Menyingkap Fakta dan Mitos di Balik Ketajaman Pedang Damaskus

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 23 Desember 2023 | 16:00 WIB
Jenis Pedang Damaskus pertama dari Timur Tengah. (Via Sword Encyclopedia)

Di sisi lain, beberapa ahli meyakini bahwa asal-usul pedang ini bukanlah dari nama sebuah kota, melainkan karena keindahan bilahnya.

Nama pedang ini diperoleh karena permukaan bilahnya yang memiliki pola meliuk-liuk khas seperti mirip dengan kain damask, kata Kris Hirst, seorang arkeolog dari University of Iowa.

Pandai besi di Timur Tengah menggunakan baja wootz yang diimpor dari India sebagai bahan baku dalam pembuatan pedang-pedang damaskus. Baja jenis ini merupakan bahan baku yang sangat dicari dalam pembuatan senjata tajam pada masa lampau.

Teknik untuk memproduksi baja wootz merupakan rahasia yang dijaga ketat di antara para ahli metalurgi di India untuk waktu yang sangat lama. Di masanya, tidak ada satu pun produk eropa yang mampu menandingi kualitas baja wootz.

Dengan demikian, orang India memiliki monopoli atas produksi dan ekspor logam yang sangat diinginkan ini. 

“Ketika perdagangan antara India dan Timur Jauh mulai meningkat antara tahun 900 dan 1750 Masehi, baja wootz masuk ke tangan Timur Tengah yang kaya, yang mengarah pada produksi awal pedang damaskus,” jelas Juliana.

Menurut Wu Mingren, dilansir dari laman Ancient Origins, pedang damaskus menyebar ke Eropa melalui Perang Salib pada Abad Pertengahan.

“Berkat Tentara Salib, ketika mereka bertemu dengan para pejuang Muslim yang menggunakan pedang berkualitas tinggi ini, ketenaran pedang damaskus juga menyebar ke Eropa,” jelas Mingren.

Selama perang salib berlangsung, orang-orang Eropa sangat takut dengan pedang ini sehingga pedang ini mendapatkan reputasi yang hampir seperti mitos.

Keunggulan dalam proses pembuatannya dengan menggunakan baja wootz dan teknik penempaan yang rumit menyumbang pada ketajamannya.

Pedang baja damaskus dilaporkan mampu mengiris sehelai sutra saat jatuh ke tanah. Pedang ini juga dapat memotong semua pedang lain yang digunakan oleh orang Eropa.

Bahkan diyakini bahwa pedang damaskus mampu membelah batu tanpa kehilangan ujungnya yang tajam. Namun hal ini masih menjadi perdebatan di antara ahli.