Nationalgeographic.co.id—Masyarakat di Kekaisaran Romawi memiliki hubungan yang kompleks dengan perjudian, yang melibatkan penolakan dan partisipasi luas. Temuan arkeologis dan sumber tertulis mengungkapkan bahwa bentuk perjudian Romawi kuno yang disukai adalah permainan dadu.
Dadu Romawi memiliki bentuk yang unik karena asimetri yang melekat pada bahan yang digunakan. Selain itu, orang Romawi memiliki kepercayaan bahwa dewa turut campur tangan dalam menentukan kemenangan. Bangsa Romawi juga dikenal menggunakan berbagai metode curang, termasuk penggunaan dadu yang diisi, yang memungkinkan pemain memanipulasi hasil.
Popularitas dan prevalensi perjudian di Kekaisaran Romawi
Bangsa Romawi kuno menggunakan jenis dadu yang unik. Dadu yang terbuat dari kayu atau tulang telah digali di situs Romawi. Temuan arkeologis dan sumber tertulis mengungkapkan bahwa orang Romawi memanfaatkannya untuk permainan papan dan perjudian. “Kedua aktivitas itu sangat digemari oleh bangsa Romawi,” tulis Miljan Vasic.
Perjudian di Kekaisaran Romawi ditentang sekaligus digemari oleh masyarakatnya. Tidak dapat disangkal, perjudian mempunyai popularitas yang signifikan di kalangan orang Romawi kuno.
Perjudian sering kali terjadi di penginapan dan bar yang menjadi tempat umum terjadinya kegiatan tersebut. Temuan arkeologis dari Pompeii telah mengungkap penggambaran dadu, potongan permainan, simbol kekayaan dan nasib baik. Juga istilah-istilah yang biasa digunakan dalam permainan dadu Romawi. Artefak ini menjelaskan prevalensi perjudian di dunia Romawi.
Meskipun praktiknya tersebar luas, beberapa orang Romawi sangat tidak menyetujui perjudian. Ketika orang-orang Romawi terlihat kecanduan terhadap perjudian, tokoh-tokoh seperti Cicero mengutuk perjudian dan mereka yang terlibat. Para penulis Romawi yang terpelajar dan kelas atas di akhir periode republik dan kekaisaran sebagian besar memandang perjudian sebagai hobi yang sia-sia. Bagi mereka, perjudian adalah sebuah kejahatan yang merusak yang mampu menodai reputasi dan kedudukan sosial seseorang.
Meski demikian, ada pengecualian di kalangan senator dan elit Romawi. “Mereka biasanya terlibat dalam praktik perjudian berisiko tinggi,” tambah Vasic. Namun, bagi bangsawan, perjudian berlebihan dianggap berpotensi menjadi sumber korupsi hukum dan politik. Mayoritas elite bangsawan mengasosiasikan permainan dadu dengan kelas bawah. Bahkan mereka sering menghubungkannya dengan penipu dan penjahat kelas teri.
Ruang belakang penginapan dan bar sering kali didedikasikan untuk perjudian. Hal ini dibuktikan dari banyaknya papan permainan dan mosaik bertulis yang ditemukan di Kekaisaran Romawi. Rumah pribadi atau tempat sewaan juga dapat berfungsi sebagai kasino skala kecil. Keduanya menyediakan ruang di mana uang dapat dimenangkan dan hilang.
Dadu Romawi yang unik
Dadu Romawi memiliki ciri aneh yang membedakannya dari dadu lainnya: asimetrinya yang mencolok. Ciri khas inilah yang menarik minat sepasang sarjana dari University of California, Davis dan Drew University.
Pemeriksaan yang cermat terhadap dadu-dadu ini telah mengungkap fakta yang luar biasa. 90% dari dadu yang ditemukan sejauh ini (setidaknya) berbentuk agak pipih. Faktanya, beberapa dadu ini sangat menyimpang dari kubus ideal sehingga lebih mirip dengan balok jajar genjang.
Bagaimana kita bisa menjelaskan fenomena menarik ini? Para peneliti menganggap penjelasan sederhana bahwa bangsa Romawi tidak memiliki teknologi canggih untuk menghasilkan kubus sempurna tidak dapat diterima. Bagaimanapun, kita berbicara tentang peradaban yang meninggalkan saluran air dan ribuan kilometer jalan beraspal, di antara pencapaian luar biasa lainnya.
Pada saat yang sama, peneliti menolak hipotesis bahwa orang Romawi sengaja membuat dadu yang tidak berbentuk untuk memanipulasi hasil. Penjelasan mereka mengungkapkan interaksi antara elemen yang disengaja dan tidak disengaja yang memengaruhi bentuk dadu Romawi yang aneh.
Bentuknya yang asimetris dapat disebabkan oleh dua faktor. Pertama, bahan mentah yang digunakan, seperti tulang dan tanduk, pada dasarnya tidak simetris. Maka, penggunaan bahan tersebut menghasilkan benda yang lebih panjang pada sumbu tertentu. Meskipun sisi yang lebih panjang dapat dipotong untuk membuat kubus yang sebenarnya, langkah ini sebagian besar dianggap tidak diperlukan. Pasalnya ada faktor kedua, yaitu pandangan Romawi tentang probabilitas.
Intervensi Ilahi: persepsi orang Romawi tentang keberuntungan dan probabilitas
Di Kekaisaran Romawi, konsep probabilitas tidak lazim di kalangan masyarakat pada umumnya. Sebaliknya, mereka percaya bahwa hasil acak adalah keputusan yang dibuat oleh dewa seperti Fortuna, personifikasi keberuntungan. Jika salah satu angka pada dadu dipengaruhi oleh kehendak para dewa, maka angka lain memiliki kemungkinan yang sama. Oleh karena itu, bentuk dadu tidak dipandang sebagai faktor penentu hasil; melainkan campur tangan ilahi.
