Dari Mitologi hingga Marine, Apa Perbedaan Yunani Kuno dan Viking?

By Tri Wahyu Prasetyo, Kamis, 23 November 2023 | 13:00 WIB
Bangsa Viking adalah pelaut dan mereka membangun kapal indah yang tercatat dalam sejarah. Begitu juga denga orang-orang Yunani Kuno yang memiliki sejarah panjang dengan dunia laut. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Hal utama yang dimiliki bangsa Yunani dan Viking kuno adalah kecintaan mereka terhadap laut. Keduanya adalah bangsa pelaut, namun bangsa Yunani adalah pedagang dan penjelajah, sedangkan bangsa Viking adalah penjarah.

Dalam hal mitologi Yunani versus Nordik, kedua budaya ini memiliki dewa-dewa politeistik, dan mereka juga memiliki satu dewa yang lebih tinggi dari yang lain. Zeus adalah dewa penguasa bagi orang Yunani, dan Odin adalah raja dari jajaran dewa Viking.

Dewa-dewa Yunani kuno dan Viking juga memiliki banyak kesamaan. Kedua budaya tersebut memiliki dewa perang, dewi kesuburan, dewa laut, atau dewa pembawa pesan. Ada dewa-dewa yang mewakili semua aspek kehidupan manusia dan alam.

Kedua bangsa ini juga terampil dalam seni perang. Namun, dilansir dari laman Greek Reporter, Philip Chrysopoulos, menjelaskan bahwa “bangsa Yunani kuno telah mengorganisir pasukan dengan taktik dan senjata yang canggih.” Viking, di sisi lain, “sebagian besar adalah pejuang yang ganas dan mampu mengalahkan musuh.”

Para Navigator Viking

Replika kapal Viking yang sohor karena mampu menjelajahi lautan di Birka. (Sven Issakson)

Para navigator kuno seperti bangsa Yunani kebanyakan berlayar dengan memperhatikan daratan. Bangsa Viking memiliki kemampuan untuk berlayar ke lautan terbuka yang jauh dari daratan saat mereka mencari daerah baru untuk dijarah. Kemampuan ini membuat orang-orang sezaman mereka tercengang.

Bangsa Viking memiliki tradisi kelautan yang kaya selama berabad-abad. Mereka telah memperoleh pengetahuan tentang pantai, arus laut, dan mencatat tanda-tanda navigasi.

“Mereka dapat mengidentifikasi di mana ikan paus mencari makan, menandai batu-batu yang berbentuk aneh, dan mendengar suara burung laut di tempat-tempat tertentu,” jelas Philip.

Bangsa Viking menggunakan alat navigasi yang belum sempurna pada saat itu. Mereka memanfaatkan tongkat pengukur untuk menentukan kedalaman air. Mereka juga menggunakan kompas matahari dari kayu dengan beberapa garis yang digoreskan di bagian pinggirnya.

Para pelaut Nordik yang terampil berusaha menemukan tanah baru untuk dieksploitasi. Para sejarawan kemudian menyebutnya sebagai Ekspansi Viking.

Njord adalah dewa pelaut dan kemakmuran bangsa Nordik; bagi bangsa Viking, pelayaran adalah sarana menuju kemakmuran. Mereka berlayar di sebagian besar Atlantik Utara, mencapai selatan hingga Afrika Utara dan timur hingga Rusia, dan berlayar melalui Mediterania hingga ke Konstantinopel dan Timur Tengah.

Di sebelah barat, bangsa Viking mencapai Amerika Utara dan mendirikan pemukiman yang berumur pendek di L'Anse aux Meadows, Newfoundland, Kanada.

Ada pemukiman Nordik yang lebih tahan lama dan lebih mapan di Greenland, Islandia, Kepulauan Faroe, Rusia, Ukraina, Britania Raya, Irlandia, dan Normandia.

