Orang Utan Juga Merantau dan Belajar Cari Makan dari Individu Lokal

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 23 November 2023 | 10:00 WIB
Orang utan di Cincinnati Zoo and Botanical Garden, AS. Saat berusia dewasa, orangutan jantan akan bermigrasi. Di tanah rantau, mereka akan mempelajari jenis makanan yang bisa dimakan dari individu lokal. (rawpixel.com / Carol M Highsmith)

Nationalgeographic.co.id—Orang utan merupakan makhluk yang cerdas. Ketika berada di lingkungan yang sangat berbeda dari tempat asalnya, mereka dapat belajar untuk beradaptasi dengan apa yang dilihatnya. Perilaku adaptasi ini juga termasuk memilih makanan di tempat yang asing sama sekali sebagai individu migran.

Hal itu diungkap oleh para peneliti dalam publikasi ilmiah di Frontiers in Ecology and Evolution pada 5 Juli 2023. Makalah bertajuk "Migrant orang utan males use social learning to adapt to new habitat after dispersa" ini mengamati keputusan orang utan dalam memilih makanan di lingkungan yang berbeda dari tempat asalnya.

"Di sini kami menunjukkan bukti bahwa orang utan jantan migran menggunakan pembelajaran sosial observasional untuk mempelajari pengetahuan ekologi baru dari individu lokal setelah menyebar ke daerah baru,” kata Julia Mörchen, penulis utama studi dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology, seperti yang dikutip dari Frontiers Science News.

Penelitian ini sangat penting untuk memahami orang utan. Spesies unik yang hanya ada di Asia Tenggara ini bergantung pada induknya lebih lama dibandingkan hewan bukan manusia lainnya, sebelum akhirnya menemukan cara, memilih, dan mengolah berbagai jenis makanan.

Seperti manusia, orang utan juga merantau

Saat masih anak-anak, orang utan bisa menyusui hingga enam tahun dan tinggal bersama induknya hingga lebih dari tiga tahun. Induk akan memperkenalkan beberapa makanan kepada anaknya dari lingkungan sekitarnya.

Namun ketika sudah dewasa, orang utan jantan akan meninggalkan induknya dan berpindah ke tempat yang lebih jauh dari tempat kelahirannya. Kebiasaan ini menyerupai manusia yang sudah dewasa untuk merantau. Kondisi ini berbeda dengan orang utan betina yang cenderung menetap di wilayah asalnya, berdasarkan tatanan sosial orang utan.

“Ini menyiratkan bahwa selama migrasi, pejantan kemungkinan besar akan menemukan beberapa tipe habitat dan mengalami beragam komposisi fauna, terutama saat melintasi habitat dengan ketinggian berbeda," kata Mörchen.

Ada pun yang bernasib kurang mujur ketika terpaksa berpisah dengan induknya akibat konflik dengan manusia. Saat diselamatkan, anak-anak orang utan masuk penangkaran dan belajar kehidupan di alam liar, termasuk memilih makanan.

Kondisi saat hidup di lingkungan baru inilah yang diamati oleh Mörchen dan timnya. Mereka mendapati bahwa orang utan migran "mengamati, dan melakukan seperti yang dilakukan oleh kelompok lokal".

Orang utan berbagai 97 persen DNA dengan manusia. Kesamaan DNA ini memungkinkan manusia dan orang utan dapat saling menularkan penyakit. (Riza Marlon)

“Menariknya, tingkat teman sebaya pejantan migran menurun setelah beberapa bulan berada di daerah baru, yang berarti bahwa mereka membutuhkan waktu lama untuk belajar tentang makanan baru,” kata Caroline Schuppli, pemimpin kelompok dari Max Planck Institute of Animal Behavior.