Sistem Jalur Sutra pertama ada sejak akhir abad ke-2 SM hingga pertengahan abad ke-3 M. Rute ini menjadi tempat bertemunya berbagai barang niaga, ide, dan juga manusia.
Sistem Jalur Sutra pertama meliputi negara-negara Han Cina, Parthia Persia, Roma, dan Kekaisaran Kushan.
Di antara negara-negara tersebut, menurut Krebsbach, Kekaisaran Kushan sering diabaikan. Kendati demikian, “para pemimpinnya memainkan peran penting dalam pengembangan mata uang koin dan kertas.”
Keempat negara besar di Jalur Sutra menggunakan koin tembaga, perunggu, emas, dan perak, tetapi mereka menggunakan sistem timbangan yang berbeda.
“Koin perak Romawi, Kushan, Parthia, dan Han mungkin terlihat serupa, tetapi karena mereka sering memiliki bobot yang berbeda, nilai yang melekat pada koin-koin tersebut juga berbeda,” jelas Krebsbach.
Situasi tersebut menyebabkan masalah bagi pedagang jarak jauh yang ingin menukar koin dari satu kekaisaran dengan kekaisaran lainnya.
Para penguasa Kushan menemukan cara yang sederhana namun efektif. Ia mengajukan gagasan untuk mengkonversi mata uang dengan memperkenalkan koin Kushan yang didasarkan pada standar berat Romawi.
Ide-ide seperti ini akan merembes ke seluruh dunia kuno dan awal abad pertengahan, yang pada akhirnya mengarah pada penciptaan uang kertas dan standardisasi moneter.
Mata Uang Tiongkok
Tatkala mata uang koin dikembangkan di Tiongkok, secara fisik ia terlihat berbeda dengan koin di daerah lain. Otoritas Han dan Qin mengembangkan metode standarisasi yang dikenal sebagai "string" atau guan.
Dalam sistem tersebut, satu "string" atau guan terdiri dari 1.000 koin yang diikat menggunakan tali atau benang. Cara ini menjadi standar mata uang koin di Tiongkok pada masa itu.