Kelahiran Bayi Badak Sumatra Kesekian Kali, Apa yang Menopangnya?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 1 Desember 2023 | 15:01 WIB
Kabar baik konservasi badak sumatra datang pada Sabtu, 25 November 2023. Telah lahir bayi badak sumatra jantan dari pasangan induk Delilah dan pejantan bernama Harapan. Namun, apa artinya bagi alam liar Indonesia? (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI)

Nationalgeographic.co.id—Satu lagi kelahiran badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) yang menjadi kabar segar konservasi alam liar di Indonesia. Bayi badak tersebut lahir pada Sabtu, 25 November 2023 berkelamin jantan dari induk bernama Delilah dan pejantan bernama Harapan di Suaka Rhino Sumatra (Sumatran Rhino Sanctuary) Taman Nasional Way Kambas (SRS TNWK).

"Kelahiran ini merupakan kelahiran badak sumatra yang kedua kalinya pada tahun 2023," terang Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Republik Indonesia, dalam pernyataan tertulis. "Hal ini semakin memperkuat komitmen pemerintah terhadap konservasi badak di Indonesia.

Kelahiran bayi badak sebelumnya terjadi pada 30 September 2023 dari induk bernama Ratu, badak betina berumur 23 tahun dengan pejantan bernama Andalas. Ratu juga merupakan induk dari Delilah, menjadikannya sebagai nenek dari bayi badak yang baru lahir akhir November ini.

KLHK juga menyebutkan bahwa kelahiran bayi badak dari Delilah merupakan yang kelima dari program pembiakan semi liar di TNWK. Selain pasangan Ratu-Andalas pada September lalu dan kelahiran Delilah pada 2016 antara lain, Sedah Mirah pada 2022 dan Andatu pada 2012.

Yayasan Badak Indonesia (YABI), lembaga konservasi badak yang bekerja di SRS TWK, menjelaskan bahwa peningkatan kelahiran badak sumatra disebabkan beberapa faktor yang mendorong. Kegiatan konservasi ditopang manajemen pengembangbiakan badak sumatra yang baik ditambah dengan sistem pengawasan kesehatan, nutrisi, SDM, dan dukungan berbagai pihak.

"Terlebih SRS berada pada habitat alami yang memungkinkan faktor lingkungan sekitar dapat mendukung peningkatan program pengembangbiakan," kata Ketua Yayasan Badak Indonesia (YABI) Jansen Manansang saat diwawancarai National Geographic Indonesia.

"Lingkungan sangat memengaruhi kesehatan badak, dengan adanya tanaman asli makanan badak yang dapat meningkatkan kelakuan alami badak serta mendorong siklus hormon alami sehingga memperlancar perkembangbiakan badak sumatra."

Bayi dan induk badak sumatra yang baru lahir ini akan dipantau oleh tim konservasi. Anak-anak badak sumatra dari hasil program pengembangbiakan di SRS TNWK ini rencananya akan dlepasliarkan ke habitat alaminya.

Beberapa waktu lalu, aktivis dan peneliti lingkungan Rheza Maulana menyambangi SRS TNWK untuk mempelajari konservasi badak sumatra. Dia mengapresiasi tempat konservasi ini karena sangat memadai untuk keberlangsungan badak liar yang terpelihara dengan baik di tangan manusia, tetapi masih di alam liar.

Demi mempertahankan kelangsungan hidup bayi badak sumatra jantan yang baru lahir, para petugas di SRS TNWK melakukan pemantauan gizi, nutrisi, dan lingkungan tempatnya tinggal bersama induknya. Konservasi badak sumatra harus dilakukan di alam liar guna menjaga kelakuan alaminya. (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI)

"Seekor badak di sini hidup di area seluas 2x10 hektar hutan. Berarti 20 hektar untuk satu ekor badak, tentunya berbeda sekali bila dibandingkan dengan di kandang kebun binatang," jelas Rheza saat dihubungi.

"Jadi, dari segi luasan area hidup, wilayah jelajah, dan tentunya kesediaan pakan yang memang sudah tersedia secara alami dan melimpah, itu sangat berpengaruh ke satwanya," tambahnya. "Kita bisa bayangkan mereka lebih bahagia dan sejahtera di lingkungan seperti ini. Buktinya semakin banyak yang beranak, kan?"

Menjaga keberlangsungan badak sumatra

Dengan kelahiran bayi badak sumatra yang kesekian kalinya, konservasi masih harus berjuang. Kelahiran terbaru belum bisa membuat populasi badak sumatra stabil. Oleh karena itu, terang Jansen, dalam upaya menstabilkannya, perlu ada peningkatan kelahiran dari populasi badak sumatra yang berkelanjutan dengan keragaman genetik yang tinggi.

"Jika populasi meningkat, rencana ke depannya akan melakukan penyimpanan atau koleksi genom. Serta mengadakan pelepasliaran kembal ke habitat persebaran historisnya. Dengan itu, dapat memulihkan kembali jumlah serta diversitas genetik badak sumatra," terang Jansen.

Selain itu, berbagai ancaman lainnya masih mengintai populasi badak sumatra di habitatnya. Aktivitas manusia seperti deforestasi dan menyebabkan perubahan iklim menjadi ancaman keberlangsungan badak sumatra, terutama dalam mencari pakan dan bertempat tinggal.

"Maka, poin pentingnya adalah mencegah terjadinya kegiatan yang negatif [dari] manusia itu supaya alam tidak semakin terganggu," kata Rheza. Oleh karena itu, kegiatan konservasi juga memerlukan pemberdayaan masyarakat sekitar agar tidak mengganggu satwa dan habitatnya.

Belum lagi adanya konflik manusia dan badak di dunia sering terjadi. Badak kerap diburu karena culanya punya nilai ekonomi, padahal merupakan hewan yang dilindungi.

Badak sumatra sendiri telah diklasifikasikan oleh IUCN sebagai badak terkecil dari spesies badak di dunia dan berstatus terancam punah. Pemerintah Indonesia pun berkomitmen untuk melindungi badak sumatra melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 106 tahun 2018.

"Salah satu hal baik yang dilakukan rekan-rekan SRS melalui Rhino Protection Unit adalah edukasi," lanjutnya. "Jadi pelaku kegiatan ilegal ini diberi edukasi dan diberdayakan tentang bagaimana cara mereka mampu bertahan hidup dan mendapatkan pemasukan ekonomi melalui cara-cara yang tidak merusak lingkungan."

"Harapannya melalui program-program seperti ini mampu menciptakan generasi peduli lingkungan, yang melestarikan alam ketimbang merusaknya," tukas Rheza.