Konfederasi, di bawah pemimpin seperti Jenderal Robert E. Lee, pada awalnya meraih beberapa kemenangan, sehingga memupuk keyakinan akan kemungkinan kemenangan Selatan.
Namun, kekuatan industri Uni Eropa, bersama dengan kepemimpinan strategis di bawah jenderal seperti Ulysses S. Grant, mulai memberikan keuntungan bagi Korea Utara.
Proklamasi Emansipasi Lincoln, yang berlaku efektif 1 Januari 1863, mengubah sifat perang. Meskipun awalnya berfokus pada pelestarian Persatuan, perang sekarang juga mengambil bentuk perang salib melawan perbudakan.
Penyerahan Jenderal Lee kepada Jenderal Grant di Gedung Pengadilan Appomattox pada tanggal 9 April 1865, secara efektif menandai berakhirnya Perang Saudara.
John Wilkes Booth dan Pembunuhan Lincoln
John Wilkes Booth, lahir pada 10 Mei 1838, di Maryland, muncul sebagai salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah Amerika setelah pembunuhannya terhadap Presiden Abraham Lincoln.
Booth, seorang aktor terkenal dan pendukung setia perjuangan Konfederasi, memendam kebencian yang mendalam terhadap Lincoln dan Union.
Dia memandang kepresidenan dan tindakan Lincoln, khususnya Proklamasi Emansipasi, sebagai tindakan tirani dan merusak cara hidup Selatan.
Awalnya, Booth berencana untuk tidak membunuh Lincoln, tetapi menculiknya. Rencana ini, yang dirancang pada akhir tahun 1864 dan awal tahun 1865, melibatkan penculikan Presiden dan membawanya ke Richmond, ibu kota Konfederasi, dalam upaya untuk mendemoralisas Union dan menegosiasikan persyaratan yang lebih baik untuk Selatan.
Booth merekrut beberapa konspirator untuk plot ini, termasuk Lewis Powell, David Herold, George Atzerodt, dan Mary Surratt, pemilik rumah kos tempat para konspirator sering bertemu.
Namun, ketika kekalahan Konfederasi semakin jelas, rencana Booth beralih secara dramatis ke arah pembunuhan.
Kesempatan muncul dengan sendirinya ketika Booth mengetahui rencana Lincoln untuk menghadiri pertunjukan di Teater Ford pada tanggal 14 April 1865.