Seperti Manusia, Gajah Punya Nama Sendiri dan Menyahut Saat Dipanggil

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 22 November 2023 | 16:00 WIB
Gajah yatim piatu berkumpul di sekitar kubangan air di Reteti Elephant Sanctuary di Kenya. Gajah yatim piatu berkumpul di sekitar kubangan air di Reteti Elephant Sanctuary di Kenya utara. Setiap gajah memiliki label atau nama yang diucapkan secara unik dalam panggilan. Dengan demikian, gaya bersosial gajah tidak jauh berbeda dengan manusia. (AMI VITALE, NAT GEO IMAGE COLLECTION)

Nationalgeographic.co.id—William Shakespeare pernah membuat pernyataan yang kerap dikritisi banyak pihak dalam karya Romeo and Juliet. Dia menyebut "Apalah arti sebuah nama? Jika bunga mawar kita sebut dengan nama lain, akan sama harumnya." Kenyataannya, nama sangat penting sebagai identitas seseorang dengan ciri-cirinya untuk disebutkan.

Nama bersifat universal bagi seluruh peradaban manusia yang memiliki budaya dan bahasa beragam. Berbagai kebudayaan menggunakan nama sebagai penyemat doa. Jelasnya, nama sangat membantu dalam komunikasi manusia untuk pribadi lainnya yang memiliki keunikan.

Namun, tidak hanya manusia. Gajah juga memiliki nama. Kita mungkin mengenal nama-nama gajah populer seperti Dumbo yang ada di film garapan Walt Disney Pictures dan Bona di dalam serial komik cerita tentang dirinya yang berbelalai panjang di majalah Bobo.

Sejatinya, gajah memiliki namanya sendiri yang diberikan oleh kawanannya sendiri. Hal itu diungkap dalam sebuah penelitian baru terkait cara gajah bersosial. Mereka memanggil satu sama lain dengan panggilan spesifik seperti nama yang dipakai manusia. Hal ini menawarkan pengetahuan menarik perihal evolusi bahasa untuk mengidentifikasikan individu lain.

Penelitian ini telah dipublikasikan pada 27 Agustus 2023 di BioRxiv sebagai makalah pracetak dan belum ditinjau sejawat. Makalah tersebut berjudul "African elephants address one another with individually specific calls".

Para peneliti menganalisis panggilan gajah liar di Kenya, tepatnya di ekosistem Samburu dan Taman Nasional Amboseli. Data yang mereka miliki berisi 625 suara gajah yang memanggil kawanannya. 527 suara rekaman diambil dari Samburu di bagian utara Kenya dan 98 sisanya di Taman Nasional Amboseli di Kenya bagian selatan.

Para peneliti kemudian mengidentifikasi suara gemuruh khusus pada 119 individu. Gajah-gajah ini dikelompokkan antara gajah betina dan keturunannya yang sesuai, dipisahkan dari kawanannya pada saat vokalisasi atau didekati setiap adanya panggilan.

Tim penelitian juga mengukur fitur akustik suara gajah dan mengujinya secara statistik dari data yang dimiliki. Mereka mencari tahu apakah identitas penerima dari suatu panggilan dapat diprediksi. Tim melaporkan bahwa ada interaksi khusus yang terjadi dan dilaporkan dalam makalahnya. Mereka mencatat ada 114 pemanggil dan 119 penerima unik.

Gajah bepergian sebagai kelompok keluarga diidentifikasi dari udara, dan bergerak sebagai unit sosial. (Ondrej Prosicky / Shutterstock)

Yang menarik dari data gajah yang dikumpulkan oleh tim penelitian ini adalah hanya ada sedikit bukti yang mengungkapkan bahwa gajah meniru panggilan yang diterima. Dengan demikian, ternyata hewan sangat cerdas seperti gajah berkomunikasi dengan cara yang kompleks.

"Sepengetahuan kami, penelitian ini menyajikan bukti pertama untuk sapaan vokal pada hewan sejenis tanpa meniru panggilan penerima pada hewan bukan manusia," terang para peneliti yang dipimpin oleh Michael Pardo dari Department of Fish, Wildlife, and Conservation Biology, Colorado State University.

Dalam komunikasi gajah, ada berbagai suara yang tidak umum, misalnya komunikasi antara gajah muda dan induknya. Suara mereka akan terdengar berbeda bagi penerimanya. Hal itu juga termasuk jika gajah lainnya memberikan panggilan ke penerima yang sama.

Penyebabnya mungkin karena suara gemuruh gajah memiliki kode yang mengandung beberapa pesan dan terkirim bersamaan. “Label vokal dapat meningkatkan kemampuan koordinasi meskipun tidak terlihat satu sama lain,” lanjut mereka.

Para peneliti yang menyelidiki suara gemuruh gajah ini meyakini mungkin kode tersebut adalah "nama". Namun, analisis dalam model komputer mereka tidak dapat memilih mana yang merupakan sebuah "nama" ketika digunakan dalam panggilan.

Para peneliti memanfaatkan rekaman panggilan kepada gajah di lapangan. Mereka mendapati bahwa panggilan yang tepat bisa membuat gajah merespons lebih kuat daripada suara panggilan lain yang ditujukan kepada individu lain. Hal ini menunjukkan mungkin terdapat "nama" di dalam rekaman suara gajah.

Penampakan ini mungkin serupa dalam sebuah video Instagram dengan akun @jamessuter ketika mewawancarai jagawana yang berhubungan erat dengan gajah. Anak gajah datang mendekati jagawana yang tengah diwawancarai tersebut setiap kali ada kata "Savo" disebutkan. Nama Savo sendiri diberikan oleh jagawana kepadanya.

Tim penelitian pada makalah menyimpulkan bahwa spesies non-manusia mungkin menggunakan sistem penamaan mirip manusia untuk merujuk individu lain. Dalam temuan ini pun, mereka mengungkapkan bahwa panggilan antarpribadi gajah bermanfaat untuk memperkuat ikatan sosialnya, sama seperti manusia.

“Karena dinamika sosial fisi-fusi mereka, gajah sering kali tidak terlihat oleh pasangan sosial mereka yang dekat dan menghasilkan suara gemuruh untuk berkomunikasi dalam jarak jauh,” jelas para penulis.