ditinggalkan pada Abad Pertengahan. Tapi, Kekaisaran Ottoman membangun benteng di lokasi tersebut selama Perang Dunia I selama pemberontakan Arab.

Dalam beberapa tahun terakhir, proyek gabungan Saudi dan Perancis telah menggali dan memulihkan situs tersebut. Pemerintah Saudi kini telah membuka Hegra untuk pertama kalinya setelah ribuan tahun terlupakan.