Ngombe Ngulu: Senjata Algojo Paling Kejam dalam Sejarah Dunia?

By Tri Wahyu Prasetyo, Kamis, 14 Desember 2023 | 14:17 WIB
Seorang kepala perang Afrika atau seseorang yang berpangkat tinggi mengenakan pakaian upacara dengan Ngombe Ngulu di tangan kanannya. (Via Sworld Encyclopedia)

Nationalgeographic.co.id—Pedang Afrika adalah inspirasi bagi banyak senjata yang digunakan dalam novel fantasi. Apa yang tidak disadari oleh sebagian besar orang adalah bahwa beberapa dari pedang-pedang tersebut benar-benar ada.

Salah satu pedang unik dan mengerikan dari Afrika adalah Ngombe Ngulu. Pedang ini sangat populer di Afrika karena penampilannya yang tak lazim. Selain itu, popularitas pedang ini juga disebabkan oleh sejarah kelam yang tercermin dalam desainnya. 

“Pedang Ngombe Ngulu pada dasarnya adalah instrumen upacara yang dibuat untuk membuat orang banyak terkesan dengan penampilannya dan sangat efektif dalam gerakan menebas dan memotong,” tulis sejarawan Juliana Cummings pada laman Sword Encyclopedia.

Pedang Ngombe Ngulu yang paling umum dari sejarah adalah pedang berbilah tunggal. Ngombe Ngulu ini hanya memiliki satu ujung bilah seperti halnya sabit. Jenis ini, Juliana menjelaskan, sebagian besar digunakan untuk upacara.

Pisau yang lebih jarang digunakan dalam upacara-upacara di Afrika adalah Ngombe Ngulu berbilah ganda. Jenis ini memiliki desain yang lebih sederhana dibanding sebelumnya. Beberapa orang, melihat Ngulu berbilah ganda sebagai senjata dengan status yang lebih tinggi.

Sejarah Pedang Ngombe Ngulu

Ilustrasi yang menggambarkan bagaimana eksekusi dengan pedang Ngombe Nugulu dilakukan oleh seorang pengembara di Kongo pada abad ke-20. (Via Sword Encyclopedia)

Ngombe Ngulu adalah pedang sabit Afrika yang terutama digunakan di sekitar wilayah Afrika Tengah di Republik Demokratik Kongo modern. Pedang ini dianggap berasal dari daerah Mongo, Bangala, serta Suku Ngombe. 

Asal-usul pasti dari Ngombe Ngulu tidak jelas, seperti banyak pedang Afrika lainnya. Penggambaran paling awal adalah pada akhir abad ke-19 dan ke-20 oleh para pelancong Eropa.

Para pelancong ini menggambarkan pedang Ngulu sebagai alat eksekusi yang jauh dari kata manusiawi. 

Informasi historis ini mungkin terlalu dibesar-besarkan dalam beberapa kasus. Namun, di wilayah sekitar Kongo modern–yang sebelumnya dikenal sebagai Zaire atau Ngala–eksekusi manusia dengan pedang, bersama dengan kanibalisme, dipraktikkan oleh beberapa suku.

Juliana menjelaskan, pengorbanan manusia, dan pemenggalan kepala dilarang di Belgia, yang menguasai beberapa wilayah selama era kolonial pada akhir abad ke-20.