Meskipun demikian, Gale menjelaskan, perayaan Natal tetap dihargai dan dirayakan secara mewah dalam budaya Bizantium.
“Beberapa saksi dari perayaan ini meninggalkan catatan tertulis. Salah satu catatan muncul dalam Karya Liutprand dari Cremona,” kata Gale.
Cremona adalah seorang uskup dan sejarawan Italia yang dikirim sebagai diplomat ke Konstantinopel pada abad ke-10. Ia diundang secara pribadi oleh kaisar Bizantium untuk merayakan Natal, bersama dengan para pejabat asing lainnya dan para abdi dalem kekaisaran.
Dalam catatannya, Cremona mengatakan bahwa perayaan Natal berlangsung di sebuah istana yang disebut "Decanneacubita", yang berarti "Rumah Sembilan Belas Sofa". Di tempat ini, kaisar dan para tamunya bersandar di sofa untuk makan dengan gaya Romawi kuno.
Perayaan Natal berlangsung sangat mewah. Dalam catatanya, Cremona mengenang bagaimana "segala sesuatu disajikan dalam bejana, bukan dari perak, tetapi dari emas".
Tak hanya tempat yang mewah dan hidangan makanan yang lezat, Cremona juga melihat hiburan-hiburan yang berlangsung di tengah pesta.
"Mengenai berbagai hiburan yang saya lihat di sana, akan sangat sulit untuk menggambarkan semuanya," tulis Cremona.
Namun, ada satu tontonan yang sangat memukau Cremona sehingga ia mencatatnya. Dalam tulisannya, dia menggambarkan bagaimana seorang pria tampak menyeimbangkan tiang kayu di atas kepalanya tanpa menggunakan tangannya.
Dua anak laki-laki kemudian melakukan atraksi senam di atas tiang tersebut, sementara pemain yang lebih tua terus menyeimbangkannya di atas kepalanya.
Banyak teatrikal kuliner yang juga terlibat. Diplomat Italia itu menyaksikan bagaimana "makanan padat berupa buah dibawa dalam tiga mangkuk emas, yang terlalu berat bagi pria untuk diangkat dan datang dengan pembawa yang ditutupi kain ungu."
Empat atau lima pria akan menurunkan mangkuk buah ke tamu melalui lubang-lubang di langit-langit. Setiap mangkuk terpasang "tiga tali yang dilapisi kulit emas dan dilengkapi dengan cincin emas".
Meski demikian, menurut Gale, perayaan Natal di Bizantium tidak hanya sekadar acara kemewahan dan kemegahan belaka. Di tengah suasana perayaan yang mewah, “doa-doa dipanjatkan di kapel istana atau di Haghia Sophia.”