Hasilnya, asimetri dadu tidak menghalangi fungsinya secara keseluruhan. Melempar dadu memiliki tujuan lebih dari sekadar permainan. Melempar dadu adalah sarana komunikasi atau keterlibatan dengan para dewa. Misalnya, orang-orang akan melempar dadu untuk mencari panduan atau mendapatkan wawasan tentang hasil dari kejadian di masa depan. Selain itu, para pemain percaya bahwa dewa yang memihak mereka akan memengaruhi pelemparan dadu. Jadi, para dewa akan memberi mereka kemenangan.
Pandangan ini memungkinkan adanya berbagai macam bentuk dadu, karena konsep takdir yang menentukan hasilnya. Bagi orang Romawi, menghasilkan peluang lemparan yang merata pada angka satu hingga enam, tidak menjadi tujuan utama mereka. Nasib membuat setiap pelemparan tidak dapat diprediksi dan bentuk dadu tidak diyakini terkait dengan hasil tertentu.
Mencurangi dewa: praktik penipuan di Kekaisaran Romawi
Upaya untuk memanipulasi permainan untuk mendapatkan keuntungan yang tidak adil telah ada sejak lama. Bukti sejarah menunjukkan bahwa orang Romawi pun berusaha menipu para dewa dengan berbagai cara. Ada dua metode kecurangan terkenal yang bertahan selama berabad-abad.
Metode pertama melibatkan penggunaan dadu dengan dua angka identik pada sisi yang berlawanan. Trik cerdik ini memungkinkan pemain yang curang untuk mengubah peluang demi keuntungannya.
Metode kedua yang digunakan oleh penipu yang lebih licik adalah dengan menggunakan dadu berbobot. Dengan mengisi dadu dengan timah atau bahan berat lainnya, penipu dapat memastikan bahwa sisi tertentu dari dadu memiliki bobot lebih. Jadi angka tertentu ditampilkan lebih sering daripada yang lain.
Penjudi yang terampil dan penuh perhatian pada akhirnya dapat mendeteksi kecurangan. Jadi, semakin sulit bagi para penipu untuk mengelabui lawannya.
Namun, baru-baru ini, peneliti mengetahui bahwa terdapat metode curang ketiga yang jauh lebih canggih. Metode ini memerlukan dadu yang dibuat khusus. Kehadiran dadu semacam itu menunjukkan keahlian luar biasa bangsa Romawi dalam memproduksi dadu. Dan tentu saja, sekali lagi membantah anggapan bahwa sebagian besar dadu dibuat secara kasar karena kurangnya teknologi.
Untuk berbuat curang dalam perjudian, orang Romawi bahkan membuat dadu khusus, yaitu dadu berisi merkuri.
Membuat dadu berisi merkuri untuk memenangkan perjudian
Jenis dadu khusus ini muncul karena ketika sekelompok anak sekolah Belgia memulai perjalanan pendidikan ke situs Romawi. Selama kunjungan mereka, seorang siswi secara tidak sengaja memecahkan dadu yang terbuat dari tulang. Hal itu menyebabkan cairan misterius berwarna keabu-abuan, yang tidak lain adalah merkuri, merembes keluar.
Arkeolog berhasil mengungkap rahasia dadu yang tidak biasa ini. Melalui penelitiannya, mereka menemukan bahwa dadu merkuri, meskipun jarang, terdapat di berbagai wilayah Gaul dan Germania pada zaman kuno.
Menurut penulisnya, dadu ini memiliki tujuan yang mirip dengan dadu utama yang disebutkan sebelumnya. Tapi, dadu ini memiliki satu perbedaan penting. Dadu merkuri menawarkan fleksibilitas yang lebih besar. Fleksibilitas ini memungkinkan para penjudi meningkatkan peluang mereka untuk mencapai angka apa pun yang diinginkan.
Triknya sangat halus, karena pemain hanya perlu memiringkan dadu secara diam-diam ke sisi tertentu sebelum menggulirkannya. Misalnya, ketika mengincar angka enam, mereka akan dengan terampil mengarahkan dadu sehingga air raksa mengalir dengan anggun ke sisi yang menunjukkan angka enam. Metode kecurangan ini hampir mustahil untuk dideteksi.
Hal yang sangat luar biasa tentang dadu ini adalah ketelitian luar biasa yang dibutuhkan dalam pengerjaannya. Dadu harus dibor dengan hati-hati dan diisi dengan merkuri, untuk memastikan dadu tidak menjadi lebih berat. Lubang tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan bahan yang sama. Keseluruhan proses ini menuntut keterampilan tukang emas berpengalaman, instrumen yang presisi, dan bahan yang sulit didapat.
Para ilmuwan menyimpulkan bahwa setiap dadu berisi merkuri ini lebih mahal dibanding dadu biasa. Kesimpulan ini lebih lanjut didukung oleh fakta bahwa sebagian besar dadu ini ditemukan di bekas lokasi vila Romawi. Vila Romawi adalah tempat tinggal warga terkaya di kekaisaran.
Jika temuan ini akurat, maka ada hal lain yang terungkap tentang orang-orang Romawi. Beberapa di antara mereka kemungkinan besar berjudi dalam jumlah yang sangat besar. Jika mereka bersedia berinvestasi pada dadu mahal, tentu saja mereka mengharapkan keuntungan yang sangat besar.
Tampaknya beberapa orang Romawi dahulu kala berhasil mewujudkan impian para alkemis dan menemukan cara untuk mengubah merkuri menjadi emas. Fortuna mungkin lebih menyukai orang yang berani, tapi kemungkinan besar dia lebih menyukai orang kaya.