Bejana yang ditemukan di makam suku Maya dari tahun 400 Masehi berisi sisa-sisa minuman cokelat. Bejana tersebut juga memiliki tulisan kakao dalam aksara Maya.
Dokumen-dokumen suku Maya menunjukkan bahwa cokelat digunakan untuk keperluan upacara, menyiratkan bahwa cokelat adalah komoditas yang sangat berharga.
Suku Aztec juga mulai menggunakan kakao setelah mereka menguasai sebagian besar wilayah Mesoamerika. Mereka menerima biji kakao sebagai pembayaran upeti.
Suku Aztec mengibaratkan ekstraksi biji kakao dari polongnya seperti pengambilan jantung manusia dalam sebuah pengorbanan. Dalam banyak budaya Mesoamerika, cokelat dapat digunakan sebagai mata uang.
Suku Maya dan Cokelat
“Tidak ada gunanya membicarakan sejarah cokelat tanpa menyebut suku Maya,” kata Rattika, “suku yang memiliki hubungan awal dengan cokelat dan cukup terkenal, mengingat sejarahnya yang cukup panjang.”
Mereka memang tidak memberikan cokelat batangan seperti yang kita kenal. Namun, boleh jadi, kita tak akan mengenal cokelat tanpa usaha mereka.
Suku Maya terlibat dalam budi daya biji kakao, yang merupakan langkah awal dalam proses pembuatan cokelat. Mereka memahami nilai besar dari tanaman kakao dan secara aktif membudidayakannya di daerah-daerah mereka.
Cokelat suku Maya dibuat dengan cara membelah buah kakao dan mengambil biji dan daging buahnya. Biji kakao dibiarkan berfermentasi sebelum dipanggang dan digiling menjadi pasta.
Suku Maya biasanya tidak mempermanis cokelat mereka dengan gula atau madu, tetapi mereka menambahkan perasa seperti bunga atau rempah-rempah. Cairan cokelat disajikan dalam cangkir yang didesain dengan indah, biasanya untuk para warga terkaya.
Kala Cokelat Menyebar ke Dunia yang Lebih Luas