Ilustrasi Bangsa Viking (Thinkstockphoto)

Menurut Philip, pada dasarnya, Viking bertindak sebagai penjarah, pedagang, penjajah, dan tentara bayaran. Motivasi mereka telah menjadi topik perdebatan di antara para sejarawan.

Salah satu motivasi Ekspansi Viking adalah mencari istri dan selir di negeri lain. Bangsa Viking yang kaya dan berkuasa dapat memiliki banyak istri, sehingga mereka kekurangan perempuan.

Motif lain yang mungkin adalah balas dendam terhadap orang Eropa Kontinental atas agresi masa lalu terhadap Viking yang mencoba mengkristenkan mereka.

“Para ahli percaya bahwa karena dalam tradisi Nordik, anak laki-laki tertua mewarisi tanah dan kekayaan ayah mereka, anak laki-laki yang lebih muda dipaksa untuk beremigrasi atau melakukan ekspedisi penjarahan,” kata philip.

Orang Yunani Kuno Mengarungi Laut

Penggambaran Trireme: jenis kapal perang kuno yang digunakan oleh bangsa Yunani kuno, terutama dalam pertempuran laut. (Via Britannica)

Pelaut Yunani kuno, tidak seperti bangsa Viking, membangun kapal dengan dua tujuan: perang dan perdagangan. Armada Athena dikenal karena kekuatannya, sementara orang Yunani secara keseluruhan adalah pedagang yang terkenal di Laut Tengah.

Topografi daratan Yunani kuno yang bergunung-gunung memaksa orang untuk mendiami sebagian besar wilayah pesisir. Selain itu, banyaknya pulau-pulau di Aegea menyebabkan orang Yunani kuno menjadi pelaut dan ahli dalam pembuatan kapal.

“Wilayah Mediterania sangat penting dalam hal transportasi, perdagangan, dan perjalanan. Geografi Yunani menjadikan perjalanan laut sebagai sarana paling efisien untuk mengangkut barang dan orang,” jelas Philip.

Orang Yunani kuno membuat kapal dagang yang lebar dan berongga. Kapal-kapal angkatan lautnya panjang dan tipis.

Selama periode 700 hingga 200 SM, peradaban Yunani berkembang pesat dalam hal ukuran, populasi, dan kekayaan. Hal ini menciptakan kebutuhan yang lebih besar untuk perdagangan luar negeri. 

Pada saat yang sama, ada kebutuhan besar untuk melindungi perdagangan dengan membangun angkatan laut yang kuat untuk mengusir musuh di laut.

Dewa Yunani Kuno dan Dewa Viking

Menurut mitologi Yunani kuno dan Viking, dunia diciptakan melalui campur tangan ilahi. Dalam mitologi Yunani kuno, para dewa Olimpus menggulingkan para dewa Titan dari Cronus.

Dengan cara yang sama, bangsa Viking berpendapat bahwa dunia diciptakan setelah perang kosmik di mana para dewa, yang dipimpin oleh Odin, mengalahkan raksasa Ymir. 

Selain itu, Philip menjelaskan, dalam kedua agama kuno tersebut, para dewa berinteraksi dengan manusia dan ikut campur dalam kehidupan mereka.

“Mereka dapat memberikan bimbingan dan bantuan, tetapi juga menghukum mereka atas perbuatan mereka,” kata Philip.

Baik orang Yunani kuno maupun Viking sangat percaya pada gagasan tentang takdir. Manusia telah diberikan takdir yang ditentukan dan tidak dapat dihindari.

Namun, menurut Philip ada beberapa perbedaan dalam hal peran dewa-dewi Yunani kuno dan Viking. Salah satu yang paling kentara adalah dalam menggambarkan dewa-dewa mereka.

“Orang Yunani kuno melihat mereka sebagai makhluk yang abadi, sempurna, dan lebih unggul dari manusia,” jelas Philip. “Sebaliknya, dewa-dewa Viking lebih mirip manusia dengan emosi dan kekurangan manusia.”