Sejarah Dunia: Bagaimana Uang Kertas Berkembang di Dunia Pramodern?

By Tri Wahyu Prasetyo, Jumat, 12 Januari 2024 | 17:15 WIB
Uang kertas berkembang pada masa Dinasti Song di Tiongkok, berdasarkan gagasan ekonomi kuno dan penemuan abad pertengahan. (Via The Collector)

Nationalgeographic.co.id—Melalui proses yang panjang, uang kertas pertama kali ditemukan oleh Dinasti Tang di Tiongkok, yang kemudian dikembangkan oleh Dinasti Song.

Munculnya uang kertas disebabkan alat tukar terdahulu, koin, dianggap terlalu rumit dan mengalami devaluasi. Hal ini mengakibatkan berbagai ekonom, filsuf, dan kaisar mencari jawabannya.

“Pada era abad pertengahan, Tiongkok telah mengembangkan teknologi baru, serta berbagai cara untuk memvisualisasikan uang, yang memungkinkan mereka mengembangkan uang kertas pertama di dunia,” ungkap sejarawan Jared Krebsbach, pada laman The Collector.

Sebelum Uang Kertas

Guci Terakota dan Koin Emas dari Lydia, Masa Pemerintahan Croesus (560-546 SM). (Museum Seni Metropolitan, New York)

Bangsa Lydia adalah bangsa pertama yang mencetak mata uang koin pada abad ke-7 SM. Hal ini kemudian diikuti oleh bangsa-bangsa lain di sekitarnya.

Persia, Yunani, dan Romawi Achaemenid mengembangkan mata uang koin dari perak, emas, perunggu, dan tembaga. Hal ini menjadi dasar ekonomi Eropa abad pertengahan dan Timur Tengah.

Di sisi lain, ketika mata uang logam dikembangkan di Barat, ia juga berkembang secara mandiri di Timur.

Dinasti Maurya di India (sekitar 321-185 SM), Dinasti Qin di Cina (221-206 SM), dan Dinasti Han di Cina (206 SM - 220 SM) merupakan negara-negara Asia yang paling awal dan paling sukses dalam menggunakan mata uang koin.

Negara-negara tersebut, Krebsbach menjelaskan, menyebarkan ide mata uang logam ke seluruh Asia selatan dan timur “membantu mempersiapkan benua ini untuk pengembangan uang kertas.”

Di akhir zaman kuno, gagasan ekonomi Barat dan Timur akhirnya bertemu di sepanjang Jalur Sutra, yang terbukti menjadi langkah besar lainnya dalam perkembangan uang.

Jalur Sutra dan Mata Uang

Jalur Sutra adalah serangkaian rute darat dan laut yang menghubungkan Asia Timur dengan Timur Tengah dan Eropa.

Sistem Jalur Sutra pertama ada sejak akhir abad ke-2 SM hingga pertengahan abad ke-3 M. Rute ini menjadi tempat bertemunya berbagai barang niaga, ide, dan juga manusia.

Sistem Jalur Sutra pertama meliputi negara-negara Han Cina, Parthia Persia, Roma, dan Kekaisaran Kushan.

Di antara negara-negara tersebut, menurut Krebsbach, Kekaisaran Kushan sering diabaikan. Kendati demikian, “para pemimpinnya memainkan peran penting dalam pengembangan mata uang koin dan kertas.”

Keempat negara besar di Jalur Sutra menggunakan koin tembaga, perunggu, emas, dan perak, tetapi mereka menggunakan sistem timbangan yang berbeda. 

“Koin perak Romawi, Kushan, Parthia, dan Han mungkin terlihat serupa, tetapi karena mereka sering memiliki bobot yang berbeda, nilai yang melekat pada koin-koin tersebut juga berbeda,” jelas Krebsbach.

Situasi tersebut menyebabkan masalah bagi pedagang jarak jauh yang ingin menukar koin dari satu kekaisaran dengan kekaisaran lainnya.

Para penguasa Kushan menemukan cara yang sederhana namun efektif. Ia mengajukan gagasan untuk mengkonversi mata uang dengan memperkenalkan koin Kushan yang didasarkan pada standar berat Romawi.

Ide-ide seperti ini akan merembes ke seluruh dunia kuno dan awal abad pertengahan, yang pada akhirnya mengarah pada penciptaan uang kertas dan standardisasi moneter.

