Rumah Murah dari Sampah Popok, Terobosan Arsitektur Indie di Bandung

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 18 November 2023 | 19:24 WIB
Anjar Primasetra berpose di sebuah rumah tipe 36 yang terbuat dari sampah popok di Bandung. Anjar adalah salah satu anggota tim arsitek yang membangun rumah murah yang sebagian material bangunannya berasal dari sampah popok itu. (Donny Fernando)

Material alternatif bangunan ini diharapkan bisa membantu menjawab masalah keterbatasan sumber daya perumahan di Indonesia. Terutama di wilayah perkotaan.

Sebab, seperti di negara berkembang lainnya, penyediaan perumahan murah di Indonesia telah menjadi perhatian serius dalam tiga dekade terakhir seiring dengan pertumbuhan populasi perkotaan sebesar 4,1% per tahun. Diprediksi, harga lahan dan material bangunan akan semakin mahal seiring dengan meningkatnya permintaan.

Dan diperkirakan, 68% penduduk Indonesia akan tinggal di wilayah perkotaan pada tahun 2025. Itu artinya sekitar 7 dari 10 orang di Indonesia akan tinggal di kota pada 2025.

Tak hanya soal masalah sumber daya material bangunan, seperti disebutkan di atas, inovasi rumah popok ini juga mencoba mengurai masalah sampah popok. Cerita inovasi rumah popok ini bermula saat tim arsitek mereka mendapat tantangan dari sebuah perusahaan penyedia pengelolaan limbah dan energi terbarukan kepada tim Sisda.

“Mereka ngasih challenge bagaimana nih untuk mendaur ulang limbah popok,” kenang Sisda.

Tim arsitek di Bandung ini menerima tantangan dari Awina Sinergi International untuk mengolah sampah popok. Mereka kemudian mendirikan rumah murah tipe 36 dari sampah popok tersebut. (Donny Fernando)

Selama ini sampah popok sekali pakai telah menjadi masalah yang pelik. Data menunjukkan bahwa sampah popok sekali pakai baru bisa terurai setelah 450 tahun. Artinya sampah jenis ini sulit terdegradasi dan bakal mencemari lingkungan.

Lebih lanjut, sejauh ini sebagian besar sampah popok sekali pakai di dunia hanya terbuang percuma dan mencemari lingkungan. Menurut riset Bank Dunia pada 2017, popok sekali pakai menjadi penyumbang sampah terbanyak kedua di laut, yakni 21%. Di posisi pertama ada sampah organik (44%) dan ketiga ada tas plastik (16%).

Jadi, selama bertahun-tahun limbah popok telah menjadi masalah di banyak negara. Contohnya, Amerika Serikat membuang 20 miliar popok sekali pakai setiap tahunnya, sedangkan Inggris mencampakkan 3 miliar sampah popok saban warsa.

Di Indonesia, masalah sampah popok juga krusial. Sebagai sampel, setiap harinya terdapat 100 ton sampah popok yang dibuang ke Sungai Citarum, Jawa Barat, pada 2020.

"Kemarin kami juga sempat meriset penelitian di Kota Bandung. Jadi di Kota Bandung, kami sebar kuesioner ke ibu-ibu rumah tangga, berapa sih banyaknya popok yang dihasilkan bayi mereka. Nah, ternyata 4-5 popok," tutur Sisda.

"Nah kalau misalnya diasumsikan satu kota itu ada 180.000 bayi [red: Menurut BPS, jumlah balita di Kota Bandung tahun 2020 telah mencapai 193.295 orang], dikalikan 5 popok sehari, kami hitung bisa sampai 20 meter kubik sehari [lebih besar dari ukuran mobil Alphard] si popok itu. 20 meter kubik berapa banyak dalam setahun. Itu baru dari satu kota, belum satu negara," paparnya.