Sebenarnya apa yang Anda lakukan lewat Bank Sampah Bersinar?
Jadi Bank Sampah Bersinar ini bukan tempat ngumpulin sampah, melainkan adalah tempat edukasi kepada masyarakat untuk mengelola sampah secara bertanggung jawab. Kami memberi edukasi bagaimana cara memilah sampah. Mulai dari bagaimana mengurangi sampah, bagaimana memilah sampah. Lalu kami memberikan reward juga atas upaya yang mereka lakukan, sehingga kami memberikan fasilitas pengumpulannya.
Kami membentuk bank-bank sampah unit yang terdekat dengan masyarakat di RT, RW, maksimal desa, supaya masyarakat bisa membawa sampahnya yang sudah dipilah ke bank sampah unit terdekat. Bahkan kami juga membuatnya di sekolah, di kantor, untuk memberikan akses kepada masyarakat untuk membawa sampah yang telah dipilahnya. Dan hasil dari sampah yang terpilah tersebut bisa menjadi tabungan untuk mereka. Biasanya kami transferkan langsung ke rekening mereka sehingga nanti mereka bisa manfaatkan, apakah mau dijadikan token listrik, apakah untuk biaya kenaikan anak sekolah, itu semuanya terserah mereka. Jadi, mereka bisa menabung untuk sebuah tujuan.
Dalam satu waktu kami bisa menyelesaikan banyak masalah sebenarnya. Masalah lingkungan, ada pemberdayaan masyarakat, ada circular economy di sana. Dan dalam perjalanannya, kami menemukan isu-isu sosial yang bisa secara bersamaan diselesaikan. Misalnya mengenai pendidikan, kami bisa membuat program les bahasa Inggris bayar pakai sampah. Kemudian ada isu stunting, kami bisa buat program tukar telur atau susu dengan sampah. Tukar sembako dengan sampah. Itu salah satu upaya kami untuk menyelesaikan isu-isu sosial di masyarakat.
Mengapa edukasi pengelolaan sampah dianggap begitu penting oleh Bank Sampah Bersinar?
Pemilahan sampah itu sangat penting. Itu ujung tombaknya. Sampah yang terpilah itu bisa diolah. Kalau sampah yang tercampur, bisa juga sih diolah, tapi tentu akan sangat berat. Sampah yang telah tercampur menurunkan nilai sampah dan butuh biaya tinggi untuk mengolahnya. Dengan memilah itu sebenarnya kita memasukkan konsumsi kita ke dalam circular economy.
Jadi circular economy ini bukan bicara tentang nilai ekonomi saja, menghasilkan uang banyak, tetapi bagaimana apa yang sudah tidak kita makan, itu tidak terbuang. Makanya harus masuk ke proses daur ulang. Setelah didaur ulang akan masuk lagi ke pasar, jadi sebuah produk dan produknya dikonsumsi lagi oleh kita. Itu ekonomi sirkular, tidak menghasilkan sampah sama sekali.
Kenapa bank sampah fokus kepada pemilahan? Supaya sampah organik yang menghasilkan gas metan yang berkontribusi menghasilkan gas efek rumah kaca, itu bisa diubah dari yang biasanya merugikan lingkungan, justru bagaimana supaya sampah organik ini bisa memberikan manfaat buat lingkungan. Dari tanah kembali ke tanah. Dari apa yang kita konsumsi kembali lagi ke tanah untuk menutrisi. Si gas metan itu sebetulnya bisa dimanfaatkan kok. Dengan adanya biogas itu bisa dimanfaatkan. Itu bisa juga kita kembalikan ke lingkungan, ya sebagai pupuk kompos, untuk menutrisi. Karena tanah-tanah kita udah pada rusak dan kita butuh pupuk organik. Jadi kita berkontribusi pada halaman rumah kita sendiri.
Di sisi lain, ada sampah-sampah kemasan yang bukan organik. Begitu organik selesai, saya yakin sampah non-organik juga selesai. Karena yang menimbulkan bau, yang menimbulkan berat nih dibawa ke TPA itu sebenarnya sampah organik lho. Untuk sampah non-organik, ada industri daur ulang yang bisa mengelolanya.
Apalagi yang penting selain pengelolaan sampah?
Tentu pengurangan itu yang terbaik ya. Mengurangi sampah itu yang terbaik. Tapi Indonesia itu salah satu negara yang memiliki industri daur ulang yang terbesar di dunia. Bahkan dari negara-negara lain pun kirim sampah ke kita. Karena kita butuh bahan baku. Dan kita harus pertahankan itu karena puluhan ribu atau bahkan ratusan ribu orang bekerja di industri itu.
Nah, bagaimana supaya kita enggak perlu lagi kirim-kirim sampah dari luar negeri. Dengan mengedukasi masyarakat kita, mereka pilah-pilah sampahnya. Kalau sampah organiknya beres, bahkan bisa kembali baik dan menutrisi tanah kita, ya tidak menimbulkan masalah dari sampah organik yang menimbulkan polusi, yang berkontribusi pada perubahan iklim. Dan sampah non-organiknya bisa dikelola melalui industri daur ulang, sehingga sisa hanya residu, mungkin hanya sedikit ya, hanya 20%. Ada teknologi waste to energy, mungkin pemerintah yang akan melakukan. Atau bahkan di TPA dengan konsep yang baik ya, sanitary landfill is okay. Kita bisa lakukan itu. Saya yakin itu akan berkontribusi besar pada pengelolaan lingkungan kita yang lebih baik.