Mata Uang Tiongkok

Koin Guan (British Museum)

Tatkala mata uang koin dikembangkan di Tiongkok, secara fisik ia terlihat berbeda dengan koin di daerah lain. Otoritas Han dan Qin mengembangkan metode standarisasi yang dikenal sebagai "string" atau guan.

Dalam sistem tersebut, satu "string" atau guan terdiri dari 1.000 koin yang diikat menggunakan tali atau benang. Cara ini menjadi standar mata uang koin di Tiongkok pada masa itu.

Transisi dari koin ke uang kertas tidak akan mungkin terjadi tanpa teknologi yang tepat. Penemuan mesin cetak tipe gerak–kemungkinan ditemukan oleh Bi Shen–sekitar tahun 1040-an dan teknologi kertas memungkinkan uang kertas diproduksi secara masa

“Standar guan dikodifikasi pada dinasti Tang (618-907 M), tetapi pada masa itu ekonomi Tiongkok bergerak lebih dekat ke uang kertas,” jelas Krebsbach.

Penggunaan uang kertas pertama kali, yang dikenal sebagai "uang kertas terbang, terjadi pada awal tahun 800-an. Awalnya, uang terbang hanya digunakan oleh pejabat provinsi, tetapi kemudian juga diizinkan untuk digunakan oleh pedagang. 

Mata uang kertas paling awal yang digunakan adalah jiaozi di Provinsi Sichuan. Mata uang kertas ini terbukti cukup sukses.

Pada tahun 1160, mata uang kertas yang dikenal sebagai huizi pertama kali diterbitkan oleh Goazong (memerintah 1127-1162), kaisar pertama dinasti Song Selatan. Huizi kemudian menjadi mata uang kertas yang paling penting dan tersebar luas.

Evolusi dari koin ke uang kertas berjalan dengan baik ketika dinasti Song berkuasa, namun justru menyebabkan masalah ekonomi.

Saat para pemimpin Song lebih banyak mencetak uang kertas Huizi daripada persedian jumlah perak sesungguhnya yang dimiliki, menyebabkan devaluasi mata uang dan inflasi.

Uang Kertas Pertama di Wilayah Lain

Saingan utama dari dinasti Song awal adalah dinasti Jurchen Jin di timur laut Tiongkok. Jurchen akhirnya memaksa masuk ke wilayah Song, menaklukkan Tiongkok utara dan mengalahkan dinasti Song ke Tiongkok selatan. 

Dari tahun 1127 hingga 1234, Jurchen memerintah Tiongkok utara, mengikuti kebijakan kesinambungan budaya dan ekonomi dari Song. 

Jurchens menerbitkan uang kertas yang dimulai pada pertengahan tahun 1150-an berdasarkan uang kertas Song yang awalnya diterbitkan di wilayah Sichuan. 

Konsep uang kertas kemudian diwarisi ketika bangsa Mongol menaklukkan Tiongkok dan mendirikan dinasti Yuan pada tahun 1271. 

Menurut Krebsbach, ordo militer perang salib legendaris, Ksatria Templar, adalah orang pertama yang mengembangkan uang kertas di Eropa.

Gereja-gereja di seluruh Eropa Barat berfungsi sebagai bank bagi para Templar. Mereka melayani para ksatria dan peziarah yang melakukan perjalanan ke Tanah Suci selama Perang Salib pada abad ke-13.

“Seorang peziarah akan menyetorkan dananya di gereja atau kastil Templar di Eropa, diberi kertas catatan, dan kemudian melakukan perjalanan panjang,” kata Krebsbach.

Setelah peziarah tiba di Tanah Suci, “dia cukup menukarkan uang kertas tersebut dengan mata uang yang diciptakan, dikurangi sedikit biaya layanan.”

Ide uang kertas di Eropa untuk sementara waktu mati dengan adanya Inkuisisi terhadap Ksatria Templar pada 1312. Tetapi kemungkinan dihidupkan kembali oleh Jalur Sutra ketika para pedagang Eropa berhubungan dengan uang kertas Mongol.

Hal ini kemudian membawa ide tersebut kembali ke Eropa. Pada akhir Abad Pertengahan Tinggi, ide mata uang logam dan kertas telah berkembang pesat di sepanjang Jalur Sutra.