Ekrem menjelaskan, aliran Zionisme yang masuk dari Eropa pada abad ke-19 menyebabkan bencana besar bagi Kekaisaran Ottoman.
Pada periode tersebut, sejumlah Zionis mencari dukungan moral dan finansial untuk mewujudkan cita-cita mereka: mendirikan pemerintahan di Palestina.
Tidak semua orang Yahudi mendukung gerakan ini. Meskipun demikian beberapa dari mereka, terutama di Eropa, memberikan dukungan yang signifikan baik secara finansial maupun politis. Hal ini memicu ketegangan dengan pemerintah Ottoman karena menantang klaim atau kontrol mereka terhadap wilayah tersebut.
Tentu saja, sikap Sultan Abdulhamid II terhadap gerakan ini memainkan peran penting dalam dinamika politik pada masa itu.
Ada beberapa catatan sejarah yang menunjukkan bahwa sebagian Zionis melihat Abdulhamid II sebagai hambatan bagi rencana mereka.
“Menganggap Sultan Abdülhamid II sebagai ancaman, mereka bekerja sama dengan Turki Muda, kelompok yang bertujuan untuk menggulingkan sultan,” jelas Ekram
Setelah penggulingan Sultan Abdulhamid II pada tahun 1909, pemerintah yang baru memberikan izin bagi migrasi orang-orang Yahudi ke wilayah Palestina.
Meskipun demikian, proses migrasi ini berlangsung dalam beberapa fase dan tidak langsung mencapai pembentukan negara Yahudi yang mereka harapkan.