Nationalgeographic.co.id—Kepangeranan Epirus adalah penerus Kekaisaran Bizantium ketika hancur setelah dirampok oleh Tentara Salib. Perampokan itu terjadi pada Perang Salib Keempat pada tahun 1204 M.
Pada mulanya negara ini merupakan negara penerus yang paling berhasil. Epirus nyaris merebut kembali Konstantinopel yang saat itu dikuasai oleh Tentara Salib dan Kekaisaran Latin.
Namun setelah tahun 1230 M, wilayah ini secara geografis terbatas pada Epirus sendiri dan kadang-kadang hingga wilayah tetangga, yaitu Thessaly dan Kepulauan Ionia.
Selama dua abad berikutnya, Epirus sebagian besar masih sulit mempertahankan kemerdekaannya, meskipun harus berada di akhir wilayah pengaruh Kekaisaran Bizantium dan Italia.
Akhirnya, pada tahun 1479 M, wilayah terakhir Kedespotan atau Kepangeranan Epirus sepenuhnya menjadi wilayah Kesultanan Utsmaniyah.
Kemunculan EpirusSeperti diketahui, Kekaisaran Bizantium yang memiliki agama resmi Kristen Ortodoks memang telah lama menjadi target negara-negara barat yang merupakan Kristen Katolik. Gereja katolik Roma juga memiliki ambisi atas Kekaisaran Bizantium.
Konstantinopel secara teknis ditaklukkan oleh Pasukan Salib pada 12 April 1204 M. Inilah yang nantinya terkenal dengan "Penjarahan Konstantinopel" dan menjadi awal kehancuran kota Konstantinopel.
Pusat Kristen Ortodoks terbesar di dunia itu dijarah habis-habisan. Peninggalan, karya seni dan peninggalan dunia kristen dibawa ke barat.
Tidak hanya itu, Kekaisaran Bizantium kemudian dibagi dua. Sebagian dimiliki oleh Venesia, sebagian lagi dimiliki oleh sekutunya.
Sejarah Perang Salib keempat, dengan demikian mendapatkan reputasinya yang terkenal sebagai perang salib yang paling biadap dan serakah.
Setelah penjarahan Konstantinopel oleh Tentara Salib, wilayah inti Kekaisaran Bizantium yang merupakan pusat Kristen Ortodoks terbesar di dunia itu hancur.
Sementara itu, di pinggiran kekaisaran Bizantium, tiga wilayah Yunani (atau Romawi) yang merupakan negara-negara penerus Kekaisaran Bizantium mulai muncul.
Kekaisaran Trebizond, di Anatolia utara dekat Georgia, muncul sekitar waktu yang sama atau bahkan sedikit sebelum jatuhnya Konstantinopel. Di jantung Anatolia bekas Kekaisaran Bizantium, Kekaisaran Nicea muncul.
Perlawanan Kekaisaran Bizantium di Eropa pada awalnya kurang koheren. Banyak orang Yunani memihak penjajah Latin.
Termasuk Michael Komnenos Doukas, sepupu mantan kaisar Bizantium Isaac II Angelos (memerintah 1185-1195, 1203-1204 M) dan Alexios III Angelos (memerintah 1195-1203 M).
Setelah Perang Salib Keempat, Michael melayani Boniface dari Montferrat, Raja Tesalonika yang baru (memerintah 1205-1207 M).
Namun ketika pasukan Latin menuju ke barat, Michael memutuskan hubungan dengan tentara Latin dan menuju ke tanah Epirus, di barat laut Yunani di sepanjang Laut Adriatik.
Di sana, salah satu kerabatnya adalah gubernur provinsi Kekaisaran Bizantium di ibu kota regional Arta. Wilayah itu terlindungi oleh Pegunungan Pindus di sebelah timur dan laut di sebelah barat dan selatan.
Wilayah Epirus telah lama menanamkan semangat kemerdekaan sejak zaman Alexander Agung dan Pyrrhus. Sedangkan di bawah kepemimpinan Michael, wilayah tersebut akan kembali menjadi entitas politik yang independen.
Michael mendeklarasikan dirinya sebagai penguasa wilayah tersebut dan menetapkan Arta sebagai ibu kotanya. Ia dan keturunannya akan memerintah Epirus, dengan nasib yang bervariasi, selama satu abad berikutnya.
Awalnya sebagai pesaing serius untuk mengembalikan Kekaisaran Bizantium, kemudian sebagai entitas Yunani di persimpangan dunia Bizantium dan Italia.
Kekaisaran TesalonikaAwalnya, Michael I (memerintah 1205-1215 M) setuju untuk menjadi perwakilan Venesia di Epirus. Ia mengatur perdamaian dengan negara-negara Latin yang muncul setelah Perang Salib Keempat.
Dengan demikian, Epirus dapat bertahan pada tahun-tahun awal kekuasaan Latin. Namun setelah beberapa tahun, Michael telah membangun pasukan yang cukup besar dan melawan orang Latin.
Dia merebut kembali sebagian Thessaly, termasuk kota utama Larissa, dan merebut kembali pulau penting Corfu dan pelabuhan utama Adriatik Durazzo dari Venesia.
Setelah Michael meninggal pada tahun 1215 M, saudara tirinya Theodore I Komnenos Doukas (memerintah 1215-1230 M) akan memimpin Epirus ke puncak kejayaannya sebelum menderita kekalahan telak.
Di bawah Theodore, Epirus mencoba memulihkan Kekaisaran Bizantium. Pada tahun 1217 M, ketika Kaisar Latin Peter dari Courtenay (memerintah 1216-1217 M) mencoba melintasi wilayah Epirote, Theodore menangkapnya.
Theodore kemudian memimpin pasukan Epirote dalam serangkaian penyerangan yang sukses. Ia mengusir orang-orang Latin dari Thessaly, memukul mundur orang-orang Bulgaria.
Kemudian pada tahun 1224 M, ia berhasil merebut kembali Tesalonika, kota kedua bekas Kekaisaran Bizantium.
Pada tahun 1227 M, Theodore dinobatkan sebagai kaisar Romawi oleh uskup agung Kristen Ortodoks di Ohrid. Kekaisaran Tesalonika kini telah berdiri dan tampaknya berada di titik puncak untuk menciptakan kembali Kekaisaran Bizantium.
Pada tahun 1230 M, Theodore telah merebut Adrianople dan berada dalam jarak serang dari Konstantinopel. Namun alih-alih menyerang Kontantinopel, Theodore malah berbelok ke utara untuk melawan Bulgaria.
Pada tanggal 9 Maret 1230 M, Bulgaria di bawah Tsar Ivan Asen II (memerintah 1218-1241 M) menghancurkan pasukan Epirote di Pertempuran Klokotnitsa.
Theodore ditawan dan pasukan Bulgaria dikerahkan ke Makedonia dan Epirus. Peluang Epirus untuk memulihkan Kekaisaran Bizantium hilang di lapangan di Klokotnitsa.