Selisik Krisis Pengungsi dalam Sejarah Dunia Selama Ribuan Tahun

By Sysilia Tanhati, Kamis, 23 November 2023 | 09:00 WIB
Krisis pengungsi bukanlah hal baru dalam sejarah dunia. Selama ribuan tahun, peperangan, penyakit, kelaparan, dan kerusuhan politik telah menyebabkan jutaan orang mengungsi. (Vicente Cutanda Toraya)

Nationalgeographic.co.id—Krisis pengungsi bukanlah hal baru dalam sejarah dunia. Selama ribuan tahun, peperangan, penyakit, kelaparan, dan kerusuhan politik telah menyebabkan jutaan orang mengungsi. Permasalahan yang dihadapi oleh para pengungsi dan negara-negara suaka tetap sama sepanjang sejarah.

Jika ditangani dengan baik, perpindahan massal ini dapat menjadi peluang untuk menyebarkan teknologi dan menambah vitalitas masyarakat. Jika tidak ditangani dengan baik, krisis pengungsi dapat menggulingkan kerajaan atau negara yang paling kuat.

Berikut kisah pengungsian di Eropa hingga Asia dalam sejarah dunia.

Kamp Pengungsi di Tembok Hadrian

Pada tahun 2013, para arkeolog menemukan apa yang mereka yakini sebagai kamp pengungsi kuno di Tembok Hadrian. Mereka menemukan hampir 100 bangunan sementara. “Bangunan sementara itu dibangun dengan baik di dalam benteng Romawi kuno Vindolanda,” tulis Abraham Rinquist di laman Listverse.

Bangunan-bangunan ini tidak pernah menampung tentara. Karena itu, beberapa orang percaya bahwa bangunan-bangunan tersebut menampung para migran yang melintasi perbatasan pada abad ketiga Masehi.

Para ahli juga berpendapat bahwa para pengungsi kuno ini berperan penting dalam mencari makan dan berdagang dengan orang Romawi.

Karena kolaborasi mereka dengan “musuh”, para pengungsi akan dianggap sebagai pengkhianat oleh pemberontak di Utara. Para pengungsi mungkin melarikan diri dari Utara untuk mencari perlindungan. Pasalnya, masyarakat Utara berada dalam kondisi yang terpuruk selama hampir abad ketiga.

Orang Yahudi yang diusir dari Spanyol dan mengungsi ke Kekaisaran Ottoman

Pada tahun 1492, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella mengeluarkan Dekret Alhambra. Dekret itu menetapkan pengusiran semua orang Yahudi dari Spanyol. Pada tahun yang sama, Kaisar Ottoman Sultan Bayezid II mengeluarkan pernyataan untuk menyambut orang-orang Yahudi dari Spanyol ke wilayahnya.

Hampir 250.000 orang Yahudi menetap di wilayah Kekaisaran Ottoman, terutama di Salonika dan Istanbul. Orang-orang Yahudi Sephardic ini memanfaatkan tanah air baru mereka untuk menciptakan Zaman Keemasan kedua. Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh mereka di Semenanjung Iberia.

Para pendatang baru memperkenalkan mesin cetak kepada Kekaisaran Ottoman. Orang-orang Yahudi yang kaya bahkan membiayai serangan militer sultan. Sebagai imbalannya, sultan menawarkan kota Tiberius kepada orang-orang Yahudi.

Para pengungsi ini menghidupkan kembali permukiman yang hancur. Mereka memulihkan rumah-rumah yang ditinggalkan, membersihkan puing-puing, dan mengubah lahan kosong menjadi taman. Pada pertengahan tahun 1500-an, hampir setiap penduduk baru di Tiberius berasal dari Iberia.

Krisis pengungsi di Kekaisaran Romawi dalam sejarah dunia

Pada abad keempat Masehi, Kekaisaran Romawi menghadapi krisis pengungsi. Bangsa Hun menyerbu dari Timur, menguasai suku-suku Jermanik dan Goth yang melarikan diri menuju perbatasan kekaisaran.

Dalam beberapa tahun saja, 200.000 orang Goth berbaris di tepi sungai Danube, perbatasan utara Roma, memohon suaka. Kaisar Romawi Timur, Valens, menerima orang Goth ke wilayahnya untuk membantu berperang melawan Persia.

Kekaisaran Romawi Barat menampung orang-orang Goth di kamp-kamp yang menjadi jebakan maut. Pejabat yang korup mencuri makanan dan barang yang ditujukan untuk gerombolan kelaparan. “Para pengungsi yang putus asa terpaksa menjual anak-anak mereka demi daging anjing untuk mengisi perut,” tambah Rinquist.

Segera, orang-orang Goth memberontak. Orang-orang Jerman yang sudah tinggal di dalam kekaisaran memutuskan hubungan dan bergabung dengan penjajah. Pada tahun 378 Masehi, bangsa Goth bentrok dengan tentara Kekaisaran Romawi di Adrianople. Kaisar Valens dan sebagian besar pasukannya dibantai. Pada tahun 410 Masehi, bangsa Goth yang semakin berani menjarah Kota Roma.

Huguenot

Pada tahun 1685, Raja Louis XIV mencabut Dekrit Nantes, yang melindungi kebebasan beragama di Prancis. Para pendeta Protestan diberi waktu 2 minggu untuk menganut agama Katolik atau keluar dari wilayah Prancis. Orang awam bahkan tidak diberi pilihan. Akibatnya, gelombang Calvinis Prancis yang dikenal sebagai Huguenot melarikan diri ke Belanda, Swedia, Prusia, Irlandia, dan Inggris.

Menurut penelitian terbaru, satu dari enam warga Inggris memiliki keturunan Protestan Prancis. Pada awal abad ke-18, 5 persen penduduk London adalah penganut Huguenot. Inggris akhirnya menyediakan rumah bagi 650.000 pengungsi ini.

Keahlian mereka dalam menenun sutra, percetakan, pembuatan lemari, metalurgi, dan pembuatan jam tangan merevitalisasi perekonomian Inggris.

Asal-usul Masyarakat Laut dalam sejarah dunia

Pada abad ke-13 Sebelum Masehi, Masyarakat Laut meneror Mediterania. Gelombang kehancuran mereka meratakan peradaban dan membuka jalan bagi bangsa Yunani dan Romawi untuk berkembang.

Identitas para perampok ini masih menjadi misteri. Teori yang paling populer adalah bahwa mereka muncul dari runtuhnya Kekaisaran Het di Anatolia dan Kekaisaran Mycenaean di Yunani.

Peradaban yang hancur ini menyebabkan pengungsi membanjiri pesisir Levant dan Siprus. Beberapa orang percaya bahwa populasi dari wilayah Laut Hitam juga menambah jumlah Masyarakat Laut.

Salah satu kelompok Masyarakat Laut berada di Mesir telah menarik perhatian khusus. Suku “Teresh” diyakini adalah suku Tyrrhenian. Menurut Strabo, ini adalah nama kuno orang Etruria dan asal muasal nama Laut Tyrrhenian.

Menurut legenda, orang Tyrrhenian adalah pengungsi dari Troya. Orang-orang Yunani Mycenaean menghancurkan tanah air orang Troya dan memaksa mereka untuk bermukim di tempat yang sekarang disebut Tuscany.