Pelatihan militer bagi tentara Makedonia di bawah Alexander Agung sangatlah ketat. Mulai dari penguasaan senjata, para tentara yang direkrut harus belajar dengan bimbingan instruktur berpengalaman. Instruktur merupakan para veteran yang dipilih oleh masyarakat.
“Setelah terpilih, para calon prajurit harus melalui program pelatihan yang ketat dan ekstensif yang kali ini difokuskan pada penguasaan senjata mereka,” jelas Chrysopoulos.
Para calon prajurit harus belajar menguasai tombak sarissa sepanjang 4,5 meter dengan berat lebih dari 12 kilogram. Ini merupakan senjata terpenting untuk formasi barisan infanteri, yang digunakan oleh pasukan falangit Makedonia.
Chrysopoulos menjelaskan, sebagian besar dari pelatihan ini adalah agar para prajurit mempelajari cara kerja formasi “phalanx”. Manuver-manuver tertentu juga harus dikuasai oleh para prajurit untuk diterapkan di medan perang.
“Sifat dasar dari phalanx membutuhkan latihan yang konstan dan menuntut kedisiplinan yang ketat. Hukuman akan dijatuhkan bagi mereka yang tak patuh,” jelas Chrysopoulos.
Para prajurit juga diwajibkan untuk berolahraga di gimnasium dengan berlatih menggunakan lembing, busur, ketapel, bahkan artileri kuno. Mereka juga bergulat dan berlari jarak jauh untuk mempersiapkan diri menghadapi operasi dan pertempuran.
Philip memaksa para prajurit infanteri untuk membawa kantong tepung di punggung mereka saat berlatih dan berjalan sejauh 56 kilometer. Hal ini melatih mereka untuk membawa seluruh perlengkapan selama operasi militer berlangsung.
Para prajurit dilatih untuk bertempur di ladang, gunung, dan hutan agar terbiasa dalam segala kondisi pertempuran. Bagi Philip, penguasaan medan sangatlah penting dalam pertempuran sesungguhnya.
Selain pelatihan untuk berperang, para prajurit yang telah direkrut juga diajari untuk setia kepada raja dan tanah air. Mereka juga didoktrin untuk tidak apatis, dengan tujuan membangun ikatan dan dapat bertindak sebagai satu kesatuan yang utuh.
“Cerita, lagu, dan karya sastra seperti Iliad dan Odyssey karya Homer digunakan untuk para prajurit untuk memperkuat ikatan di antara mereka dan memperkuat kecintaan terhadap tanah air,” jelas Chrysopoulos.
Hetairoi: Pasukan Kavaleri Makedonia
Hetairoi merupakan kavaleri elit tentara Makedonia sejak zaman Raja Philip II. Mereka mencapai prestise tertinggi di bawah Alexander Agung. Hetairoi bisa berasal dari kalangan bangsawan Makedonia atau rakyat jelata yang mendapat kepercayaan dan persahabatan dari raja.
Dipilih dengan seksama, mereka mulai berlatih pada usia 14 tahun. Mereka akan menunggang kuda-kuda terbaik, dan menerima persenjataan terbaik yang tersedia.
Pada zaman Alexander Agung, dengan mengenakan zirah yang berat, setiap anggota Hetairoi membawa “xyston”, yaitu tombak panjang yang digunakan untuk menusuk.
Selain xyston, mereka juga membawa senjata cadangan seperti kopis, pedang melengkung yang digunakan untuk pertempuran jarak dekat, atau xiphos, pedang yang dapat digunakan untuk memotong dan menusuk, jika xyston mereka hilang atau rusak.