Selisik Kisah Petualangan Lawrence of Arabia dalam Sejarah Dunia

By Sysilia Tanhati, Selasa, 21 November 2023 | 09:00 WIB
Dalam sejarah dunia, kisah petualangan, kepahlawanan, perang, dan pengkhianatan Lawrence of Arabia memikat banyak orang. Sebagai arkeolog, perwira militer, diplomat, dan penulis, pria yang bernama T. E. Lawrence ini dianggap memiliki andil dalam Revolusi Arab. (Lowell Thomas)

Merebut Kota Aqaba

Salah satu pencapaian terbesar pemberontakan ini adalah perebutan Kota Aqaba yang penting secara strategis. Hal ini terjadi di bulan Juli 1917. Lawrence bertindak “jahat” dalam operasi ini. Pasalnya, dia tidak memberi tahu komando Inggris tentang rencana yang dibuatnya bersama para pemimpin Arab untuk merebut Aqaba.

Lawrence tidak memberi tahu atasannya karena dia khawatir mereka akan memblokir operasi tersebut. Konon rencana ini dianggap bertentangan dengan kepentingan Prancis. Saat itu, kebijakan Inggris adalah untuk tidak memusuhi sekutu besar mereka di wilayah tersebut.

Aqaba jatuh ke tangan pasukan Arab pada tanggal 6 Juli 1917. Pada titik ini, pemberontak menguasai kota-kota besar di semenanjung Arab. Meskipun demikian, pasukan Arab terdorong untuk terus berjuang. Mereka ingin mengamankan wilayah untuk kerajaan yang merdeka di masa depan. Namun, tanpa sepengetahuan mereka, Inggris rupanya telah memutuskan untuk mengkhianati kesepakatan.

Perjanjian Sykes-Picot

Pada musim semi tahun 1916 di London, Inggris dan Perancis menyetujui kesepakatan rahasia. Di tengah peperangan, keduanya mendiskusikan bagaimana membagi rampasan jika menang.

Mark Sykes memimpin delegasi Inggris, dengan mitranya dari Prancis adalah François Georges-Picot. Kedua pihak menyetujui perjanjian yang kemudian dikenal sebagai Perjanjian Sykes – Picot. Dalam perjanjian itu, Inggris akan mendapat wilayah yang sekarang disebut Irak setelah perang berakhir. Sementara Prancis akan menerima wilayah yang mencakup wilayah yang sekarang disebut Suriah.

“Perjanjian Sykes – Picot merupakan perjanjian yang menyusahkan karena berbagai alasan,” Luursema menambahkan. Pertama, pembagian wilayah Ottoman tanpa mempertimbangkan etnis, agama, atau sejarah akan menjadi penyebab banyak konflik di Timur Tengah. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa Inggris telah menjanjikan Suriah kepada negara-negara Arab sebagai imbalan atas bantuan selama perang.

Lawrence, yang ditempatkan di Kairo pada saat Perjanjian Sykes – Picot dibuat, baru mengetahui pengaturan tersebut beberapa bulan kemudian. Dia kemungkinan mengetahui niat Inggris untuk mengkhianati orang-orang Arab pada musim gugur 1916 setelah tiba di Arab.

Bagi Lawrence, bekerja sama dengan negara-negara Arab dan mengetahui bahwa Inggris tidak akan menepati janji adalah hal yang memalukan. Meski begitu, sebagai perwira Inggris, dia merasa terdorong untuk ikut serta dalam konspirasi tersebut.

Menjadi selebritas setelah perang berakhir

Setelah merebut Aqaba, Lawrence mengambil bagian dalam beberapa serangan terhadap Ottoman di Palestina dan wilayah Suriah. Operasi pasukan Arab ini membantu sekutu mendapatkan keunggulan di Timur Tengah. Pada akhirnya, serangan tersebut mengakibatkan menyerahnya Ottoman pada tanggal 30 Oktober 1918.