Philoxenia, Akar Norma Budaya Keramahtamahan dalam Mitologi Yunani

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 9 Desember 2023 | 14:35 WIB
Kisah Baucis dan Filemon – sepasang tetua ramah yang menjamu Zeus dan Hermes sebagai perwujudan Philoxenia. (Wikipedia/Public domain)

Dewa Zeus merupakan anak bungsu dari semua anak Cronus dan Rhea. Meskipun kadang-kadang Dewa Zeus dianggap sebagai yang tertua karena yang lain harus dikeluarkan dari perut Cronus. Dia dikatakan dibesarkan di pulau Naxos, Yunani.

Dewa Zeus juga dikenal sebagai “Zeus Xenios” karena dewa ganas ini juga merupakan pelindung orang asing dan pelancong. Oleh karena itu, beliau mewujudkan kewajiban kepercayaan untuk bersikap ramah kepada para pelancong atau orang asing.

Odysseus di Gua Polyphemus, legenda lain tentang Philoxenia. (Wikipedia/Public domain)

Zeus dikenal sebagai "Zeus Xenios" karena dia tidak hanya merupakan dewa yang perkasa, tetapi juga pelindung orang asing dan pelancong dalam mitologi Yunani.

Sebagai "Zeus Xenios," dia melambangkan kewajiban dalam kepercayaan Yunani kuno untuk bersikap ramah terhadap para pelancong dan orang asing.

Konsep keramahan ini merupakan nilai penting dalam budaya Yunani kuno, dan Zeus dianggap memiliki peran penting dalam melindungi mereka yang berada jauh dari rumah atau yang datang dari tempat asing.

Ditulis pada tahun 8 M, puisi Ovid “Metamorphoses” menceritakan sebuah kisah mitologi Yunani yang mewujudkan semua Philoxenia pada orang Yunani kuno—dan masih berlaku pada orang Yunani modern.

Zeus dan Hermes menyamar sebagai pengelana miskin dan mengetuk pintu penduduk desa sampai akhirnya seseorang mengizinkan mereka menginap. Pasangan lansia Baucis dan Filemon menyajikan makanan dan anggur kepada tamu mereka.

Ketika Baucis pergi untuk mengisi ulang gelas anggur tamunya, dia menyadari bahwa persediaan anggur tidak pernah habis, dan tamunya pastilah dewa. Dia kemudian menawarkan untuk membunuh satu-satunya angsa mereka untuk dimakan para dewa.

Sebagai imbalan atas tindakan kebaikan pasangan itu yang tidak egois, Zeus mengubah pondok sederhana mereka menjadi kuil batu yang indah dan mengabulkan dua permintaan terbesar mereka.

Mereka menjadi penjaga kuil, dan mati pada saat yang sama, tinggal bersama selamanya, karena mereka diubah menjadi pohon—satu di kedua sisi pintu kuil, menjaganya selama-lamanya.

Keramahan Yunani tertanam dalam budaya