Mampu Menaklukkan Kekaisaran Persia, Begini Latihan Pasukan Makedonia

By Tri Wahyu Prasetyo, Kamis, 7 Desember 2023 | 15:00 WIB
Pernah menjadi kekaisaran terkuat di masanya, Kekaisaran Persia Akhemeniyah berhasil dikuasai oleh Aleksander Agung. (Jan Brueghel the Elder/Louvre Museum)

Nationalgeographic.co.id—Pasukan Makedonia di bawah Raja Philip II dan Alexander Agung, merupakan kekuatan besar dalam sejarah militer dunia kuno. Pasukan ini semakin bersinar ketika berhasil menaklukkan Kekaisaran Persia yang sangat kuat.

Dengan menggabungkan taktik cerdas dan kekuatan infanteri serta kavaleri, pasukan Makedonia dapat mengatasi kekuatan musuh yang jauh lebih besar daripada kekuatannya.

“Bangsa Makedonia menemukan kesuksesan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan menggabungkan kekuatan barisan dengan kecepatan dan kelincahan kavaleri,” tulis Philip Chrysopoulos, pada laman Greek Reporter.

Pasukan kavaleri, Chrysopoulos menambahkan, “merupakan tulang punggung tentara Makedonia, yang membuat gerakan-gerakan menentukan dalam setiap pertempuran.”

Bagaimana Seleksi Pasukan Makedonia?

Tentara perkasa yang dibentuk oleh Philip II terdiri atas warga negara dari beberapa distrik di kerajaan Yunani Makedonia. 

Chrysopoulos menjelaskan, setiap distrik diwajibkan oleh hukum untuk menyediakan sejumlah tentara untuk pasukan raja. Seberapa banyak orang yang dikirim, disesuaikan dengan jumlah penduduk mereka.

“Tidak mudah untuk menjadi tentara Makedonia. Para perwira khusus bertanggung jawab untuk memilih hanya orang-orang yang paling cocok untuk bergabung dengan tentara, tergantung pada kualitas fisik dan mental,” kata Chrysopoulos.

Sebanyak 16.000 prajurit infanteri berbadan sehat dibutuhkan dan mereka direkrut dari semua distrik. Para pria itu berhak dan diharapkan untuk sering mengunjungi gimnasium–pusat olahraga dan pendidikan militer–sampai usia 30 tahun.

Mereka yang tidak sehat, pemabuk, mantan budak, atau pedagang tidak diikutsertakan dalam rekrutmen ini. Di sisi lain, para petani, penggembala, tukang kayu, pengrajin, dan buruh memenuhi syarat untuk ikut serta. Namun, mereka harus menjunjung tinggi nilai-nilai sosial tertentu.

Calon prajurit kemudian menjalani tes fisik yang ketat untuk menilai kekuatan, daya tahan, dan kebugaran mereka secara keseluruhan. Tidak semua prajurit mendapat kesempatan untuk bertugas. Hanya mereka paling cakap yang dipilih untuk bertugas.

Pelatihan Ketat untuk Tentara Makedonia Aleksander Agung

Di dekat sungai Granicus, Aleksander Agung membunuh Mithridates, menantu Raja Persia. (Via Greek Reporter)

Pelatihan militer bagi tentara Makedonia di bawah Alexander Agung sangatlah ketat. Mulai dari penguasaan senjata, para tentara yang direkrut harus belajar dengan bimbingan instruktur berpengalaman. Instruktur merupakan para veteran yang dipilih oleh masyarakat.

“Setelah terpilih, para calon prajurit harus melalui program pelatihan yang ketat dan ekstensif yang kali ini difokuskan pada penguasaan senjata mereka,” jelas Chrysopoulos.

Para calon prajurit harus belajar menguasai tombak sarissa sepanjang 4,5 meter dengan berat lebih dari 12 kilogram. Ini merupakan senjata terpenting untuk formasi barisan infanteri, yang digunakan oleh pasukan falangit Makedonia.

Chrysopoulos menjelaskan, sebagian besar dari pelatihan ini adalah agar para prajurit mempelajari cara kerja formasi “phalanx”. Manuver-manuver tertentu juga harus dikuasai oleh para prajurit untuk diterapkan di medan perang.

“Sifat dasar dari phalanx membutuhkan latihan yang konstan dan menuntut kedisiplinan yang ketat. Hukuman akan dijatuhkan bagi mereka yang tak patuh,” jelas Chrysopoulos.

Para prajurit juga diwajibkan untuk berolahraga di gimnasium dengan berlatih menggunakan lembing, busur, ketapel, bahkan artileri kuno. Mereka juga bergulat dan berlari jarak jauh untuk mempersiapkan diri menghadapi operasi dan pertempuran.

Philip memaksa para prajurit infanteri untuk membawa kantong tepung di punggung mereka saat berlatih dan berjalan sejauh 56 kilometer. Hal ini melatih mereka untuk membawa seluruh perlengkapan selama operasi militer berlangsung.

Para prajurit dilatih untuk bertempur di ladang, gunung, dan hutan agar terbiasa dalam segala kondisi pertempuran. Bagi Philip, penguasaan medan sangatlah penting dalam pertempuran sesungguhnya.

Selain pelatihan untuk berperang, para prajurit yang telah direkrut juga diajari untuk setia kepada raja dan tanah air. Mereka juga didoktrin untuk tidak apatis, dengan tujuan membangun ikatan dan dapat bertindak sebagai satu kesatuan yang utuh.

“Cerita, lagu, dan karya sastra seperti Iliad dan Odyssey karya Homer digunakan untuk para prajurit untuk memperkuat ikatan di antara mereka dan memperkuat kecintaan terhadap tanah air,” jelas Chrysopoulos.

Hetairoi: Pasukan Kavaleri Makedonia

Hetairoi merupakan kavaleri elit tentara Makedonia sejak zaman Raja Philip II. Mereka mencapai prestise tertinggi di bawah Alexander Agung. Hetairoi bisa berasal dari kalangan bangsawan Makedonia atau rakyat jelata yang mendapat kepercayaan dan persahabatan dari raja. 

Dipilih dengan seksama, mereka mulai berlatih pada usia 14 tahun. Mereka akan menunggang kuda-kuda terbaik, dan menerima persenjataan terbaik yang tersedia.

Pada zaman Alexander Agung, dengan mengenakan zirah yang berat, setiap anggota Hetairoi membawa “xyston”, yaitu tombak panjang yang digunakan untuk menusuk.

Selain xyston, mereka juga membawa senjata cadangan seperti kopis, pedang melengkung yang digunakan untuk pertempuran jarak dekat, atau xiphos, pedang yang dapat digunakan untuk memotong dan menusuk, jika xyston mereka hilang atau rusak.