Meski menyimpan banyak potensi, Meidy mengaku, pelestarian danau masih memerlukan banyak perhatian dari berbagai kalangan. Pasalnya, kedalaman danau terus mendangkal dari tahun ke tahun.
“Pada 1934, kedalaman Danau Tondano mencapai 40 meter. Namun pada 2010, kedalamannya menjadi hanya 14 meter,” ungkapnya.
Luas danau juga diakui Meidy terus menyempit, yakni dari 4.700 hektare hingga tersisa 3.925 hektare.
Penyempitan danau juga dipercepat oleh banyaknya warga yang mendirikan rumah dan tempat usaha di tepian danau, baik restoran maupun keramba jaring apung.
“Limbah pertanian, peternakan, dan keramba pun menyuburkan eceng gondok, sementara sampah rumah tangga menumpuk,” ungkapnya.
Untuk melestarikan danau ini, Meidy mengimbau wisatawan maupun masyarakat sekitar ikut berperan aktif dalam memerangi eceng gondok.
Sebab, eceng gondok dapat mengurangi kadar oksigen dalam air, sehingga mengancam keberlangsungan ikan dan tanaman di dalamnya.
“Makanya kalau mau angkat eceng gondok, jangan pas berbunga. Karena nanti serbuk dari bunga itu jatuh, benih spora akan menyebar, dan membuat tanaman ini cepat berkembang,” pungkasnya.